LATEST POSTS

QUR'AN

Al-Quran Terjemah, Tafsir Ibnu Katsir

HADITS

Hadits Shahih Bukhari, Hadits Shahih Muslim, Hadits Sunan Abu Daud, Hadits Arbain
Haji dan Umroh

Rahasia Kebaikan dan Keberkahan bagi yang Bertakwa dan Dermawan

 إِنَّ الْحَمْدَ للهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ

أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.

اَللَّهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى سيدنا مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن

أَمَّا بَعْدُ عِبَادَ اللهِ : أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ ؛ فَإِنَّ تَقْوَى اللهِ جَلَّ وَعَلَا هِيَ سَبِيْلُ الفَلَاحِ وَالْفَوْزُ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ

وَأَسْأَلُ اللهَ جَلَّ وَعَلَا أَنْ يَجْعَلَنَا وَإِيَّاكُمْ مِنَ المُتَّقِيْنَ

قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي كِتَابِهِ الكَرِيْمَ

أعوذ بالله من الشيطان الرجيم

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اتَّقُواْ اللّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ


Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Shalawat serta salam kita panjatkan untuk Nabi Muhammad SAW, keluarganya, para sahabatnya, dan umatnya hingga akhir zaman.


Hadirin Jama’ah Jum’at yang Dirahmati Allah,

Pada kesempatan di hari yang mulia ini, Marilah kita simak dan kita renungkan salah satu surat yang Allah turunkan di dalam Al-Qur'an, yaitu surat ke 92, Surat Al-Layl. Yang mana jika kita menyimak dan merenungkan arti dari surat ini, kita akan menyadari dimanakah tingkat keimanan kita di sisi Allah

وَالَّيْلِ اِذَا يَغْشٰىۙ

"Demi malam apabila menutupi (cahaya siang),"

(QS. Al-Lail 92: Ayat 1)

وَالنَّهَارِ اِذَا تَجَلّٰىۙ

"demi siang apabila terang benderang,"

(QS. Al-Lail 92: Ayat 2)

وَمَا خَلَقَ الذَّكَرَ وَالْاُنْثٰىٓ ۙ

"dan demi penciptaan laki-laki dan perempuan,"

(QS. Al-Lail 92: Ayat 3)

Surat ini diawali dengan beberapa sumpah, yang menandakan bahwa perkara yang akan dibahas selanjutnya sangatlah penting untuk kita perhatikan.

Sama halnya ketika kita bersumpah untuk suatu kebenaran perkara, kita menggunakan nama Allah dalam sumpah kita. Contohnya:

Wallahi, demi Allah aku tidak melakukan itu...

Wallahi, demi Allah aku akan melakukan itu...

Maka kata Wallahi adalah merupakan sumpah tertinggi bagi sesama umat Islam, tidak bisa Wallahu atau wallaha.

Namun ketika Allah bersumpah, Allah menggunakan tanda-tanda kebesaran-Nya. Contohnya: demi waktu, demi fajar, demi penciptaam langit dan bumi, dan lain sebagainya.

Dan dalam surat ini Allah menggunakan malam dan siang sebagai sumpah.

karena mengatur malam dan siang adalah suatu hal yang tidak bisa dilakukan oleh seorang makhlukpun di alam semesta, maka malam dan siang adalah merupakan suatu tanda kebesaran Allah.

Begitu pula halnya Allah menggunakan penciptaan laki-laki dan perempuan sebagai sumpah, karena penciptaan laki-laki dan perempuan adalah hak preoregatif Allah, tidak ada seorangpun manusia yang bisa menentukan bayi di dalam rahim seorang perempuan menjadi laki-laki atau perempuan, maka penciptaan laki-laki dan perempuan adalah suatu tanda kebesaran Allah.

Mari kita simak ayat selanjutnya:

اِنَّ  سَعْيَكُمْ  لَشَتّٰى

"sungguh, usahamu memang beraneka macam."

(QS. Al-Lail 92: Ayat 4)

فَاَ مَّا  مَنْ  اَعْطٰى  وَا تَّقٰى

"Maka barang siapa memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa,"

(QS. Al-Lail 92: Ayat 5)

وَصَدَّقَ  بِا لْحُسْنٰى

"dan membenarkan (adanya pahala) yang terbaik"

(QS. Al-Lail 92: Ayat 6)

فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْيُسْرَىٰ

maka Kami akan menyiapkan baginya jalan yang mudah.

(QS. Al-Lail 92: Ayat 7)

وَأَمَّا مَن بَخِلَ وَاسْتَغْنَىٰ

Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup

(QS. Al-Lail 92: Ayat 8)

وَكَذَّبَ بِالْحُسْنَىٰ

serta mendustakan pahala terbaik

(QS. Al-Lail 92: Ayat 9)

‏فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْعُسْرَى

maka Kami akan menyiapkan baginya (jalan) yang sukar

(QS. Al-Lail 92: Ayat 10)

Dalam ayat-ayat ini, Allah SWT menjelaskan bahwa setiap manusia memiliki jalan hidup yang berbeda dalam.

Ada sebagian mereka yang rajin bersedekah, memberikan hartanya di jalan Allah dengan niat ikhlas, bertakwa, dan yakin akan adanya pahala terbaik dari Allah. Sikap ini menunjukkan ketundukan mereka kepada perintah Allah dan rasa syukur atas nikmat-Nya. Maka Sebagai balasannya, Allah menjanjikan kemudahan dalam kehidupan mereka, baik di dunia maupun di akhirat.

Sebaliknya, orang yang kikir atau enggan berbagi dan merasa tidak butuh bantuan Allah, atau bahkan mendustakan adanya pahala di akhirat, akan mendapatkan jalan yang sulit. Ini adalah peringatan dari Allah bahwa ketamakan dan kesombongan dapat menutup pintu kebaikan dan keberkahan dalam hidup manusia.

Rasulullah SAW memperkuat hal ini dalam sebuah hadits:

مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ, وَمَا زَادَ اللَّهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ إِلَّا عِزًّ,ا وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلَّهِ إِلَّا رَفَعَهُ اللَّهُ

Tidak akan berkurang harta dengan bersedekah. dan Allah tidak akan menambah kepada seseorang yang suka memaafkan kecuali kemuliaan. Dan tidaklah seseorang merendahkan dirinya (tawadlu') karena Allah, kecuali Allah akan meninggikan derajatnya.” (HR. Muslim).

Hadis ini menguatkan bahwa sedekah, kedermawanan, dan kerendahan hati adalah jalan menuju kemudahan dari Allah. Mereka yang bersikap demikian akan Allah angkat derajatnya di dunia dan di akhirat.

Hadirin yang Berbahagia,

Lalu Allah berfirman dalam ayat selanjutnya:

وَمَا يُغْنِي عَنْهُ مَالُهُ إِذَا تَرَدَّىٰ

Dan hartanya tidak bermanfaat baginya apabila ia telah binasa

(QS. Al-Lail 92: Ayat 11)

‏إِنَّ عَلَيْنَا لَلْهُدَىٰ

Sesungguhnya kewajiban Kamilah memberi petunjuk

(QS. Al-Lail 92: Ayat 12)

وَإِنَّ لَنَا لَلْآخِرَةَ وَالْأُولَىٰ

dan sesungguhnya kepunyaan Kamilah akhirat dan dunia

(QS. Al-Lail 92: Ayat 13)

Ayat ini mengingatkan kita bahwa kekayaan dan harta benda tidak akan bermanfaat jika tidak digunakan di jalan yang benar. 

Manusia membutuhkan petunjuk Allah agar bisa selamat di dunia dan akhirat, karena dunia dan akhirat adalah milik Allah.

Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW bersabda:

Barang siapa yang beramal baik untuk akhiratnya, Allah akan cukupkan urusan dunianya.” (HR. Thabrani).

Hadis ini mengajarkan kita bahwa siapa saja yang memperhatikan akhiratnya, dunia pun akan mengikuti. Allah akan mencukupi segala keperluannya di dunia, dengan syarat ia tidak lupa berbuat baik dan mencari ridha Allah.

Hal ini dikuatkan juga di dalam sebuah ayat bahwasanya Allah SWT berfirman:

مَنْ عَمِلَ صَٰلِحًا مِّن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُۥ حَيَوٰةً طَيِّبَةً ۖ

Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik, 

(QS An-Nahl: ayat 97)

Jama’ah yang Dirahmati Allah,

Akhir dari surat Al-Layl selanjutnya ini juga berbicara tentang perbedaan nasib manusia di akhirat bagi mereka yang beramal dan yang tidak beramal. Allah berfirman:

فَأَنذَرْتُكُمْ نَارًا تَلَظَّىٰ

Maka, kami memperingatkan kamu dengan neraka yang menyala-nyala

(QS An-Nahl: ayat 14)

لَا يَصْلَاهَا إِلَّا الْأَشْقَى

Tidak ada yang masuk ke dalamnya kecuali orang yang paling celaka

(QS An-Nahl: ayat 15)

الَّذِي كَذَّبَ وَتَوَلَّىٰ

yang mendustakan (kebenaran) dan berpaling (dari iman)

(QS An-Nahl: ayat 16)

وَسَيُجَنَّبُهَا الْأَتْقَى

Dan kelak akan dijauhkan orang yang paling takwa dari neraka itu

(QS An-Nahl: ayat 17)

الَّذِي يُؤْتِي مَالَهُ يَتَزَكَّىٰ

yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah) untuk membersihkannya

(QS An-Nahl: ayat 18)

‏ وَمَا لِأَحَدٍ عِندَهُ مِن نِّعْمَةٍ تُجْزَىٰ

padahal tidak ada seseorangpun memberikan suatu nikmat kepadanya yang harus dibalasnya, 

(QS An-Nahl: ayat 19)

‏ إِلَّا ابْتِغَاءَ وَجْهِ رَبِّهِ الْأَعْلَىٰ

tetapi (dia memberikan itu semata-mata) karena mencari keridhaan Tuhannya yang Maha Tinggi

(QS An-Nahl: ayat 20)

وَلَسَوْفَ يَرْضَىٰ ‎

Dan kelak dia benar-benar mendapat kepuasan

(QS An-Nahl: ayat 21)

Jama’ah yang Dirahmati Allah

Maka, marilah kita berlomba-lomba berbuat baik, ikhlas hanya karena Allah SWT. Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW bersabda:

Sesungguhnya amal itu tergantung niatnya. Dan setiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Hadis ini menekankan pentingnya niat ikhlas dalam beramal. Amal yang dilandasi keikhlasan akan membawa manusia menuju keridhaan Allah.

Hadirin Jama’ah Jumat yang Dimuliakan Allah,

Sebagai penutup, Marilah kita tingkatkan ketakwaan kepada Allah, dengan memperbanyak amal saleh, memperbaiki niat, dan senantiasa bersedekah. Jadikanlah hidup ini sebagai jalan untuk mencari keridhaan Allah SWT, karena akhir dari kehidupan ini adalah akhirat. Semoga Allah memudahkan langkah kita di dunia dan memberikan kebahagiaan di akhirat.

Aamiin ya Rabbal ’Aalamiin.

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْأَنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَةِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلْ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَاتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ


KHUTBAH KEDUA


 الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ

أَشْهَدُ أنْ لا إلَهَ إلا اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ، وأشهدُ أنَّ مُحَمَّدًا عبْدُه ورَسُولُه

 يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

 يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلا سَدِيدًا * يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

 اللَّهُمَّ صَلِّ وسَلِّمْ عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سيدنا مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ وسَلّمْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، وَبَارِكْ عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سيدنا مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، فِي العَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنْ خُلَفَائِهِ الرَّاشِدِيْنَ، وَعَنْ أَزْوَاجِهِ أُمَّهَاتِ المُؤْمِنِيْنَ، وَعَنْ سَائِرِ الصَّحَابَةِ أَجْمَعِيْنَ، وَعَنْ المُؤْمِنِيْنَ وَالمُؤْمِنَاتِ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، وَعَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدُّعَاءِ. اللَّهُمَّ اجْعَلْ جَمْعَنَا هَذَا جَمْعًا مَرْحُوْمًا، وَاجْعَلْ تَفَرُّقَنَا مِنْ بَعْدِهِ تَفَرُّقًا مَعْصُوْمًا، وَلا تَدَعْ فِيْنَا وَلا مَعَنَا شَقِيًّا وَلا مَحْرُوْمًا

اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالعَفَافَ وَالغِنَى. اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ أَنْ تَرْزُقَ كُلاًّ مِنَّا لِسَانًا صَادِقًا ذَاكِرًا، وَقَلْبًا خَاشِعًا مُنِيْبًا، وَعَمَلاً صَالِحًا زَاكِيًا، وَعِلْمًا نَافِعًا رَافِعًا، وَإِيْمَانًا رَاسِخًا ثَابِتًا، وَيَقِيْنًا صَادِقًا خَالِصًا، وَرِزْقًا حَلاَلاًَ طَيِّبًا وَاسِعًا، يَا ذَا الْجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ

 رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِاْلإِيمَانِ وَلاَ تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلاَّ لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَؤُوفٌ رَحِيمٌ

رَبَّنَا آتِنَا في الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

 عِبَادَ اللهِ :إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي القُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ 

Khutbah Idul Adha 2024

اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ

اَللهُ أَكْبَرْ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً، لَاإِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ، صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الْأَحْزَابَ وَحْدَهُ، لاَإِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ اْلحَمْدُ

الْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ أَمَرَنَا بِذَبْحِ الْأُضْحِيَّةِ. وَبَلَغَنَا إِلَى هٰذَا الْيَوْمِ مِنْ عَشْرِ ذِي الْحِجَّةِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ ذُوْ رَحْمَةٍ وَاسِعَةٍ. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ تُرْجَى مِنْهُ الشَّفَاعَةُ. أَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ النَّبِيِّ الرَّحْمَةِ، وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ ذَوِي الْعُقُوْلِ السَّلِيْمَةِ، صَلَاةً وَسَلَامًا مُتَلَازِمَيْنِ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ 

أَمَّا بَعْدُ، عِبَادَ الرَّحْمٰنِ، فَإنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ المَنَّانِ، الْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الْقُرْآنِ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمْ : فِيْهِ اٰيٰتٌۢ بَيِّنٰتٌ مَّقَامُ اِبْرٰهِيْمَ ەۚ وَمَنْ دَخَلَهٗ كَانَ اٰمِنًاۗ وَلِلّٰهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ اِلَيْهِ سَبِيْلًاۗ وَمَنْ كَفَرَ فَاِنَّ اللّٰهَ غَنِيٌّ عَنِ الْعٰلَمِيْنَ. وَقَالَ اَيْضًا: إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ 
الْكَوْثَرَ. فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ. إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ. صَدَقَ اللهُ العَظِيمُ

اللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، لاَإِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ اْلحَمْدُ

 Para hadirin sidang Idul Adha rahimakumullah.

Alhamdulillah pada pagi hari yang agung ini, kita sama-sama telah mengumandangkan takbir, tahlil dan tahmid secara terus menerus sejak tadi malam hingga pagi ini, untuk mengagungkan Asma Allah

Dan pada pagi hari ini kita berkumpul di Masjid yang mulia ini untuk melaksanakan perintah Allah, yaitu melaksanakan Shalat Idul Adha.

Mengawali khutbah Idul Adha ini, saya selaku khatib berwasiat, khususnya kepada diri saya sendiri, dan umumnya kepada semua yang hadir pada kesempatan Idul Adha ini, marilah kita tingkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah swt, dengan keimanan serta ketakwaan yang sesungguhnya. Keimanan akan firman-firman Allah yang disampaikan melalui lisan Nabi-Nya, kemudian kita menjalankan apa yang diperintahkan oleh Allah, serta menjauhi semua larangan-Nya

Terlebih lagi pada momentum bulan dzulhijjah, yang mana terdapat tiga peristiwa istimewa yang Allah syariatkan di bulan ini.

Sebagai mana kita ketahui bahwasanya bulan Dzulhijjah adalah salah satu bulan yang di hurmati dari empat bulan dalam setahun, sebagaimana Allah berfirman di dalam Al-Qur'an:

إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ

Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah adalah dua belas bulan dalam ketetapan Allah, ketika Ia menciptakan langit dan bumi; diantaranya ada empat (4) bulan Haram (yang mulia)

Rasulullah menegaskan mengenai empat bulan haram tersebut, sebagaimana beliau bersabda:

ثَلَاثَةٌ مُتَوَالِيَاتٌ ذُو القَعْدَةِ وَذُو الْحِجَّةِ وَالْمُحَرَّمُ وَرَجَبُ مُضَرُّ بَيْنَ جُمَادِى وَشَعْبَانَ

tiga bulan diantaranya berturut-turut Dzulqaidah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab Mudhar, yang terdapat diantara bulan Jumadi dan Sya’ban.”

(HR. Bukhari dan Muslim)

{ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ}

Itulah (ketetapan) agama yang lurus.

{فَلا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ}

maka janganlah kalian menganiaya diri kalian sendiri dalam bulan yang empat itu. (At-Taubah: 36)

Apakah yang dimaksud dengan menganiaya diri?

Para Ulama menafsirkan mengenai Firman Allah yang mengatakan tentang menganiaya diri sendiri, Yakni dalam bulan-bulan Haram itu janganlah kita melakukan dosa ataupun berbagai kemaksiatan, karena barangsiapa yang berbuat kemaksiatan pada bulan-bulan Haram, sanksinya jauh lebih berat daripada kemaksiatan yang dilakukan di hari-hari yang lain, dan dosanya akan dilipat gandakan daripada berbuat dosa di bulan-bulan yang lain. 

Sama halnya seperti orang yang berbuat dosa di dalam tanah Haram Kota Suci Mekah, maka dilipat gandakan pula dosanya, Sebagaimana firman Allah Swt:

{وَمَنْ يُرِدْ فِيهِ بِإِلْحَادٍ بِظُلْمٍ نُذِقْهُ مِنْ عَذَابٍ أَلِيمٍ}

dan siapa saja yang bermaksud melakukan kejahatan secara zalim di dalamnya, niscaya Kami akan rasakan kepadanya siksa yang pedih. (Al-Hajj: 25)

Selain perbuatan dosa yang dilipat gandakan dosanya, maka begitu pula amal baik, barangsiapa yang beramal baik pada bulan-bulan haram maka akan dilipat gandakan pula pahalanya

العَمَلُ الصَّالِحُ أَعْظَمُ أَجْرًا فِي الْأَشْهُرِ الْحُرُمِ

Amal salih lebih agung (besar) pahalanya di dalam bulan-bulan haram (Zulqa’dah, Zulhijjah, Muharram, dan Rajab).(Imam al-Baghawi, Ma’alimut Tanzil fi Tafsiril Qur’an).


اللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، لاَإِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ اْلحَمْدُ

Para hadirin Jamaah shalat Idul Adha yang di rahmati Allah

Bulan Dzulhijjah adalah merupakan satu bulan yang diagungkan oleh Allah hingga hari kiamat, maka kita wajib untuk mengagungkan apa yang di agungkan oleh Allah.

 فَعَظِّمُوْا مَا عَظَّمَ اللهُ، فَإِنَّمَا تُعَظَّمُ الْأُمُوْرُ بِمَا عَظَّمَهَا اللهُ بِهِ

Maka agungkanlah sesuatu yang diagungkan oleh Allah. Maka sungguh keagungan sesuatu bila diagungkan oleh Allah kepadanya. (Tafsir Imam Ibnu Katsir)

Dan karena keagungan bulan inilah, Allah mensyariatkan kepada umat Islam untuk melaksanakan dua Ibadah yang khusus hanya bisa dilakukan di bulan Dzulhijjah.

Syariat Pertama adalah ibadah haji, yang mana ibadah haji ini adalah suatu ibadah yang hanya boleh dilakukan di bulan dzulhijjah setiap tahun dan tidak bisa dilakukan di bulan-bulan lainnya, dan selain hanya boleh dilakukan di bulan Dzulhijjah, ibadah haji ini pula sudah ditetapkan tempat pelaksanaannya, yang mana ibadah ini hanya bisa dilakukan di Baitullah dan tidak bisa dilakukan dimanapun di dunia ini selain di baitullah.

وَلِلّٰهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ اِلَيْهِ سَبِيْلًا

Dan (di antara) kewajiban manusia terhadap Allah adalah melaksanakan ibadah haji ke Baitullah, yaitu bagi orang-orang yang mampu mengadakan perjalanan ke sana. (QS. Ali 'Imran: Ayat 97)

وَمَنْ كَفَرَ فَاِنَّ اللّٰهَ غَنِيٌّ عَنِ الْعٰلَمِيْنَ

Barangsiapa mengingkari (kewajiban) haji, maka ketahuilah bahwa Allah Mahakaya (tidak memerlukan sesuatu) dari seluruh alam. (QS. Ali 'Imran: Ayat 97)

Dan bahkan lebih utama lagi bahwasanya ibadah haji adalah suatu ibadah yang menyempurnakan keislaman seseorang, bagi siapa yang sudah melakukan ibadah haji maka sempurnalah keislamannya.

Syariat Kedua adalah penyembelihan hewan kurban, Sebagaimana firman Allah:

اِنَّآ اَعْطَيْنٰكَ الْكَوْثَر

Sungguh, Kami telah memberimu (Muhammad) nikmat yang banyak.”

فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْۗ

Maka laksanakanlah shalat karena Tuhanmu, dan berkurbanlah .”.

Syariat penyembelihan hewan kurban hanya dilakukan pada bulan Dzulhijjah bertepatan pada raya idul Adha, dan tidak disebut kurban jika dilakukan di hari-hari yang lain selain hari raya Idul Adha. Dan diterima kurban seseorang jika dilakukan setelah shalat Idul Adha hingga tiga hari setelahnya.

اللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، لاَإِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ اْلحَمْدُ

Para hadirin Jamaah shalat Idul Adha yang di rahmati Allah

Pelaksanaan ibadah haji dan Penyembelihan hewan kurban adalah merupakan sebuah ujian keimanan bagi kita sebagai umat Islam, sampai sejauh manakah ketaatan kita kepada Allah dalam melaksanakan perintah-Nya, dan sebesar apakah kita mampu mengeluarkan harta kita dalam berkurban untuk Allah yang sudah memberikan kita rejeki dan berbagai kenikmatan selama hidup. 

لَن تَنَالُوا الْبِرَّ حَتَّىٰ تُنفِقُوا مِمَّا تُحِبُّونَ

Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai.[Al Imran: 92]

Melaksanakan ibadah haji berarti kita harus mengeluarkan sebagian harta kita yang kita cintai dalam jumlah yang cukup besar untuk melakukan perjalanan ke Baitulllah, dan ibadah haji ini bukanlah wisata religi melainkan ibadah fisik, yang mana kita harus siap mental dan fisik kita untuk melakukan berbagai rukun dalam ibadah haji.

Begitu pula ibadah kurban, kita harus menyisihkan sebagian harta yang kita cintai untuk dibelikan hewan kurban dan kemudian dibagikan kepada orang lain, jika bukan dilandasi dengan keimanan tentu saja dua ibadah ini adalah ibadah yang berat. 

Mari kita simak sebuah hadits:

عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَا عَمِلَ آدَمِيٌّ مِنْ عَمَلٍ يَوْمَ النَّحْرِ أَحَبَّ إِلَى اللَّهِ مِنْ إِهْرَاقِ الدَّمِ

Dari 'Aisyah menuturkan bahwa Rasulullah SAW  bersabda, “Tidak ada suatu amalan yang dikerjakan oleh anak Adam pada hari raya Idul Adha yang lebih dicintai oleh Allah daripada menumpahkan darah (menyembelih hewan).

إِنَّهَا لَتَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِقُرُونِهَا وَأَشْعَارِهَا وَأَظْلَافِهَا

Karena hewan itu akan datang pada hari kiamat dengan tanduk-tanduknya, bulu-bulunya, dan kuku-kuku kakinya. 

وَأَنَّ الدَّمَ لَيَقَعُ مِنْ اللَّهِ بِمَكَانٍ قَبْلَ أَنْ يَقَعَ مِنْ الْأَرْضِ

Darah hewan itu akan sampai di sisi Allah sebelum menetes ke tanah.

فَطِيبُوا بِهَا نَفْسًا

Karenanya, lapangkanlah jiwamu untuk melakukannya.

(Hadits Hasan, riwayat al-Tirmidzi: 1413 dan Ibn Majah: 3117)

Di dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah ra, Rasulullah SAW bersabda:

مَنْ كَانَ لَهُ سَعَةٌ وَلَمْ يُضَحِّ فَلَا يَقْرَبَنَّ مُصَلَّانَا

"Barangsiapa memiliki keluasaan rizki namun tidak berkorban, maka janganlah ia mendekati tempat shalat kami." 

(HR Ibnu Majah: 3114)

وَمَا تُنفِقُوا مِن شَيْءٍ فَإِنَّ اللَّهَ بِهِ عَلِيمٌ

Dan apa saja yang kamu nafkahkan maka sesungguhnya Allah mengetahuinya. [Al Imran: 92]


اللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، لاَإِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ اْلحَمْدُ

Para hadirin Jamaah shalat Idul Adha yang di rahmati Allah

Dalam berkurban, marilah kita meneladani kisah Nabi Ibrahim AS serta kesabarannya, yang mana beliau diperintah oleh Allah untuk menyembelih putranya yaitu Nabi Ismail melalui sebuah mimpi, Beliau mengalami mimpi yang sama ketika tidur selama tiga hari berturut-turut, mulai tanggal 7, 8 dan 9 dzulhijjah, dan pada hari kesepuluh dzulhijjah kemudian beliau mengutarakan mimpinya tersebut kepada putranya

Sebagaimana kisah ini Allah abadikan di dalam Al-Qur'an

يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَىٰ فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانظُرْ مَاذَا تَرَىٰ

"Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!". (102)

قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ ۖ سَتَجِدُنِي إِن شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ

Ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar". (102)

فَلَمَّا أَسْلَمَا وَتَلَّهُ لِلْجَبِينِ

Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya). (103)

Dalam sebuah kisah diceritakan bahwa Nabi Ibrahim sempat menempelkan pisaunya di leher Nabi Ismail dan menggesekkannya beberapa kali, akan tetapi pisau tersebut tidak mempan, dan atas kehendak Allah ternyata pisau itu terbalik yang tajamnya diatas dan yang digesekkan adalah bagian yang tumpul, kemudian Nabi Ibrahim membalikkan pisau tersebut dan hendak menggesekkannya untuk kedua kali, Namun kemudian Allah memanggilnya

‏ وَنَادَيْنَاهُ أَن يَا إِبْرَاهِيمُ‏

Dan Kami panggillah dia: "Hai Ibrahim, (104)

قَدْ صَدَّقْتَ الرُّؤْيَا ۚ إِنَّا كَذَٰلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ

sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. (105)

إِنَّ هَٰذَا لَهُوَ الْبَلَاءُ الْمُبِين

Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. (106)

 وَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ

Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. (107)

وَتَرَكْ‏نَا عَلَيْهِ فِي الْآخِرِينَ

Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian, (108)

(QS  Ash-Shaffat: 101-108)

Itulah kisah nyata ketaatan dan kesabaran Nabi Ibrahim ketika diperintahkan oleh Allah untuk menyembelih putranya yang di abadikan di dalam Al-Qur'an, jangankan harta, bahkan putra yang sangat dicintapun rela beliau korbankan sebagai bukti bahwa Allah lebih utama dari apapun yang beliau miliki. 

Andai saja Allah tidak menggantinya dengan seekor domba tentu saja syariat ini akan terus berlangsung hingga hari kiamat, setiap bapa harus menyembelih anaknya setiap tahun.

Bersyukur kita tidak diperintahkan untuk menyembelih anak-anak kita, namun kita hanya diperintahkan untuk menyembelih hewan kurban, dan ini lebih ringan daripada menyembalih anak-anak kita yang kita cintai.

Namun kendatipun demikian, menyisihkan sebagian harta untuk berkurban itu bukanlah hal yang ringan, bukan karena tidak punya akan tetapi karena takut miskin atau takut kekurangan, Itulah sifat manusia, kita lebih suka menerima daripada memberi.

Padahal dengan kita berkurban bukan berarti Allah butuh kepada persembahan yang kita kurbankan, akan tetapi sebagai bukti ketakwaan kita kepada Allah. 

‏ لَن يَنَالَ اللَّهَ لُحُومُهَا وَلَا دِمَاؤُهَا وَلَٰكِن يَنَالُهُ التَّقْوَىٰ مِنكُمْ

Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. 

(QS Al-Hajj ayat 37) 

Sebagai penutup, satu hadits yang harus kita imani

مَا أَحْسَنَ عَبْدٌ الصَّدَقَةَ إِلَّا أَحْسَنَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ الْخِلَافَةَ عَلَى تِرْكَتِهِ   

Tidaklah seorang hamba memperbaiki sedekahnya kecuali Allah memperbaiki pengganti atas harta tinggalannya.” (HR Ibnu al-Mubarak).


بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْأَنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَةِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلْ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَاتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Khutbah Kedua Idul Adha

الله اكبر ۷× الله اكبر كبيرا والحمد لله كثيرا، وسبحان الله بكرة وأصيلا، لااله الاّالله والله اكبر، الله اكبر ولله الحمد . أَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ خَلَقَ الْإِنْسَانَ وَصَوَّرَهُ مِنَ الْعَدَمِ، وَقَدَّرَ رِزْقَهُ وَاَجَلَهُ وَعَلَيْهِ بِكَأْسِ الْمَنُوْنِ قَدْ حَكَمْ، اَشْهَدُ اَنْ لَااِلَهَ اِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ شَهَادةً تُنْجِيْ قَائِلَهَا مِنَ الْاَلَمْ، وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ شَرَفَ اللهُ بِهِ الْمُرْسَلِيْنَ وَبِهِ خَتَمْ
اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى الهِ وَاَصْحَابِهِ، صَلَاةً وَسَلَامًا دَائِمَيْنِ مُتَلَازِمَيْنِ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ
{امابعد}
اَيُّهَاالنَّاسُ اتَّقُوْااللهَ وَاعْلَمُوْا أَنَّ هَذَاالْيَوْمَ يَوْمُ النَّحْرِ فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ حُرِمَ عَلَيْنَا فِيْهِ الصِّيَامُ وَأُحِلَ لَنَا فِيْهِ الطَّعَامُ، أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمْ،؛ يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا ارْكَعُوا وَاسْجُدُوا وَاعْبُدُوا رَبَّكُمْ وَافْعَلُوا الْخَيْرَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ : (الحج : ۷۷
إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِ يَاَيُّهَاالَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
اللَّهُمَّ صَلِّوَسَلِّم وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ الهِ وَاَصْحَابِهِ اَجْمَعِيْنَ آمين يَا مُجِيْبَ السَـائِلِيْنَ
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدَيْنَا وَلِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمُسْلِمَاتِ وَالمُؤْمِنِيْنَ وَالمُؤْمِنَاتِ اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا مَا قَدَّمْنَا وَمَا أَخّرْنَا وَمَا أَسْرَرْنَا وَمَا أَعْلَنَّا وَمَا أَنْتَ أَعْلَمُ بِهِ مِنَّا أَنْتَ المُقَدِّمُ وَأَنْتَ المُؤَخِّرُ وَأَنْتَ عَلَى كُلِّ شَيٍءٍ قَدِيْرٍ
اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلَامَ وَالمُسْلِمِيْنَ، وَأَذِلَّ الشِرْكَ وَالمُشْرِكِيْنَ، وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنَ، اَللَّهُمَّ انْصُرْ مَنْ نَصَرَ دِيْنَكَ وَكِتَابِكَ وَسُنَّةَ نَبِيِّكَ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، اَللَّهُمَّ وَانْصُرْ عِبَادَكَ المُؤْمِنِيْنَ يَا ذَا الجَلَالِ وَالإِكْرَامِ
اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِيْنَنَا اَلَّذِيْ هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا، وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَا اَلَّتِي فِيْهَا مَعَاشُنَا، وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا اَلَّتِي فِيْهَا مَعَادُنَا، وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِي كُلِّ خَيْرٍ وَالمَوْتَ رَاحَةً لَنَا فِي كُلِّ شَرٍّ
رَبَّنَا آتِنَا فِيْ الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. والحمد لله رب العالمين

Adab Berziarah ke Maqam Rasulullah: Meneladani Ajaran dan Menghormati Warisan Spiritual

Berziarah ke Maqam Rasulullah SAW bukanlah sekadar kunjungan biasa, melainkan suatu bentuk ibadah dan penghormatan kepada Nabi Muhammad SAW. 

Mengawali Perjalanan dengan Niat yang Suci

Sebelum kita menginjakkan kaki di Maqam Rasulullah, penting bagi kita untuk membersihkan hati dan niat. 

Sebagaimana hadits mengingatkan, Telah menceritakan kepada kami Abu ’Ubaidah, Al-Qaadliy, dan Ibnu Makhlad, mereka semua berkata : Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al-Waliid Al-Busriy : telah menceritakan kepada kami Wakii’ : Telah menceritakan kepada kami Khaalid bin Abi Khaalid dan Abu ’Aun, dari Asy-Sya’biy dan Al-Aswad bin Maimuun, dari Haaruun bin Abi Qaza’ah, dari seorang laki-laki keluarga Haathib, dari Haathib, ia berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ’alaihi wa sallam :

مَنْ زَارَنِي بَعدَ مَوْتِي، فَكَأَنَّمَا زَارَنِي فِيْ حَيَاتِيْ، وَمَنْ مَاتَ بِأَحَدِ الْحَرَمَيْنِ بُعِثَ مِنَ الْآمِنِيْنَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ.

Barangsiapa yang menziarahiku setelah kematianku, maka seakan-akan ia menziarahiku sewaktu aku masih hidup. Dan barangsiapa yang mati di salah satu di antara dua tanah haram (Makkah dan Madinah), niscaya ia akan dibangkitkan sebagai orang-orang yang mendapat keamanan di hari kiamat”.

Niat kita seharusnya murni, penuh cinta, dan dengan tujuan mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Tidak Meninggikan Suara di Hadapan Rasulullah

Seiring dengan niat yang tulus, kita diajak untuk merenungi ayat Al-Qur'an yang menasihati kita agar tidak meninggikan suara di hadapan Nabi. 

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَرْفَعُوْٓا اَصْوَاتَكُمْ فَوْقَ صَوْتِ النَّبِيِّ وَلَا تَجْهَرُوْا لَهٗ بِالْقَوْلِ كَجَهْرِ بَعْضِكُمْ لِبَعْضٍ اَنْ تَحْبَطَ اَعْمَالُكُمْ وَاَنْتُمْ لَا تَشْعُرُوْنَ 


Wahai orang-orang yang beriman, janganlah meninggikan suaramu melebihi suara Nabi dan janganlah berkata kepadanya dengan suara keras sebagaimana kerasnya (suara) sebagian kamu terhadap yang lain. Hal itu dikhawatirkan akan membuat (pahala) segala amalmu terhapus, sedangkan kamu tidak menyadarinya.

(QS Al-Hujurat: Ayat 2)

Ayat ini adalah perintah langsung dari Allah yang mengajarkan adab kepada kita, bagaimana cara berbicara ketika berada di hadapan maqam Rasulullah, sampaikan lembut dan penuh hormat di hadapan makam Rasulullah.

Meneladani Akhlak dan Kepribadian Rasulullah

Selama berziarah, mari kita refleksikan ajaran dan kehidupan Nabi Muhammad SAW. Bagaimana beliau bersikap, berbicara, dan berinteraksi dengan orang lain. Tindakan ini bukan hanya sekadar mengenang, tetapi juga menjadi inspirasi untuk meningkatkan kualitas hidup dan berinteraksi dengan sesama.

Tips Berziarah yang Bermakna

Berdoa dengan Ikhlas: Sampaikan doa-doa dengan hati yang ikhlas dan penuh harap kepada Allah SWT.

Membaca Surat Yasin dan Al-Fatihah: Bacalah Surat Yasin dan Al-Fatihah sebagai doa untuk mendatangkan keberkahan.

Berzikir dan Berintrospeksi: Luangkan waktu untuk berzikir dan merenung, meresapi makna hidup dan kehadiran kita di dunia.

Beramal Shalih: Lakukan amal shalih sebagai bentuk syukur atas kesempatan untuk berziarah ke tempat suci ini.

Mengakhiri dengan Doa dan Harapan

Sebelum meninggalkan Maqam Rasulullah, jangan lupa untuk memanjatkan doa untuk diri sendiri, keluarga, umat, dan seluruh umat manusia. Semoga perjalanan ini memberikan keberkahan dan menjadi bekal spiritual bagi kita dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

Penutup

Adab berziarah ke Maqam Rasulullah bukan hanya tentang menempuh perjalanan fisik, tetapi lebih dari itu, merupakan perjalanan spiritual yang memperkaya jiwa dan mengokohkan iman. Semoga video ini menginspirasi kita semua untuk menjalankan ziarah dengan adab yang sesuai dengan ajaran Islam, serta menjadikan setiap langkah kita sebagai bentuk penghormatan kepada Rasulullah SAW.

Tanah Arab Kembali Hijau, Dipenuhi Tumbuhan dan Sungai-Sungai

Dan di antara tanda-tanda Kiamat adalah tanah Arab kembali hijau penuh dengan tumbuhan dan sungai. Dijelaskan dalam hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى تَعُودَ أَرْضُ الْعَرَبِ مُرُوجًا وَأَنْهَارًا.

“Tidak akan tiba hari Kiamat hingga tanah Arab kembali hijau penuh dengan tumbuhan dan sungai-sungai.”

Di dalam hadits ini terdapat dalil bahwa tanah Arab sebelumnya adalah hijau penuh dengan tumbuhan dan sungai-sungai dan akan kembali seperti semula.

Yang nampak jelas dari hadits tersebut bahwa negeri-negeri Arab yang sudah ribuan tahun dalam kondisi gersang dan tandus, akan dilimpahi dengan air yang banyak, sehingga menjadi sungai-sungai, tumbuh di atasnya berbagai macam tumbuhan sehingga menjadi padang rumput, kebun-kebun, dan hutan-hutan.

Dan sekarang semua yang dikabarkan Nabi SAW sudah terjadi.

Bukti yang nyata dari kebenaran hadits ini adalah munculnya di zaman ini sumber-sumber air yang mengalir bagaikan sungai, dan tumbuh di atasnya berbagai macam tanaman, dan akan terbukti segala hal yang dikabarkan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. 

Ketahui 8 Tempat Miqat Saat Umroh, Syarat dan Rukun serta Larangan-Larangannya

Selamat datang, para calon tamu-tamu Allah yang berbahagia! Apakah Anda sedang merencanakan untuk menjalani ibadah umroh? Jika iya, Anda berada di tempat yang tepat! Di artikel ini, kita akan menjelajahi dunia umroh. dengan lebih mengenal panduan seputar umroh, mengenal 9 tempat-tempat miqat, serta syarat dan rukun umroh yang wajib diketahui, juga larangan-larangan yang harus dihindari.

Sebagaimana Ibadah Sholat, ibadah umroh juga memiliki syarat dan rukun yang harus di penuhi, serta larangan-larangan yang harus dihindari.

Syarat adalah sesuatu yang harus dipenuhi ketika kita melakukan ibadah. Apabila syarat tersebut tidak terpenuhi, maka ibadah kita tidak sah. Sedangkan rukun adalah tata cara yang harus dilakukan dalam sebuah ibadah

 Syarat  Umroh :

1. Muslim (umroh hanya boleh dilakukan oleh umat islam).
2. Berakal (dalam keadaan sadar atau tidak gila).
3. Baligh (sudah dewasa).
4. Mampu (mampu dalam arti mampu biaya dan mampu dalam kedaan fisik atau kesehatan, terdapat kendaraan yang siap mengantar umroh dan juga keamanan dalam arti keselamatan jiwa).

Rukun Umroh:
Rukun Umroh ada 5 yaitu;
  1. Ihram di Miqat dan berniat. Miqat (bahasa Arab: ميقات) adalah batas bagi dimulainya ibadah haji atau Umroh (batas-batas yang telah ditetapkan). Apabila melintasi miqat, seseorang yang ingin mengerjakan haji perlu mengenakan kain ihram dan berniat (Niat berumroh setelah sebelumnya menggunakan pakaian ihram).
    Bacaan niat Umrah :
    لَبَّيْكَ اللَّهُمَّ عُمْرَةً
    Aku sambut panggilan-Mu ya Allah untuk berumrah.
    Atau :
    نَوَيْتُ الْعُمْرَةَ وَأَحْرَمْتُ بِهَا للهِ تَعَالىَ
    Aku niat umrah dengan berihram karena Allah ta'ala.
  2. Tawaf (Mengitari Ka'bah sebanyak 7 putaran). Anda bisa mengunjungi Do'a Tawaf putaran 1 sampai tujuh
  3. Sai (Berlarian kecil antara Shafa – Marwah sebanyak tujuh kali putaran ).
  4. Tahallul (mencukur rambut kepala atau memotong sebagian).
  5. Tertib. 
Bila seorang jama'ah meninggalkan salah satu rukun umrah, maka ibadah umrahnya tidak sah dan wajib membayar dam..

Wajib umrah yaitu ihram untuk melaksanakan umrah dari miqat (tempat dimulainya pelaksanaan niat ihram) dan tidak melakukan beberapa perbuatan yang dilarang selama berihram.


Wajib Umrah diantaranya adalah Ihram dari miqat
Tempat-tempat Miqat antara lain;

1. Zul Hulaifah atau lebih sering disebut Bir Ali sekitar 10km dari kota Madinah,

Dhul Hulaifah merupakan tempat ambil miqat yang berlokasi di barat daya Makkah, sekitar 10 km dari kota Madinah.

Tempat ini dikenal sebagai Abyar Ali dan memiliki sejarah penting karena Rasulullah SAW dan para sahabatnya berihram dari sini dalam perjalanan umrah dan haji.

2. Ji'ranah:

Ji'ranah terletak sekitar 19 km di sebelah utara Makkah.

Sejarah Ji'ranah terkait dengan peristiwa haji Wada (haji perpisahan) di mana Rasulullah SAW dan para sahabatnya berihram dari Ji'ranah.

3. Yalamlam

Yalamlam berada di arah tenggara Mekkah, dengan jarak sekitar 92 kilometer. Ini adalah lokasi miqat bagi jemaah yang berasalh dari Yaman dan mereka yang melalui rute yang sama, seperti jemaah dari India, Pakistan, China, dan Jepang. 

Jemaah haji Indonesia yang mengambil miqat saat perjalanan di pesawat biasanya dilakukan ketika pesawat mendekati Yalamlam/Qarnul Manazil. Kru pesawat akan mengumumkan jika pesawat sudah akan melintas di atas Yalamlam/Qarnul Manazil. 

Jika mengambil miqat di pesawat, maka jemaah dianjurkan segera berpakaian ihram dan melakukan niat haji/umrah di dalam hati dan melafalkannya dengan lisan.

4. Masjid Aisha (Tan'im):

Masjid Aisha terletak sekitar 5 km di sebelah tenggara Masjidil Haram.

Tempat ini juga dikenal sebagai Tan'im dan dihubungkan dengan peristiwa Umrah Qudha setelah Perjanjian Hudaibiyah, di mana Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya berihram dari sini.

5. Hudaibiyah.

Hudaibiyah terletak di luar batas Haram (kawasan suci) di Makkah. Secara tepat, Hudaibiyah berada di sebelah barat daya Makkah, yang berarti bahwa Hudaibiyah terletak di arah barat daya dari Masjidil Haram. Jarak antara Hudaibiyah dan Masjidil Haram adalah sekitar 18 kilometer.

6. Juhfah

Juhfah berlokasi sekitar 183 kilometer di arah barat laut Mekkah. Lokasi miqat ini biasanya digunakan jemaah dari Syria, Yordania, Mesir dan Lebanon.

7. Qarnul Manazil (as-Sail)

Lokasi Qarnul Manazil (as-Sail) di dekat kawasan pegunungan Taif, sekitar 94 kilometer di timur Makkah. Biasanya, titik miqat ini menjadi lokasi miqat bagi jemaah dari Dubai.

8. Zatu Irqin

Lokasi miqat ini berjarak sekitar 94 kilometer di arah timur laut Mekkah. Biasanya, digunakan sebagai lokasi miqat jemaah dari Iran dan Irak atau yang melalui rute yang sama.
9. Bandara King Abdul Aziz, Jeddah. Bandara King Abdul Aziz dijadikan lokasi miqat setelah Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengeluarkan fatwa pada 28 Maret 1980 tentang keabsahan Bandara Jeddah sebagai tempat miqat. Fatwa ini dikukuhkan kembali pada 19 September 1981
 

1. Sebelum berangakat menaiki kendaraan dari hotel, mandi terlebih dahulu kemudian mengenakan wangi-wangian.
2. Bagi pria memakai kain ihram yang sudah ditentukan, dua helai kain yang tidak dijahit mengurung, satu helai kain untuk pengganti celana, yang sehelai lagi untuk selendang (tidak boleh mengenakan pakaian lain yang ada jahitannya seperti peci, topi termasuk juga celana dalam). Bagi perempuan pakaian ihramnya biasa saja.
3. Setelah tiba di tempat miqat, lakukan shalat sunnah dua rakaat yaitu shalat sunnah Ihram, setelah selesai kemudian membaca niat umroh yang ikhlas dan tulus tanpa ada paksaan
4. Adapun lafadz niatnya adalah sebagaimana disebutkan diatas:
Bacaan niat Umrah :
لَبَّيْكَ اللَّهُمَّ عُمْرَةً
Aku sambut panggilan-Mu ya Allah untuk berumrah.
Atau :
نَوَيْتُ الْعُمْرَةَ وَأَحْرَمْتُ بِهَا للهِ تَعَالىَ
Aku niat umrah dengan berihram karena Allah ta'ala.

5. Setelah selesai niat maka berlakulah semua larangan yang tidak boleh dilakukan selama Umroh antara lain:

Larangan saat melaksanakan ihram :
  1. Tidak diperbolehkan memotong dan mencabut sebagian atau keselruhan rambut, tidak boleh memotong kuku, tidak boleh menggaruk kulit sampai terkelupas dan mengeluarkan darah.
  2. Tidak diperbolehkan mengenakan parfum dan wewangian, termasuk parfum yang terdapat pada sabun mandi.
  3. Tidak diperbolehkan membikin gaduh, seperti bertengkar.
  4. Tidak diperbolehkan bermesraan meskipun dalam ikatan yang resmi.
  5. Tidak diperbolehkan bersetubuh antar pasangan resmi.
  6. Tidak diperbolehkan berkata-kata kotor.
  7. Tidak diperbolehkan melakukan pernikahan.
  8. Tidak diperbolehkan berburu binatang atau membantu berburu binatang liar.
  9. Tidak diperbolehkan membunuh binatang liar atau pun binatang pelliharaan (kecuali mengancam jiwa), memotong atau mencabut tumbuh-tumbuhan yang masih hidup dan segala hal yang mengganggu kehidupan mahluk.
  10. Tidak diperbolehkan memakai make-up.
  11. Pria tidak diperbolehkan  : memakai penutup kepala (topi, sorban,dsb), memakai pakaian yang terdapat jahitannya dan tidak boleh memakai alas kaki yang menutup mata kaki.
  12. Wanita tidak diperbolehkan : menutup wajah dan tidak boleh menutup telapak tangan mengenakan apa pun.
Kemudian selama perjalanan menuju Makkah hendaklah membaca talbiyah.

لَـبَّـيْكَ اللَّهُمَّ لَـبَّـيْكَ، لَـبَّـيْكَ لاَ شَرْيَكَ لَكَ لَـبَّـيْكَ، إِنَّ الْحَمْدَ وَالنِّعْمَةَ لَكَ وَالْمُلْكَ لاَ شَرِيْكَ لَكَ

Aku memenuhi panggilan-Mu Ya Allah (sungguh) Aku memenuhi panggilan-Mu, (sungguh) Aku memenuhi panggilan-Mu tiada sekutu bagimu, sesungguhnya seluruh pujian kesempurnaan, dan seluruh nikmat serta kekuasaan hanya milik-Mu yang tiada sekutu bagi-Mu. 

Panduan Berbicara di Depan Publik dalam Islam


Tips Berceramah Efektif Dalam Islam

Di dalam Islam, terdapat beberapa amalan dan prinsip yang dapat membantu seseorang menjadi pandai berbicara dan berkomunikasi dengan baik. Berikut adalah beberapa amalan yang dapat membantu:

Bertaqwa kepada Allah: Ketika seseorang memiliki ketakwaan kepada Allah, ia akan lebih berhati-hati dalam perkataan dan perilaku. Amalan ini akan membantu seseorang untuk berbicara dengan penuh pertimbangan dan menghindari perkataan yang tidak baik.

Berbicara dengan Kelembutan: Rasulullah Muhammad ﷺ diajarkan oleh Allah untuk berbicara dengan kelembutan dan lemah lembut. Kelembutan dalam berbicara adalah sifat yang sangat dihargai dalam Islam dan dapat membantu membangun hubungan yang baik dengan orang lain.

Berbicara yang Benar: Islam mengajarkan pentingnya berbicara yang jujur dan benar. Seorang Muslim seharusnya menghindari kebohongan dan berbicara hanya dengan fakta yang benar.

Menghindari Ghibah (Menggunjing): Ghibah adalah berbicara tentang seseorang dengan hal-hal negatif atau membicarakan keburukan orang lain di belakangnya. Islam mengajarkan untuk menghindari ghibah, karena itu dapat merusak hubungan dan menyebabkan fitnah.

Berbicara dengan Ilmu: Memiliki pengetahuan yang baik tentang apa yang dibicarakan adalah penting. Islam mendorong umatnya untuk belajar dan mencari ilmu. Berbicara dengan dasar pengetahuan akan membuat komunikasi lebih kuat dan meyakinkan.

Bersikap Sabar: Dalam situasi yang sulit atau konflik, bersikap sabar adalah penting. Berbicara dengan emosi berlebihan dapat memperburuk situasi. Islam mengajarkan untuk menjaga ketenangan dalam berbicara.

Berbicara dengan Bijaksana: Islam mendorong penggunaan hikmah dalam berbicara. Berbicara dengan bijaksana dan memilih kata-kata yang tepat akan membantu pesan yang ingin disampaikan lebih mudah dimengerti.

Mendengarkan dengan Perhatian: Berbicara yang baik juga termasuk kemampuan mendengarkan dengan baik. Islam mengajarkan untuk memberikan perhatian kepada orang yang berbicara dan menghindari berbicara saat orang lain berbicara.

Berdoa: Memohon kepada Allah agar diberikan kemampuan berbicara yang baik adalah amalan yang sangat dianjurkan dalam Islam. Berdoa kepada Allah untuk membantu dalam komunikasi adalah tanda ketergantungan kita kepada-Nya.

Selain amalan-amalan di atas, penting juga untuk terus berlatih dan belajar dalam hal komunikasi. Buku, seminar, dan kursus mengenai komunikasi yang efektif juga bisa menjadi sumber pengetahuan yang sangat bermanfaat.

Apa Amalan Agar Kita Pandai Berceramah di depan Publik?

Di dalam Islam juga terdapat amalan dan prinsip-prinsip yang dapat membantu seseorang menjadi pandai dalam berceramah atau berbicara di depan publik. Berikut beberapa amalan yang dapat membantu:

Mendalami Ilmu Agama: Seorang penceramah yang baik seharusnya memiliki pemahaman yang kuat tentang ajaran Islam. Belajar dan mendalami ilmu agama secara mendalam akan memberikan pondasi yang kokoh untuk berbicara tentang topik agama dengan otoritas dan kepercayaan diri.

Latihan dan Persiapan: Persiapan yang matang adalah kunci kesuksesan dalam berbicara di depan publik. Menyusun materi ceramah dengan baik, berlatih membawakan materi, dan mengenal audiens yang akan dihadapi adalah langkah-langkah penting.

Menggunakan Contoh dari Kehidupan Nabi: Mengambil contoh-contoh dari kehidupan Nabi Muhammad ﷺ dan para sahabat dalam ceramah dapat membuat ceramah lebih relevan dan memberikan pemahaman yang lebih mendalam.

Berbicara dengan Kelembutan dan Ketenangan: Kelembutan dan ketenangan dalam berbicara sangat penting agar pesan yang disampaikan mudah dipahami dan diterima. Menebar rasa tenang akan membantu audiens lebih terhubung dengan pesan yang disampaikan.

Menggunakan Kisah-Kisah dalam Al-Quran dan Hadis: Menggunakan kisah-kisah yang terdapat dalam Al-Quran dan Hadis untuk mendukung materi ceramah dapat membuat pesan lebih hidup dan mengena.

Menghindari Berlebihan: Berbicara dengan cara yang sederhana dan mudah dipahami akan lebih efektif daripada menggunakan bahasa yang terlalu rumit atau berbicara dalam jumlah kata yang berlebihan.

Menjaga Niat Ikhlas: Seorang penceramah harus menjaga niatnya agar ceramahnya semata-mata untuk mengharapkan keridhaan Allah dan memberikan manfaat kepada audiens, bukan untuk tujuan pribadi atau pujian.

Memperhatikan Reaksi Audiens: Seorang penceramah yang baik harus peka terhadap reaksi audiens. Mengamati bagaimana audiens merespons ceramah dapat membantu menyesuaikan gaya berbicara dan konten untuk menciptakan interaksi yang lebih baik.

Berdoa: Memohon kepada Allah agar diberikan kemampuan berceramah yang baik adalah amalan penting. Berdoa kepada Allah untuk membantu dalam berbicara di depan publik adalah tanda ketergantungan kita kepada-Nya.

Belajar dari Penceramah Lain: Mengamati dan belajar dari penceramah-penceramah yang sudah mahir juga bisa menjadi sumber inspirasi. Melihat bagaimana mereka menyampaikan pesan, mengatur intonasi suara, dan membangun hubungan dengan audiens bisa memberikan wawasan berharga.

Ingatlah bahwa menjadi penceramah yang baik memerlukan waktu, dedikasi, dan latihan yang konsisten. Tidak ada jalan pintas untuk menguasai keterampilan ini, tetapi dengan menggabungkan prinsip-prinsip Islam dengan latihan yang tepat, seseorang dapat menjadi lebih mahir dalam berceramah.

Maulid Barzanji Attiril 1 Sampai Attirl 19 Lengkap Arab Dengan Artinya



Kitab Al-Barzanji adalah sebuah karya sejarah yang memfokuskan pada perjalanan hidup Nabi Muhammad SAW, termasuk pujian dan doa kepada beliau. Karya ini juga dikenal sebagai kitab maulid yang populer di kalangan umat muslim Indonesia, terutama warga Nahdliyin.

Kitab ini mengisahkan tentang kelahiran Nabi Muhammad SAW, perjalanan dakwah beliau, dan berbagai hal lainnya. Dengan judul resmi "Iqdul Jauhar fî Maulidin Nabiyyil Azhar," kitab ini dirancang dengan tujuan utama untuk memperkuat rasa cinta kepada Nabi Muhammad SAW.

Seiring berjalannya waktu, kitab ini lebih sering disebut sebagai "Maulid Barzanji," yang mengacu pada penulisnya.Kitab Al-Barzanji mengukir sejarah yang tak tergoyahkan dalam menggambarkan perjalanan hidup Nabi Muhammad SAW. Tercermin dalam haluan-haluan perjalanan dan keberkahan doa serta pujian yang dipersembahkan kepada sang Nabi, karya ini telah menjalar begitu dalam di kalangan umat Muslim Indonesia, dengan khususnya di antara warga Nahdliyin.

Dalam alunan halaman kitab ini, cerita kelahiran Nabi Muhammad SAW mengalir begitu indah, sementara perjalanan dakwah beliau menyatu dalam tulisan-tulisan yang penuh makna. Setiap halaman merupakan puncak penghormatan dan penghargan terhadap beliau, Nabi yang diakui sebagai rahmat bagi seluruh alam. Judul resmi karya ini, "Iqdul Jauhar fî Maulidin Nabiyyil Azhar," menjadi saksi bahwa kitab ini tak hanya sekadar kumpulan tulisan, tetapi juga merupakan simbol kasih dan cinta yang tak tergoyahkan kepada Nabi Muhammad SAW.

Seiring berlalunya masa, "Maulid Barzanji" telah menjadi panggilan akrab untuk kitab ini. Nama ini merujuk kepada sosok penulisnya, Sayyid Zainal ‘Abidin Ja’far bin Hasan bin ‘Abdul Karim al-Husaini asy-Syahzuri al-Barzanji.

Kesederhanaan kata-kata dalam kitab ini sejalan dengan ketenangan hati penulisnya, Sayyid Ja’far al-Barzanji, yang lahir di Madinah al-Munawwarah pada Kamis awal Dzulhijah 1128 H/1716 M. Namun, ketenangan ini tak meredupkan semangat dan cinta beliau kepada Nabi. Sayyid Ja’far al-Barzanji berpulang pada Selasa setelah shalat Ahsar 4 Sya’ban 1177 H/1763 M, dan dimakamkan di samping kakeknya di Baqi', menjadi bagian tak terpisahkan dari keturunan Rasulullah SAW yang lain.

Kitab Al-Barzanji menghadirkan 19 bab yang akan diuraikan secara bertahap dalam bentuk artikel. Tapi itu bukanlah batasan. Admin juga telah menyediakan format PDF untuk memudahkan akses dan penyimpanan di perangkat pintar kita. Dengan begitu, kita dapat membawa dan mengaksesnya di mana pun dan kapan pun kita inginkan.

Berikut adalah rincian dari bacaan Maulid Al-Barzanji, bab demi bab, dari yang pertama hingga yang terakhir. Anda dapat memilih bab yang menarik minat Anda dengan mengklik tautan yang disediakan:

Dan pada akhirnya, untuk memenuhi kebutuhan dan kemudahan pembacaan Anda, admin juga telah menyediakan file PDF kitab Maulid Al-Barzanji, sebuah karya berharga hasil usaha Sayyid Zainal ‘Abidin Ja’far bin Hasan bin ‘Abdul Karim al-Husaini asy-Syahzuri al-Barzanji.

Melalui konten yang dihadirkan, kami berharap bahwa cinta dan pengertian kita terhadap Nabi Muhammad SAW akan tumbuh lebih dalam. Dengan memahami lebih lanjut tentang perjalanan hidup beliau, kita dapat mengambil hikmah dan inspirasi dalam setiap langkah kita menuju kehidupan yang lebih baik, sesuai dengan ajaran yang beliau bawa untuk seluruh umat manusia.

Ceramah: Menggapai Pertolongan melalui Sabar dan Shalat

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

اَلْحَمْدُ لِلهِ الَّذِى أَكْرَمَنَا بِالإِيْمَانِ, وَاَعَزَّنَا بِالْإسْلَامِ, وَرَفَعْنَا بِالْإِحْسَانِ, اَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالىَ وَاَشْكُرُهُ

اَلَّلهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ اَلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِاِحْسَانِ اِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ, اَمَّا بَعْدَ

أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ ؛ فَإِنَّ تَقْوَى اللهِ جَلَّ وَعَلَا هِيَ سَبِيْلُ الفَلَاحِ وَالْفَوْزُ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ
وَأَسْأَلُ اللهَ جَلَّ وَعَلَا أَنْ يَجْعَلَنَا وَإِيَّاكُمْ مِنَ المُتَّقِيْنَ
قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي كِتَابِهِ الكَرِيْمَ
أعوذ بالله من الشيطان الرجيم
وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ ۚ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلَّا عَلَى الْخَاشِعِينَ

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wa Ta'ala, Tuhan semesta alam, yang telah memberikan nikmat berupa hidayah dan kesempatan untuk berkumpul dalam majelis yang penuh berkah ini. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam, utusan Allah yang membawa petunjuk dan rahmat bagi seluruh alam.

Hadirin yang dirahmati Allah,

Dalam perjalanan hidup ini, kita sering dihadapkan pada berbagai cobaan dan ujian. Namun, tidaklah sia-sia semua yang kita hadapi, karena Allah telah memberikan panduan yang jelas dalam Al-Qur'an dan sunnah Nabi-Nya tentang bagaimana kita seharusnya merespons ujian dengan sabar dan menjalin hubungan yang erat dengan-Nya melalui shalat.

Hadirin yang mulia, pada kesempatan kali ini, marilah kita bersama-sama merenungkan tentang betapa pentingnya sabar dan shalat dalam menggapai pertolongan Allah dalam kehidupan kita. Kita akan merenungi beberapa ayat Al-Qur'an dan hadits Nabi yang menggarisbawahi pentingnya sikap sabar dan keterkaitannya dengan ibadah shalat.

Allah SWT berfirman di dalam Al-Qur'an surat Al-Baqarah:

‏ وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ ۚ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلَّا عَلَى الْخَاشِعِينَ ‎﴿٤٥﴾
Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu', (45)
‏ الَّذِينَ يَظُنُّونَ أَنَّهُم مُّلَاقُو رَبِّهِمْ وَأَنَّهُمْ إِلَيْهِ رَاجِعُونَ ‎﴿٤٦﴾‏
(yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya. (46)

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman dalam Surah Al-Baqarah, ayat 153:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ ۚ إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ

"Wahai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan dengan sabar dan shalat. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar."

Ayat ini mengajarkan bahwa pertolongan Allah akan ditemukan melalui sabar dan shalat. Sabar adalah kunci menghadapi cobaan dan tantangan dalam hidup. Sabar bukanlah tanda kelemahan, tetapi sebaliknya, itu adalah manifestasi kekuatan iman kita. Ketika kita sabar, kita menunjukkan kepatuhan dan kerelaan kita menerima takdir Allah dengan hati yang reda. Kita belajar untuk tidak mengeluh dan menghindari sikap putus asa. sementara shalat adalah sarana kita berkomunikasi dengan Allah dan memohon pertolongan-Nya.

Shalat juga merupakan tiang utama dalam mengokohkan hubungan kita dengan-Nya. Shalat adalah sarana berbicara langsung dengan Allah, di mana kita bisa merasa dekat dengan-Nya dan memohon pertolongan-Nya dalam segala hal. Allah berfirman dalam Surah Taha ayat 130:

فَاصْبِرْ عَلَىٰ مَا يَقُولُونَ وَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ قَبْلَ طُلُوعِ الشَّمْسِ وَقَبْلَ غُرُوبِهَا ۖ وَمِنْ آنَاءِ اللَّيْلِ فَسَبِّحْ وَأَطْرَافَ النَّهَارِ لَعَلَّكَ تَرْضَىٰ ‎﴿١٣٠﴾‏

"Maka bersabarlah kamu terhadap apa yang mereka katakan, dan bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu sebelum terbit matahari dan sebelum terbenamnya. Dan pada beberapa waktu di malam hari bertasbihlah dan pada waktu-waktu yang lain supaya kamu merasa senang."

Melalui shalat, kita merenungkan kebesaran Allah, mengingat nikmat-Nya, dan menyadari betapa kita membutuhkan-Nya dalam setiap aspek hidup kita. Shalat juga merupakan bentuk kesyukuran kita kepada-Nya atas semua yang telah Dia berikan.

dengan mengaplikasikan sabar dan shalat dalam kehidupan sehari-hari, kita bisa menggapai pertolongan Allah yang tak terhingga. Sabar akan menjaga hati kita tetap tenang dalam menghadapi ujian, sementara shalat akan menghubungkan kita dengan Sang Pemberi Pertolongan.

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُ أَجْرَهُ بِغَيْرِ حِسَابٍ

"Sesungguhnya orang yang sabar akan diberi pahala tanpa batas."

Hadits ini menegaskan bahwa pahala bagi orang yang bersabar akan sangat besar dan melimpah tanpa batas. Kualitas sabar ini bukan hanya menghadapi kesulitan, tetapi juga dalam menjalankan ibadah-ibadah sehari-hari dengan konsisten.

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam juga memberikan contoh teladan dalam kesabaran. Beliau bersabda dalam sebuah hadits riwayat Al-Bukhari dan Muslim:

"Ajaiblah urusan orang mukmin. Sesungguhnya segala urusannya adalah baik baginya. Jika ia mendapat kesusahan, ia bersabar, maka itu baik baginya. Dan jika ia mendapat kesusahan, ia bersyukur, maka itu baik baginya. Dan itu tidak ada pada seorang pun kecuali orang mukmin."

Allah juga berfirman dalam Surah Ash-Shuraa, ayat 43:

وَمَا أَصَابَكَ مِن مُّصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكَ وَيَعْفُو عَن كَثِيرٍ

"Dan tidak ada suatu musibahpun yang menimpa kamu melainkan disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri. Dan Allah memaafkan sebagian besar dari yang kamu kerjakan."

Ayat ini mengingatkan kita bahwa segala cobaan yang kita alami juga bisa disebabkan oleh perbuatan kita sendiri. Oleh karena itu, sikap sabar dan introspeksi atas perbuatan kita penting dalam mendekatkan diri kepada Allah.

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

مَا أَنْزَلَ اللَّهُ دَاءً إِلَّا أَنْزَلَ لَهُ شِفَاءً

"Allah tidak menurunkan suatu penyakit kecuali Dia juga menurunkan obatnya."

Hadits ini mengajarkan bahwa di balik setiap cobaan yang datang, Allah juga memberikan solusi dan jalan keluar. Dalam situasi ini, sabar dalam menjalani cobaan tersebut dan shalat sebagai sarana memohon kesembuhan menjadi sangat penting.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman dalam Surah Al-A'raf, ayat 128:

قُل لَّن نُّصِيبَنَا إِلَّا مَا كَتَبَ اللَّهُ لَنَا هُوَ مَوْلَانَا وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ

"Katakanlah: 'Kami tidak akan ditimpa kecuali apa yang Allah telah tetapkan untuk kami; Dia-lah Pelindung kami; dan kepada Allah hendaklah orang-orang yang beriman mempercayakan (urusan) mereka.'"

Ayat ini mengajarkan kita untuk tawakkal, yaitu bergantung sepenuhnya kepada Allah dalam setiap hal. Sikap sabar dan shalat adalah wujud dari tawakkal ini.

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

عَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لِأَحَدٍ إِلَّا لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ

"Perkara orang mukmin sangat menakjubkan. Segala urusannya adalah baik baginya. Ini tidak berlaku bagi siapa pun selain orang mukmin. Jika ia mendapat kenikmatan, ia bersyukur, maka itu baik baginya. Dan jika ia ditimpa kesusahan, ia bersabar, maka itu juga baik baginya."

Hadits ini mengingatkan kita bahwa segala yang Allah berikan kepada kita adalah baik, baik dalam bentuk kenikmatan maupun cobaan. Sikap sabar dan syukur dalam segala kondisi adalah tanda keimanan yang kuat.

Penutup:

Dalam rangka menggapai pertolongan Allah, kita perlu memadukan dua hal penting, yaitu sikap sabar dan ibadah shalat. Sabar mengajarkan kita untuk menjalani cobaan dengan lapang dada dan tawakkal kepada Allah. Shalat adalah media komunikasi langsung dengan Sang Pencipta, tempat kita memohon pertolongan dan bimbingan-Nya.

Marilah kita selalu menguatkan kualitas sabar dalam hidup kita, menjalankan shalat dengan penuh khushu', dan merenungkan betapa besar kasih sayang Allah yang memberikan jalan keluar dalam setiap cobaan yang kita alami. Semoga dengan sikap sabar dan shalat yang konsisten, kita dapat menggapai pertolongan dan ridha Allah dalam segala aspek kehidupan kita.

Demikianlah ceramah singkat ini, semoga bermanfaat bagi kita semua. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Di antara doa yang senantiasa dibaca oleh Abdullah bin Mas’ud

 Di antara doa yang senantiasa dibaca oleh Abdullah bin Mas’ud adalah doa berikut;

اللَّهُمَّ أَلِّفْ بَيْنَ قُلُوبِنَا ، وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا ، وَاهْدِنَا سُبُلَ السَّلَامِ ، وَنَجِّنَا مِنْ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ ، وَجَنِّبْنَا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ ، وَبَارِكْ لَنَا فِي أَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا وَقُلُوبِنَا وَأَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا ، وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ ، وَاجْعَلْنَا شَاكِرِينَ لِنِعْمَتِكَ ، مُثْنِينَ بِهَا ، قَابِلِيهَا ، وَأَتِمَّهَا عَلَيْنَا

Allohumma allif baina qulubina wa ashlih zata bainina wahdina subulas salami wa najjina minadz dzulumati ilan nuri wa jannibnal fawahisya ma dzahara minha wama bathana wa barik lana fi asma’ina wa abshorina wa qulubina wa azwajina wa zurriyatina wa tub ‘alaina innaka antat tawwabur rohim waj’alna syakirina li ni’matika mutsnina biha qobiliha wa atimmaha ‘alaina.

”Ya Allah, pertautkanlah di antara hati kami, perbaikilah hubungan di antara kami, tunjukkan kami jalan kedamaian, selamatkan kami dari kegelapan menuju kepada terang, jauhkan kami dari semua keburukan, yang tampak maupun yang tidak tampak. Berkahilah kami dalam pendengaran kami, penglihatan kami, hati kami, istri dan keturunan kami. Terimalah taubat kami, Engkau yang maha penerima taubat dan maha penyayang. Jadikan kami orang-orang yang bersyukur pada nikmat-Mu, pemuji nikmat-Mu, penerima nikmat-Mu, dan sempurnakanlah nikmat-Mu kepada kami.”

Doa dimabil dari hadis yang diriwayatkan oleh Imam al-Hakim, Abu Daud dan Ibnu Hibban.

Ceramah Agama Islam: Menjaga Hati dari Kesibukan Dunia

Assalamualaikum wa rahmatullahi wa barakatuh,

إن الحمد لله نحمده ونستعينه ونستغفره، ونعوذ بالله من شرور أنفسنا ومن سيئات أعمالنا، من يهده الله فلا مضل له ومن يضلل فلا هادي له، أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أن محمدًا عبده ورسوله.

Segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta'ala, Rabb semesta alam, yang dengan kasih sayang-Nya kita bisa berkumpul di sini untuk berbicara tentang sebuah topik yang sangat relevan dengan kehidupan kita, yaitu "Menjaga Hati dalam Kesibukan Dunia". Semoga Allah memberkahi kita dengan ilmu dan kebijaksanaan dalam perbincangan ini.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman dalam surah Hud, ayat 15-16:

مَن كَانَ يُرِيدُ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمَالَهُمْ فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لَا يُبْخَسُونَ ‎﴿١٥﴾
Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. (15)
‏ أُولَٰئِكَ الَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ فِي الْآخِرَةِ إِلَّا النَّارُ ۖ وَحَبِطَ مَا صَنَعُوا فِيهَا وَبَاطِلٌ مَّا كَانُوا يَعْمَلُونَ ‎﴿١٦﴾
Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan. (16)

Dalam ayat ini, Allah mengingatkan kita akan bahaya fokus hanya pada kehidupan dunia semata. Dunia adalah tempat sementara, sementara akhirat adalah tujuan akhir kita. Oleh karena itu, menjaga hati jangan terlalu terikat pada kesibukan dunia adalah hal yang sangat penting dalam memperkuat keimanan kita.

Dalam ayat yang lain Allah SWT berfirman;

وَمِنْهُمْ مَنْ يَقُولُ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ (201) أُولَئِكَ لَهُمْ نَصِيبٌ مِمَّا كَسَبُوا وَاللَّهُ سَرِيعُ الْحِسَابِ (202) }

Maka di antara manusia ada orang yang mendoa, "Ya Tuhan kami, berilah kami (kebaikan) di dunia," dan tiadalah baginya bagian (yang menyenangkan) di akhirat. Dan di antara mereka ada orang yang mendoa, "Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan perliharalah kami dari siksa neraka." 

Mereka itulah orang-orang yang mendapat bagian dari apa yang mereka usahakan; dan Allah sangat cepat perhitungan-Nya.

Didalam surat Al-Mu'minun;

حَتَّىٰ إِذَا جَاءَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ رَبِّ ارْجِعُونِ ‎﴿٩٩﴾‏
(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata: "Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia), (99)
لَعَلِّي أَعْمَلُ صَالِحًا فِيمَا تَرَكْتُ ۚ كَلَّا ۚ إِنَّهَا كَلِمَةٌ هُوَ قَائِلُهَا ۖ وَمِن وَرَائِهِم بَرْزَخٌ إِلَىٰ يَوْمِ يُبْعَثُونَ ‎﴿١٠٠﴾‏
agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampal hari mereka dibangkitkan. (100)

Dalam sebuah hadits disebutkan:

Seorang lelaki Yahudi berkata kepada Ibnu Hajar rahimahullah,
إن نبيكم يقول: «إن الدنيا سجن المؤمن وجنة الكافر»، وكيف ذلك وأنت في هذا الترف والاحتفاء، وهو يعني: نفسه اليهودي في غاية ما يكون من الفقر والذل، فكيف ذلك
Sesungguhnya Nabi kalian pernah berkata bahwa dunia adalah penjara orang beriman dan surga orang kafir. Benarkah demikian? Saat ini engkau berada dalam kemewahan dan kedudukan yang terhormat, sedangkan aku dalam kondisi kemiskinan dan kehinaan. Bagaimana bisa seperti ini?“ 
Ibnu Hajar menjawab orang Yahudi tersebut, “Saya saat ini meskipun dalam kondisi kemewahan dan kedudukan terhormat seperti yang engkau lihat, maka kondisi ini tidak seberapa dibanding kenikmatan surga yang akan didapatkan orang beriman kelak di akhirat. Sementara engkau dengan kondisimu saat ini dalam keadaan miskin dan hina, maka tidaklah seberapa dibandingkan dengan apa yang akan dirasakan oleh orang kafir di neraka kelak. Maka orang Yahudi tersebut pun takjub dengan jawaban Ibnu Hajar, kemudian dia mengucapkan syahadat dan akhirnya masuk Islam.

Dalam hadits ini, Nabi Muhammad SAW menggambarkan dunia sebagai tempat ujian bagi orang mukmin. Kita sebagai mukmin harus memiliki sikap yang bijak dan berhati-hati dalam menghadapi godaan dunia, sehingga hati kita tidak terjebak dalam kesibukan yang dapat mengganggu keimanan kita.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman dalam surah Al-Ankabut, ayat 64-65:


"Dan segala yang kamu usahakan, baik berupa nikmat maupun musibah, sesungguhnya semuanya itu adalah disebabkan oleh dirimu sendiri. Dan Allah mengampuni sebagian besar dari kesalahanmu."

"Dan kamu tidak mampu menolong dirimu sendiri dan tidak (pula) menolong (orang lain)."

Dalam ayat ini, Allah mengingatkan kita akan keterbatasan kita dalam mengendalikan kehidupan dan kesibukan dunia. Semua yang terjadi adalah hasil dari kehendak-Nya. Oleh karena itu, kita seharusnya tidak terlalu terikat pada kesibukan dunia, melainkan tetap menjaga hati kita dalam keadaan yang lebih baik.

Rasulullah SAW bersabda:

"Sesungguhnya dunia adalah barang yang ringan dan murah, dan sesungguhnya Allah hendak menciptakanmu sebagai khalifah di bumi, maka Dia akan melihat apa yang kamu perbuat."

Dalam hadits ini, Nabi Muhammad SAW mengingatkan kita bahwa dunia hanyalah tempat sementara yang ringan dan murah dibandingkan dengan nilai akhirat. Allah menciptakan kita sebagai khalifah di bumi, artinya kita memiliki tanggung jawab untuk menjaga hati dan perilaku kita dalam menghadapi kesibukan dunia.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman dalam surah Al-Hadid, ayat 20:

"Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia hanyalah permainan dan senda gurau, perhiasan dan bermegah-megahan antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak."

Dalam ayat ini, Allah mengingatkan kita akan sifat sementara dan fana dari kehidupan dunia. Kesenangan, harta, dan kedudukan adalah hal-hal yang dapat menarik hati kita. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk menjaga hati dari terlalu terikat pada dunia dan fokus pada tujuan akhir kita, yaitu akhirat.

Rasulullah SAW bersabda:

"Jadilah di dunia seolah-olah kamu orang asing atau orang yang sedang dalam perjalanan."


Dalam hadits ini, Nabi Muhammad SAW mengajarkan kepada kita untuk memiliki pandangan yang bijak terhadap dunia. Kita seharusnya tidak terlalu terikat pada dunia, melainkan menjalani kehidupan ini dengan kesadaran bahwa kita hanyalah sementara di sini dan akhirat adalah tujuan utama kita.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman dalam surah Al-Qasas, ayat 77:

"Tetapi carilah dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi, dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan."

Dalam ayat ini, Allah mengajarkan kepada kita agar mencari kenikmatan dan kebahagiaan dalam kehidupan akhirat. Namun, kita juga diperbolehkan untuk menikmati kenikmatan dunia dengan syukur dan kehati-hatian. Penting bagi kita untuk menjaga hati dari terlalu terikat pada dunia sehingga kita tidak melupakan tujuan akhir kita.

Rasulullah SAW bersabda:

"Sesungguhnya Allah tidak memandang kepada bentuk tubuh kamu dan harta yang kamu miliki, tetapi Dia memandang kepada hati dan amal perbuatan kamu."

Dalam hadits ini, Nabi Muhammad SAW mengajarkan kepada kita bahwa yang lebih penting di mata Allah adalah hati dan amal perbuatan kita. Oleh karena itu, menjaga hati dari terlalu terikat pada kesibukan dunia adalah hal yang penting dalam memperkuat keimanan kita.


Terakhir:

Dalam kesibukan dunia yang penuh dengan godaan dan tantangan, kita sebagai umat Islam perlu menjaga hati agar tetap teguh dalam keimanan dan tidak terjebak dalam kesibukan yang dapat mengganggu hubungan kita dengan Allah. Ayat-ayat Al-Qur'an dan hadits Nabi yang telah kita bahas tadi mengingatkan kita akan pentingnya menjaga hati dalam menghadapi dunia. Kita harus selalu mengingat tujuan akhir kita, yaitu akhirat, dan menjalani kehidupan ini dengan kesadaran akan keterbatasan dan fana dunia.

Semoga Allah memberi kita kekuatan dan kebijaksanaan untuk menjaga hati dalam kesibukan dunia, sehingga kita bisa memperkuat keimanan kita dan mendapatkan rahmat-Nya di dunia dan akhirat. Amin.

Wa'alaikumussalam wa rahmatullahi wa barakatuh.

Ceramah Islam: Menggapai Kedamaian Rohani, Memperkuat Keimanan Dan Menjaga Kedamaian

 Assalamualaikum wa rahmatullahi wa barakatuh,

Pujian syukur kita panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wa Ta'ala, yang dengan rahmat-Nya kita bisa berkumpul di sini untuk berbicara tentang sebuah topik yang sangat penting dalam kehidupan kita, yaitu kedamaian rohani dan keimanan. Semoga Allah memberkahi kita semua dengan ilmu dan hikmah dalam perjalanan kita mencari kedamaian dan memperkuat keimanan.

Ayat Al-Qur'an:

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman dalam Al-Qur'an surah Ar-Ra'd, ayat 28:

الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ اللَّهِ ۗ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ ‎﴿٢٨﴾‏

"Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan berzikir kepada Allah. Ingatlah, hanya dengan zikir kepada Allah hati menjadi tenteram."

Dalam ayat ini, Allah mengajarkan kepada kita bahwa dengan mengingat-Nya dan berzikir, hati kita akan menemukan kedamaian. Zikir kepada Allah adalah kunci untuk meraih ketenangan rohani yang begitu kita idamkan.

Hadits Nabi:

Rasulullah SAW juga telah memberikan banyak nasihat tentang bagaimana mencapai kedamaian rohani dan memperkuat keimanan kita. Salah satu hadits yang relevan dengan topik ini adalah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah SAW bersabda:

أَلاَ وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ أَلاَ وَهِيَ الْقَلْبُ [رواه البخاري ومسلم

"Ada dalam tubuh manusia segumpal daging. Jika ia baik, maka baiklah seluruh tubuhnya. Dan jika ia rusak, maka rusaklah seluruh tubuhnya. Itu adalah hati."

Dalam hadits ini, Nabi Muhammad SAW mengingatkan kita akan pentingnya menjaga hati kita, karena hati adalah pusat dari kedamaian rohani dan keimanan kita. Jika hati kita bersih dan baik, maka keseluruhan tubuh dan jiwa kita akan merasakan kedamaian.

Ayat Al-Qur'an:

Dalam surah Al-Baqarah, ayat 208, Allah berfirman:

‏ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ ۚ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِينٌ ‎﴿٢٠٨﴾‏

"Hai orang-orang yang beriman, masuklah ke dalam Islam keseluruhannya, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu."

Dalam ayat ini, Allah mengajak kita untuk memasuki Islam secara utuh dan menjauhi godaan syaitan. Dengan hidup sesuai dengan ajaran Islam, kita akan menjaga kedamaian rohani dan keimanan kita.

Hadits Nabi:

Rasulullah SAW bersabda:

"Barangsiapa yang menghendaki kebahagiaan dunia dan akhirat, maka hendaklah ia memperbanyak dzikir kepada Allah."

Dalam hadits ini, Nabi Muhammad SAW menunjukkan bahwa memperbanyak dzikir kepada Allah adalah cara untuk meraih kebahagiaan dunia dan akhirat. Dzikir adalah sarana untuk menjaga kedamaian rohani dan memperkuat keimanan kita.

Ayat Al-Qur'an:

Dalam surah Al-Anfal, ayat 46, Allah berfirman:

وَأَطِيعُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَا تَنَازَعُوا فَتَفْشَلُوا وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ ۖ وَاصْبِرُوا ۚ إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ ‎﴿٤٦﴾

"Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah berbantah-bantahan, sehingga kamu menjadi gentar, hilanglah kekuatanmu, dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar."

Ayat ini mengajarkan kepada kita pentingnya taat kepada Allah dan Rasul-Nya, serta menjaga persatuan dan kesatuan umat. Dengan taat dan sabar, kita akan menjaga kedamaian rohani dan memperkuat keimanan kita.

Hadits Nabi:

Rasulullah SAW bersabda:

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا تَبَاغَضُوا وَلَا تَحَاسَدُوا وَلَا تَدَابَرُوا وَكُونُوا عِبَادَ اللَّهِ إِخْوَانًا وَلَا يَحِلُّ لِمُسْلِمٍ أَنْ يَهْجُرَ أَخَاهُ فَوْقَ ثَلَاثِ لَيَالٍ

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Janganlah kalian saling membenci, janganlah saling mendengki dan janganlah kalian saling membelakangi dan jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara, dan tidak halal bagi seorang muslim mendiamkan saudaranya melebihi tiga malam."

Dalam hadits ini, Nabi Muhammad SAW menekankan pentingnya persaudaraan dan saling mencintai di antara umat Islam. Dengan menjaga hubungan yang baik antara sesama muslim, kita akan menciptakan lingkungan yang penuh kedamaian rohani.

Ayat Al-Qur'an:

Dalam surah Al-Hujurat, ayat 11, Allah berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِّن قَوْمٍ عَسَىٰ أَن يَكُونُوا خَيْرًا مِّنْهُمْ وَلَا نِسَاءٌ مِّن نِّسَاءٍ عَسَىٰ أَن يَكُنَّ خَيْرًا مِّنْهُنَّ ۖ وَلَا تَلْمِزُوا أَنفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوا بِالْأَلْقَابِ ۖ بِئْسَ الِاسْمُ الْفُسُوقُ بَعْدَ الْإِيمَانِ ۚ وَمَن لَّمْ يَتُبْ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ ‎﴿١١﴾‏

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah satu kaum mengolok-olok kaum yang lain, boleh jadi mereka (yang diolok-olok) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok), dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olok) wanita-wanita lain, boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olok) lebih baik dari wanita-wanita (yang mengolok-olok). Janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil-memanggil dengan gelar-gelar yang buruk."

Ayat ini mengajarkan kita untuk menjaga sikap hormat dan penghormatan terhadap sesama, baik itu sesama muslim maupun sesama manusia. Dengan tidak merendahkan atau mencela satu sama lain, kita akan menciptakan lingkungan yang penuh dengan kedamaian rohani.

Hadits Nabi:

Rasulullah SAW bersabda:


عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : اَلْـمُؤْمِنُ الْقَـوِيُّ خَـيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَـى اللهِ مِنَ الْـمُؤْمِنِ الضَّعِيْفِ، وَفِـيْ كُـلٍّ خَـيْـرٌ ، اِحْـرِصْ عَـلَـى مَا يَـنْـفَـعُـكَ وَاسْتَعِنْ بِاللهِ وَلَا تَـعْجَـزْ ، وَإِنْ أَصَابَكَ شَـيْءٌ فَـلَا تَقُلْ: لَوْ أَنِـّيْ فَعَلْتُ كَانَ كَذَا وَكَـذَا ، وَلَـكِنْ قُلْ: قَـدَرُ اللهِ وَمَا شَاءَ فَعَلَ، فَإِنَّ لَوْ تَـفْـتَـحُ عَمَلَ الشَّيْطَانِ

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu

"Seorang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada seorang mukmin yang lemah, dan pada keduanya terdapat kebaikan. Bersungguh-sungguhlah kamu dalam mengejar apa yang bermanfaat bagimu, dan mohonlah pertolongan kepada Allah dan janganlah merasa lemah. Jika kamu ditimpa sesuatu, janganlah kamu berkata, 'Seandainya aku telah berbuat ini atau itu,' tetapi katakanlah, 'Ini adalah qadar dan qadha Allah, dan apabila kamu telah membuka pintu suatu masalah, janganlah kamu berkata, 'Andaikata aku tidak membukanya,' tetapi katakanlah, 'Allah yang menentukan antara perbuatan hamba-Nya, Allah menetapkan apa yang Dia kehendaki,' sebab kata 'andaikata' membuka pintu syaitan."

Dalam hadits ini, Nabi Muhammad SAW mengajarkan kepada kita untuk menjadi mukmin yang kuat dan bersungguh-sungguh dalam menjalani hidup. Kita juga diajarkan untuk menerima qadha dan qadar Allah dengan lapang dada, karena itu adalah bagian dari rencana-Nya. Dengan sikap kuat dan penerimaan terhadap kehendak Allah, kita akan menjaga kedamaian rohani dan memperkuat keimanan kita.

Kesimpulan:

Dalam perjalanan hidup ini, kita semua menghadapi berbagai ujian, cobaan, dan tantangan. Namun, dengan mengingat Allah, menjaga hati yang bersih, dan hidup sesuai dengan ajaran-Nya, kita bisa mencapai kedamaian rohani yang begitu kita impikan. Memperkuat keimanan adalah kunci untuk menjaga kedamaian tersebut. Saya mengajak kita semua untuk selalu berusaha untuk meraih ketenangan jiwa dan memperkuat keimanan, sehingga kita bisa hidup dalam harmoni dengan diri kita sendiri, sesama manusia, dan Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Semoga Allah memberkahi kita semua dalam perjalanan kita mencari kedamaian rohani dan memperkuat keimanan. Amin.

Wa'alaikumussalam wa rahmatullahi wa barakatuh.

Keutamaan Seorang Alim Atas Seorang Abid

مختصر أدلة فضل العلم على العبادة
إعداد: علي أبو هنية
* قال رسول الله -صلى الله عليه وسلم- ( فضل العلم أحب إلي من فضل العبادة، وخير دينكم الورع ).
أخرجه البزار والطيالسي والحاكم عن حذيفة, والحاكم عن سعد (صحيح الجامع/4214).
Rasulullah SAW bersabda: Kautamaan Ilmu lebih aku sukai daripada keutamaan Ibadah, dan sebaik-baik agamamu adalah Wara'
Dikeluarkan oleh Al-Bazar dan At-Thayalisi dan Al-Hakim dari Hudzaifah, dan Al-Hakim dari Sa'id (Shahihul Jami')
* قال رسول الله -صلى الله عليه وسلم ( فضل العالم على العابد كفضلي على أدناكم، إن الله عز وجل وملائكته،وأهل السموات والأرض، حتى النملة في جحرها،وحتى الحوت، ليصلون على معلم الناس الخير ).
رواه الترمذي عن أبي أمامة (صحيح الجامع/4213).
Rasulullah SAW bersabda: Keutamaan seorang ahli ilmu atas seorang ahli Ibadah adalah seperti keutamaanku atas kalian, Sesungguhnya Allah dan para Malaikat, serta semua makhluk di langit dan di bumi, sampai semut dalam lubangnya dan ikan (di lautan), benar-benar bershalawat/mendoakan kebaikan bagi orang yang mengajarkan kebaikan (ilmu agama) kepada manusia
Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dari Abi Umamah (Shahihul Jami')
* عن أبي هريرة -رضي الله عنه- قال: ( لأن أجلس ساعة فأفقه في ديني أحب إلي من أحيي ليلة إلى الصباح ).
Dari Abu Hurairah RA beliau berkata: Aku duduk sesaat untuk memahami agamaku lebih aku cintai daripada beribadah sepanjang malam
* عن عبدالله بن عمر -رضي الله عنه-قال: ( مجلس فقه خير من عبادة ستين سنة ).
Dari Abdullah bin Umar RA beliau berkata: Duduk dj majlis yang membahas ilmu lebih baik dari ibadah 60 tahun
* عن أبي ذر وأبي هريرة -رضي الله عنهما- قالا (باب من العلم نتعلمه أحب إلينا من ألف ركعة تطوعاً, وباب من العلم نعلمه؛ عُمل به أو لم يعمل أحب إلينا من مائة ركعة تطوعاً ).
Dari Abu Dzar dan Abu Hurairah Radliyallahu 'Anhuma- beliau berkata: (Mempelajari satu bab dari ilmu lebih kami cintai dari pada shalat sunnah seribu roka’at dan mengajarkan satu bab ilmu baik di amalakan ataupun tidak dengannya, lebih kami sukai daripada shalat sunnah seratus roka’at)
* قال ابن مسعود -رضي الله عنه- ( لأن أجلس مجلس فقهٍ ساعةً أحب إلي من صيام يومٍ وقيام ليلة).
Dari Ibnu Mas'ud RA- (Sungguh aku duduk di majelis fikih sesaat, lebih aku sukai dibanding puasa sehari dan Qiyamul Lail semalaman)
* قال ابن عباس -رضي الله عنه- ( تذاكر العلم بعض ليلة أحب إلي من إحيائها ).


عن إسحق بن منصور قال: قلت لأحمد بن حنبل ، قول ابن عباس: ( تذاكر العلم بعض ليلة أحب إلي من إحيائها ): أي علم أراد؟

قال: هو العلم الذي ينتفع به الناس في أمر دينهم. قلت في الوضوء والصلاة والصوم والحج والطلاق ونحو هذا؟ قال: نعم.


* عن قتادة : قال: ( باب من العلم يحفظه الرجل لصلاح نفسه وصلا ح من بعده أفضل من عبادة حول ).


* عن المزداد بن جميل قال: سمعت رجلاً يسأل المعافى بن عمران، فقال: يا أبا عمران: أيما أحب إليك: أقوم أصلي الليل كله، أو أكتب الحديث؟ فقال: حديث تكتبه أحب إلي من قيامك من أول الليل إلى آخره.


* عن ابن وهب قال: كنت عند مالك بن أنس فجاءت صلاة الظهر, أو العصر وأنا أقرأ عليه , وأنظر في العلم بين يديه فجمعت كتبي وقمت لأركع , فقال لي مالك: ما هذا ؟ قلت: أقوم إلى الصلاة. قال: ( إن هذا لعجب, ما الذي قمت إليه بأفضل من الذي كنت فيه, إذا صحت النية فيه ).


* عن سفيان الثوري والشافعي قالا: ( ليس بعد الفرائض أفضل من طلب العلم ).


* عن الربيع بن سليمان قال: سمعت الشافعي يقول : ( طلب العلم أفضل من الصلاة النافلة ).
Dari Ar Rabi' bin Sulaiman berkata: Aku mendengar As-Syafi'i berkata: Mencari ilmu lebih utama daripada shalat nafilah
* قال وكيع: ( لو أعلم أن الصلاة أفضل من الحديث ما حدثت ).
Wakie' berkata: Seandainya aku mengetahui kalau Shalat lebih utama daripada menyampaikan hadits maka aku tidak akan menyampaikan hadits
* قال القعنبي: ( لو أعلم أن الصلاة أفضل منه ما حدثت).

* عن محمد بن أحمد بن أبي الثلج قال: حدثني جدي قال: سألت أحمد بن حنبل, قلت: يا أبا عبدالله , أيهما أحب إليك: الرجل يكتب الحديث أو يصوم ويصلي؟ قال: يكتب الحديث. قلت: فمن أين فضلت كتاب الحديث على الصوم والصلاة؟ قال: لئلا يقول قائل: إني رأيت قوماً على شيء فاتبعتهم.

* قال عبد الله بن أحمد بن حنبل : لما قدم أبو زرعة نزل عند أبي فكان كثير المذاكرة له فسمعت أبي يوما يقول : ما صليت غير الفرض استأثرت بمذاكرة أبي زرعة على نوافلي.

* قال ابن أبي حاتم: خرجت إلى أيلة, إلى محمد بن عزيز الأيلي, فكتب لي أبي وأبو زرعة إليه – يعني في الوصاة- فجعل محمد بن عزيز يقرأ لي يوم الجمعة, ما صلى ذلك اليوم إلا الجمعة ركعتين, والعصر أربعاً,وكان يقرأ لي الحديث, على أن قراءة الحديث أفضل من صلاة التطوع.

* قال ابن القيم :: ( إذا كان كل من العلم والعمل فرضا فلا بد منهما كالصوم والصلاة فإذا كانا فضلين وهما النفلان المتطوع بهما ففضل العلم ونفله خير من فضل العبادة ونفلها لان العلم يعم نفعه صاحبه والناس معه والعبادة يختص نفعها بصاحبها ولان العلم تبقى فائدته وعلمه بعد موته والعبادة تنقطع عنه).

* قال الحافظ ابن رجب :: ( وكذلك تعلم العلم النافع وتعليمه أفضل من الصيام, وقد نصّ الأئمة الأربعة على أن طلب العلم أفضل من صلاة النافلة, والصلاة أفضل من الصيام المتطوع به, فيكون العلم أفضل من الصيام بطريق الأولى فإن العلم مصباح يستضاء به في ظلمة الجهل والهوى, فمن سار في طريق على غير مصباح لم يأمن أن يقع في بئر بوار فيعطب, قال ابن سيرين: إن قوماً تركوا العلم واتخذوا محاريب فصلوا وصاموا بغير علم والله ما عمل أحد بغيرعلم إلا كان ما يفسد أكثر مما يصلح ).إهـ
Artikel di copas dari: http://www.kulalsalafiyeen.com/vb/showthread.php?t=30493
Belum di terjemahkan!!!

Sahabat Nabi

Sahabat Nabi

Perawi Hadits

Perawi Hadits

Biografi Imam

Biografi Imam

Biografi Perawi Hadits

Biografi Perawi Hadits

Putra-Putri Rasulullah SAW

Putra-Putri Rasulullah SAW

Ummul Mukminin

Ummul Mukminin

Sejarah Islam

Sejarah Islam

Berita Islami

Berita Islami
© all rights reserved
made with by templateszoo