LATEST POSTS

QUR'AN

Al-Quran Terjemah, Tafsir Ibnu Katsir

HADITS

Hadits Shahih Bukhari, Hadits Shahih Muslim, Hadits Sunan Abu Daud, Hadits Arbain
Haji dan Umroh

Khutbah Idul Fitri 2025-1446 H

 بِّسْمِ اللَّـهِ الرَّحْمَـٰنِ الرَّحِيمِ

KHUTBAH PERTAMA

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
 

اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ وَلِلّهِ الْحَمْدُ

‎اللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا، وَالحَمْدُ لِلّٰهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلًا لاَإِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الأَحْزَابَ وَحْدَهُ لَاإِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَلَا نَعْبُدُ إِلاَّ إِيّاَهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْكَرِهَ الكاَفِرُوْنَ
الحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ حَرَّمَ الصِّياَمَ أَيّاَمَ الأَعْياَدِ ضِيَافَةً لِعِباَدِهِ الصَّالِحِيْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لاَإِلٰهَ إِلاَّاللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ الَّذِيْ جَعَلَ الجَّنَّةَ لِلْمُتَّقِيْنَ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَمَوْلاَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ االدَّاعِيْ إِلىَ الصِّرَاطِ المُسْتَقِيْمِ. اللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَباَرِكْ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّـدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحاَبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنَ
أَمَّا بَعْدُ، فَيَآ أَيُّهَا المُؤْمِنُوْنَ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ المُتَّقُوْنَ . وَاتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقاَتِهِ وَلاَتَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. قال الله تعالى : وَكَذٰلِكَ جَعَلْنٰكُمْ اُمَّةً وَّسَطًا لِّتَكُوْنُوْا شُهَدَاۤءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُوْنَ الرَّسُوْلُ عَلَيْكُمْ شَهِيْدًا ۗ وَمَا جَعَلْنَا الْقِبْلَةَ الَّتِيْ كُنْتَ عَلَيْهَآ اِلَّا لِنَعْلَمَ مَنْ يَّتَّبِعُ الرَّسُوْلَ مِمَّنْ يَّنْقَلِبُ عَلٰى عَقِبَيْهِۗ وَاِنْ كَانَتْ لَكَبِيْرَةً اِلَّا عَلَى الَّذِيْنَ هَدَى اللّٰهُ ۗوَمَا كَانَ اللّٰهُ لِيُضِيْعَ اِيْمَانَكُمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ بِالنَّاسِ لَرَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ


Para Hadirin sidang Idul fitri Rahimakumullah.

Pertama-tama marilah kita panjatkan puji serta syukur ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan kita kesempatan untuk kembali merasakan hari kemenangan ini. Hari di mana kaum Muslimin bersuka cita setelah sebulan penuh berjuang melawan hawa nafsu, memperbanyak amal ibadah, dan berusaha meraih ampunan-Nya.

Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Rasulullah ﷺ, manusia paling mulia yang telah membimbing kita kepada jalan kebenaran.


Hadirin yang dirahmati Allah,

Ramadhan baru saja berlalu meninggalkan kita, dengan meninggalkan banyak pelajaran berharga di dalamnya. rasanya baru kemarin semua orang berbondong-bondong untuk melihat hilal kedatangannya, semua orang bergembira menyambutnya dan saling berbagi kabar kedatangannya, bagaikan menyambut seorang yang tamu agung, kemudian kita bersama selama satu bulan dengan penuh penghayatan, penuh rahmat dan keberkahan, kita menikmati semilir anginnya, keindahan hari-harinya dan malam-malamnya, dan hari ini semua orang berbondong-bondong untuk melepas kepergiannya, Ramadhan sudah pergi tanpa kita tahu apakah kita akan berjumpa lagi di tahun depan, 

Bulan Ramadhan adalah hadiah yang sangat istimewa, yang Allah berikan bagi umat Islam, yang mana pada bulan tersebut Allah memberikan pahala yang tidak terbatas bagi orang yang berpuasa.

Rasulullah SAW bersabda:

كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْع مِائَة ضِعْفٍ

"Setiap amal anak Adam dilipatgandakan pahalanya. Satu macam kebaikan diberi pahala sepuluh hingga tujuh ratus kali lipat."

قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلَّا الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِي
Allah 'azza wajalla berfirman: kecuali puasa, karena puasa itu untuk-Ku dan Aku sendiri yang akan membalasnya, mereka menahan syahwatnya dan makannya karena Aku (HR Muslim: 1945)

Hadis qudsi ini menunjukkan betapa istimewanya puasa ramadhan dibandingkan dengan ibadah lainnya. Ibadah puasa adalah ibadah yang dilakukan secara ikhlas semata-mata karena-Allah, tanpa unsur riya atau kepentingan duniawi. Seseorang menahan diri dari makan, minum, dan syahwatnya sebagai bentuk ketaatan kepada Allah. Sebagai balasannya, maka Allah sendiri yang akan memberikan ganjaran langsung, yang nilainya lebih besar dan tidak terbatas dibandingkan pahala ibadah lainnya. 

Selain pahala yang tidak terbatas, Allah juga akan menghapus semua dosa-dosa yang telah lalu bagi orang yang berpuasa di bulan Ramadhan, sebagaimana Rasulullah SAW bersabda:

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Barang siapa yang puasa Ramadhan karena iman dan mengharapkan pahala, akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu (HR. Bukhari no. 2014).

Semoga kita termasuk hamba yang berpuasa dengan iman dan ikhlas, sehingga Allah mengampuni dosa-dosa kita yang telah lalu dan menjadikan kita lebih dekat kepada-Nya.
Aamiin yra...

Para Hadirin kaum muslimin dirahmati Allah

Tujuan utama puasa Ramadan adalah meraih derajat muttaqiin, yaitu menjadi hamba yang bertakwa, sebagaimana Allah tegaskan di dalam Al-Qur'an surat Al-Baqarah ayat: 183

‏ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ ‎﴿١٨٣﴾‏
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa, (183)

Takwa bukan hanya sekedar ucapan, akan tetapi lebih dari itu, kita harus mengimplementasikannya di dalam kehidupan sehari-hari. kita harus melaksanakan perintah Allah setiap hari setiap saat, kita juga harus menjauhi semua larangan-Nya setiap hari setiap saat, dan kita juga harus berusaha menjadi lebih baik setiap hari setiap saat, baik itu dalam hal ibadah maupun juga dalam hal akhlak, Itulah yang dinamakan ketaatan. 

Satu hal yang sering kita lupa bahwa, ketaatan itu tidak akan datang sendirinya, akan tetapi ketaatan itu harus diusahakan, ketaatan itu harus diperjuangkan, ketaatan itu harus di latih, karena tidak mungkin seorang pemalas tiba-tiba menjadi rajin tanpa ada latihan, tidak mungkin seorang yang bodoh tiba-tiba menjadi pintar tanpa belajar, Semua butuh usaha, semua butuh latihan. Begitu juga dalam meraih ketakwaan, Kita tidak mungkin tiba-tiba menjadi orang yang bertakwa tanpa dilatih dengan kesabaran dan pendidikan ilmu, Puasa Ramadhan merupakan terapi bagi setiap orang yang beriman, agar semakin kuat dalam menjalankan agama Allah

إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا مَا بِأَنفُسِهِمْ

"Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri." (QS. Ar-Ra’d: 11)


اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ وَلِلّهِ الْحَمْدُ
Para Hadirin sidang Idul fitri Rahimakumullah.

Hari ini adalah hari kebahagiaan bagi semua umat, tidak hanya umat Islam saja akan tetapi umat-umat lainpun merasakan kebahagiaan di hari ini. Akan tetapi, hanya orang-orang berimanlah yang mendapatkan kebahagiaan sejati karena telah berhasil meraih kemenangan, setelah selama sebulan penuh mengisi Ramadhan dengan berbagai ibadah yang penuh dengan penghayatan.. 
Namun di antara kebahagiaan ini, tentu ada juga diantara kita yang menitikkan air mata. ada yang menangis karena penyesalan, merasa telah menyia-nyiakan Ramadhan hingga berlalu namun tidak ada perubahan kebaikan dalam diri. 

Sebagaimana Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:

رَغِمَ أَنْفُ رَجُلٍ دَخَلَ عَلَيْهِ رَمَضَانُ ثُمَّ انْسَلَخَ قَبْلَ أَنْ يُغْفَرَ لَهُ

"Celakalah seseorang yang memasuki bulan Ramadhan, kemudian ia keluar dari bulan itu tanpa mendapatkan ampunan.

Hadits ini mengingatkan kita bahwa Ramadhan adalah bulan penuh rahmat dan ampunan, di mana setiap Muslim memiliki kesempatan besar untuk menghapus dosa-dosanya yang telah lalu melalui puasa, shalat, sedekah, dan istighfar. Namun, jika seseorang melewati Ramadhan tanpa mendapatkan ampunan, berarti ia telah menyia-nyiakan kesempatan yang mahal ini, sehingga disebut sebagai orang yang celaka.

Masih dalam hadits yang sama Rasulullah SAW melanjutkan sabdanya:

وَرَغِمَ أَنْفُ رَجُلٍ أَدْرَكَ عِنْدَهُ أَبَوَاهُ الْكِبَرَ فَلَمْ يُدْخِلَاهُ الْجَنَّةَ
Dan Celakalah seseorang yang mendapati kedua orang tuanya dalam keadaan tua, tetapi mereka tidak memasukkannya ke dalam surga." (HR. Ahmad)

Ini adalah peringatan bagi kita semua, khususnya bagi kita yang masih memiliki orang tua. Rasulullah ﷺ menegaskan bahwa kehadiran orang tua yang sudah lanjut usia adalah ladang amal bagi seorang anak. Sungguh beruntung seseorang yang masih memiliki kesempatan untuk berbakti kepada mereka, karena dengan bakti itulah pintu surga terbuka lebar.

Namun, alangkah ruginya seseorang yang tidak memanfaatkan kesempatan ini. Jika ia mengabaikan, menyia-nyiakan, atau bahkan menyakiti hati orang tuanya, maka ia termasuk dalam golongan orang yang celaka. Celaka di dunia dengan hidup yang tidak berkah, dan celaka di akhirat dengan terhalangnya dari surga.

اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ وَلِلّهِ الْحَمْدُ

Jamaah yang dirahmati Allah,

Ada sebuah kisah yang patut kita renungkan. Seorang sahabat Nabi bernama Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu pernah melihat seorang lelaki menangis tersedu-sedu setelah shalat Ied. Ketika ditanya mengapa ia menangis, lelaki itu menjawab, "Aku menangis bukan karena Ramadhan telah pergi, tetapi karena aku tidak tahu apakah aku telah diampuni atau tidak."

Kisah ini merupakan sebuah renungan bagi kita, bahkan seorang sahabat yang hidup di jaman nabi, shalat bersama Nabi, berjuang bersama Nabi, namun begitu khawatir akan dosa-dosanya tidak diampuni. 
Lalu bagaimana dengan kita? kita hidup di akhir jaman jauh dari Nabi, tidak shalat bersama Nabi, tidak berjuang bersama Nabi, ibadah pas-pasan, ilmu banyak kekurangan, namun kita sudah merasa paling baik? 
Merasa telah beribadah selama sebulan penuh, apakah kita yakin Allah telah menerima amal ibadah kita? 
Apakah kita yakin Allah sudah mengampuni dosa-dosa kita?
Apakah kita yakin sudah berpuasa dengan baik, dan menahan syahwat dengan baik? 
Apakah mata kita sudah berpuasa? Apakah lisan kita, telinga kita sudah berpuasa? 
Apakah kita juga senantiasa shalat berjamaah? Apakah kita sudah menghidupkan shalat malamnya secara sempurna? Apakah kita juga memperbanyak zakat, infaq, dan sedekah dengan baik? berapa kali kita mengkhatamkan Al-Quran pada Ramadhan kali ini? 
Ataukah selama sebulan ini kita hanya merubah waktu makan dan minum saja, dari siang ke malam?

Allah SWT berfirman:

إِنَّ الَّذِينَ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَأَنْفَقُوا مِمَّا رَزَقْنَاهُمْ سِرًّا وَعَلَانِيَةً يَرْجُونَ تِجَارَةً لَنْ تَبُورَ

Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi
(QS. Fathir: 29)

Ayat ini menjelaskan bahwa orang yang rajin membaca Al-Qur’an, mendirikan shalat, dan bersedekah, baik secara sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan, mereka sedang berinvestasi dalam "perniagaan" yang pasti menguntungkan. Mereka mengharapkan pahala dan ridha Allah, yang nilainya kekal dan tidak akan merugi, sebagai balasan atas ketaatan dan amal shaleh mereka.

Jamaah yang dirahmati Allah,

Betapa beruntungnya mereka yang keluar dari Ramadhan dengan hati yang bersih, dosa yang diampuni, ibadah yang di terima, doa yang di ijabah, dan ketakwaan yang meningkat. 
Semoga kita semua termasuk golongan orang-orang yang beruntung mendapatkan kemenangan, rahmat dan ridha Allah, dan menjadi orang-orang yang bertakwa...


اَللهُ أَكْبَرُ… اَللهُ أَكْبَرُ… اَللهُ أَكْبَرُ وَلِلّهِ الْحَمْدُ
 جَعَلَنَا اللهُ وَاِيَّاكُمْ مِنَ الْعَائِدِيْنَ وَالْفَائِزِيْنَ وَالْمَقْبُوْلِيْنَ كُلَّ عَامٍ وَأَنْتُمْ بِخَيْرٍ
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ هَذَا الْيَوْمِ الْكَرِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَاِيَاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الصَّلَاةِ وَالزَّكَاةِ وَالصَّدَقَةِ وَتِلَاوَةِ الْقُرْاَنِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا فَاسْتَغْفِرُوْهُ اِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

KHUTBAH KEDUA

 اَللهُ أَكْبَرُاَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُاَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ وَلِلّهِ الْحَمْدُ
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ 
أَشْهَدُ أنْ لا إلَهَ إلا اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ، وأشهدُ أنَّ مُحَمَّدًا عبْدُه ورَسُولُه
اَمَّا بَعْدُ: فَيَاعِبَادَ اللهِ : اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَ اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ
قَالَ اللهُ تَعَالَى فِى الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ
 يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ



Jamaah Idul Fitri yang berbahagia,

Pada momen idul fitri ini, kita berkumpul bersama keluarga dengan penuh dengan kebahagiaan, tapi ada juga diantara kita, keluarga yang menangis karena telah kehilangan orang-orang yang mereka cintai. Ada istri yang kehilangan suami, ada suami yang kehilangan istri, ada anak yang kehilangan orangtua, ada juga orangtua yang kehilangan anaknya. 
Betapa banyak di antara kita yang tahun lalu masih berkumpul bersama keluarga, namun tahun ini mereka sudah tidak ada, Dan itu adalah salah satu ujian yang pasti akan terjadi kepada kita semua cepat atau lambat.

وَلَنَبْلُوَنَّكُم بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنفُسِ وَالثَّمَرَاتِ ۗ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ ‎﴿١٥٥﴾
Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (155)
‏ الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُم مُّصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ ‎﴿١٥٦﴾‏
(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun". (156)
أُولَٰئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِّن رَّبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ ۖ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ ‎﴿١٥٧﴾‏
Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk. (157)

Waktu terus berjalan, dan suatu saat kita pun akan meninggalkan dunia ini.
Maka Jadikanlah hari ini sebagai awal dari kehidupan baru yang lebih dekat dengan Allah.
Idul Fitri ini bukan sekadar perayaan, tetapi titik balik untuk menjadi pribadi yang lebih baik. 
Marilah sama-sama kita tundukkan kepala, lembutkan hati, hapuskan kesombongan, kita berdoa kepada Allah dengan kesugguhan.

 اللهم صَلِّ وَالسَّلَمُ وَبَارَكَ عَلَى سَيِّدِ نَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أله وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ

Ya Allah, kami telah berpuasa, kami telah bersujud, kami telah menahan diri dari hawa nafsu karena-Mu sesuai kemampuan kami, akan tetapi kami tidak tahu, apakah semua itu telah Engkau terima?  Jika ada amalan kami yang belum Engkau terima, maka terimalah ya Allah...Jika masih ada dosa yang belum diampuni, maka ampunilah dari kami... Jika masih ada hati yang kotor, maka bersihkanlah ya Allah... Jika ada doa yang belum di kabul, maka kabulkanlah dan permudahlah ia... Ya Allah, jangan biarkan Ramadhan ini berlalu tanpa ampunan-Mu, tanpa rahmat dan keberkahan-Mu....

اللَّهُمَّ تَقَبَّلْ مِنَّا صَلَاتَنَا وَصِيَامَنَا وَقِيَامَنَا وَقِرَاءَتَنَا وَرُكُوْعَنَا وَسُجُوْدَنَا وَقُعُوْدَنَا وَتَسْبِيْحَنَا وَتَهْلِيْلَنَا وَتَخَشُعَنَا وَتَضَرُّعَنَا وَتَعَبُّدَنَا وَتَمِّمْ تَقْصِيْرَنَا يَا أَللهُ يَاأَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

"Ya Allah, terimalah dari kami: shalat kami, puasa kami, sholat malam kami, qiraah Al-Quran kami, rukuk kami, sujud kami, duduk kami, bacaan tasbih kami, tahlil kami, kekhusyu'an kami, kerendahan diri kami, dan ibadah kami, dan sempurnakanlah segala kekurangan kami. Ya allah, yang Maha Pengasih dari segala yang pengasih.

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا، وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ
Ya Allah,  ampunilah dosa-dosa kami, terimalah taubat kami. Sesungguhnya Engkau Maha Penerima Taubat dan Maha Penyayang. 

اللَّهُمَّ اجْعَلْ هَذَا الْيَوْمَ يَوْمَ فَرَحٍ وَسُرُورٍ، وَيَوْمَ تَكْفِيرِ الذُّنُوبِ وَالْمَعَاصِي، وَثَبِّتْنَا عَلَى طَاعَتِكَ حَتَّى نَلْقَاكَ وَأَنْتَ رَاضٍ عَنَّا

Ya Allah, jadikanlah hari ini sebagai hari kebahagiaan, hari penghapusan dosa dan kemaksiatan, dan teguhkanlah kami dalam ketaatan kepada-Mu hingga kami berjumpa dengan-Mu dalam keadaan Engkau ridha kepada kami."

 اَللَّهُمَّ انْصُرْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ النَّاصِرِيْنَ وَافتَْحْ لَنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الْفَاتِحِيْنَ وَاغْفِرْ لَنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الْغَافِرِيْنَ وَارْحمَْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ وَارْزُقنَْا فَاِنَّكَ خَيْرُ الرَّازِقِيْنَ وَاهْدِنَا وَنَجِّنَا مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِيْنَ وَالْكَافِرِيْن
 اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِينَْناَ الَّذِى هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا وَأَصْلِحْ لَنَا دُنيَْانَ الَّتِى فِيْهَا مَعَاشُنَا وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتنََا الَّتِى فِيْهَا مَعَادُنَا وَاجْعَلِ الحَْيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِى كُلِّ خَيْرٍ وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شرٍّ
 اَللَّهُمَّ اقْسِمْ لَنَا مِنْ خَشْيَتِكَ مَاتَحُوْلُ بيَْنَنَا وَبيَْنَ مَعْصِيَتِكَ وَمِنْ طَاعَتِكَ مَا تبَُلِّغُنَابِهِ جَنَّتَكَ وَمِنَ الْيَقِيْنِ مَاتهَُوِّنُ بِهِ عَلَيْنَا مَصَائِبَ الدُّنيَْا. اَللَّهُمَّ مَتِّعْنَا بِأَسمَْاعِنَا وَأَبْصَارِنَا وَقوَُّتِنَا مَا أَحْيَيْتَنَا وَاجْعَلْهُ الْوَارِثَ مِنَّا وَاجْعَلْهُ ثَأْرَنَا عَلَى مَنْ عَاداَنَا وَلاَ تَجْعَلْ مُصِيْبَتَنَا فِى دِيْنِنَاوَلاَ تَجْعَلِ الدُّنيَْا أَكْبَرَ هَمِّنَا وَلاَ مَبْلَغَ عِلْمِنَا وَلاَ تُسَلِّطْ عَلَيْنَا مَنْ لاَ يرَْحمَُنَا
 اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ اِنَّكَ سمَِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ.
 رَبنََّا اَتِنَا فِى الدُّنيَْا حَسَنَةً وَفِى الأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ 




SIAPAKAH WAHABI? ADAKAH MANHAJ SALAF?

 ADAKAH MANHAJ SALAF...???

METODOLOGI/ISTIMBAT/CARA SEPERTI APAKAH YANG MEREKA PAKAI, UNTUK MENENTUKAN SUATU HUKUM.???
SEKTE SEMPALAN SALAFI-WAHABI,
YANG BERAQIDAH MUJASSIMAH WAL MUSYABBIHAH, NEO KOWARIJ.
Kelompok Minoritas yang baru lahir kemarin sore, yang mengikuti/mengambil Rujukan dari pendapat ULAMA-ULAMA KHOLAF.
Tapi anehnya Mereka mengaku Pengikut SALAF dan Mengaku Ahlusunnah Waljamaah.!!!
Tidak Pernah ada MANHAJ SALAF,
tapi yg ada MANHAJ SYARAFFF
Manhaj yang suka USIL dan NYINYIR terhadap amaliyah Ssudara Muslim'nya sendiri, Itulah MANHAJ SARAFFF
Karna Manhaj Syaraff itu tidak mempunyai Qoidah /cara/Metodologi Istimbat hukum yg baku dan tertulis untuk menentukan suatu Hukum.
Hanya taklid buta kepada ulama-ulama Kholaf dan hasil ijtihadnya Mujtahid abal-abal.
Semua Ulama-ulama Kholaf Rujukan Gerombolan Kelompok Sekte Sempalan Salafi-Wahabi, itu hanya bisa Mensyarah, mentakrij, mentaqsis, menta'lif bahkan sampai Mentahrif/memalsukan Kitab-kitab para ulama Imam 4 Madzhab maupun Imam Hadist yang berMadzhab.
Sekali lagi, Tidak pernah ada istilah "Manhaj Salaf" / منهج السلف di dalam literatur kitab-kitab klasik karya ulama-ulama Ahlussunnah wal Jama'ah (Ulama Mutabarah).
Terkecuali Manhaj SYARAFFF.
Baru ada didalam Kitab-kitab atau Buku-buku Terjemahan Grombolan Sekte sempalan ini, yang mengikuti ulama-ulama Kolaf yaitu;
Syaikh Ibnu Taimiyyah
Syeikh Ibnul Qayyim al-Jawuziyyah
Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab
Syekh Muhammad bin Soleh al-Utsaimin
Syeikh Abdul Aziz bin Bazz
Syeikh Nasiruddin al-Albani
Syeikh al-Fawzan, dll
Yang ada juga istilah;
1. "Madzhab as-Salaf" / مذهب السلف, Sebagaimana yang tercantum di dalam kitab:
"Tadzkiratul Huffadz", karya Imam adz-Dzahabi (wafat hari Jum'at pagi, 15 Rabi'ul Akhir 576 H / 8 September 1180 M), jilid 2 juz 3 halaman 225, cetakan "Darul Kutub al-'Ilmiyyah". Beirut Libanon.
Nama lengkap beliau adalah: Al-Imam Syamsuddin Muhammad bin Ahmad bin Utsman adz-Dzahabi.
2. "Thariq as-Salaf" / طريق السلف,
Sebagaimana tercantum didalam kitab; "Tanbihul Mughtarrin", karya Syaikhul Islam Imam Abdul Wahab asy-Sya'rani, halaman 20, cetakan "Darul Kutub al-Islamiyyah", Kalibata - Jakarta Selatan.
3. "Madzhab A'immati as-Salaf" / مذهب أئمة السلف. Lihat kitab "Tadzkiratul Huffadz", karya Imam adz-Dzahabi !
4. "Madzhab as-Salaf" / مذهب السلف . Lihat dalam kitab "Al-'Aqidah Al-Islamiyyah 'inda Al-Fuqaha Al-Arba'ah" karya Abul Yazid Abu Zaed Al-'Ajami, halaman 90, cetakan "Darus Salam", Mesir, dengan keterangan sebagai berikut.
الأعتقلد على مذهب السلف أهل السنة و الجماعة
Pada kitab yang sama kalimat "Madzhab as-Salaf" bisa pula dilihat di halaman 106 & 280.
5. "Madzhab as-Salaf" / مذهب السلف . Lihat kitab "Thabaqat asy-Syafi'iyyah al-Kubra", karya Imam Tajuddin as-Subki (727-771 H), jilid 3 halaman 367 dan jilid 9 halaman 35 !
Note;
Sekali lagi tidak pernah ada istilah "Manhaj Salaf" di kitab-kitab klasik karya Ulama Ahlussunnah wal Jama'ah yang terangkum dalam Empat Imam Madzhab (Hanafi, Maliki, Syafi'i, dan Hanbali).
Sebagai pembuktiannya, silahkan cari di kitab-kitab klasik lainnya, seperti.
1. Kitab "Hilyatul Awliya' (10 jilid),
2. Kitab "Ath-Thabaqat asy-Syafi'iyyah al-Kubra (10 jilid).
Semoga menjadi bahan Renungan.
🙏🙏🙏

Tanda-tanda kemunculan Imam Mahdi

 Tanda-tanda kemunculan Imam Mahdi 

  • Wafatnya seorang khalifah 
  • Sungai Eufrat mengering dan terbelah hingga terlihat gunung emas 
  • Gerhana bulan pada awal malam bulan Ramadan dan gerhana matahari pada pertengahannya 
  • Munculnya bintang berekor yang bercahaya 
  • Munculnya api besar dari arah timur selama tiga atau tujuh malam 
  • Langit menjadi gelap gulita 
  • Terbitnya tanduk Dzu as-Sinin yang memiliki dua ujung 
  • Munculnya corak warna merah dari langit dan menyebar ke ufuk-ufuknya 
  • Terdengar seruan yang terdengar oleh seluruh penduduk bumi dalam bahasa mereka masing-masing 
Ciri-ciri Imam Mahdi 
  • Kulitnya seperti kulit bangsa Arab 
  • Bentuk tubuhnya seperti tubuh Bani Israil 
  • Wajahnya berseri-seri seperti bintang yang bercahaya 
  • Kedua matanya bercelak 
  • Berjanggut tebal 
  • Pada pipi kanannya ada tahi lalat berwarna hitam 
  • Pada pundaknya terdapat tanda seperti yang ada pada belikat Rasulullah SAW

Sedekah untuk orang yang sudah meninggal

 عن عائشة رضي الله عنهما أن رجلا أتى النبي صلى الله عليه وسلم فقال يا رسول الله إن أمي أفتلتت نفسها ولم توص وأظنها لو تكلمت تصدقت أفلها أجر إن تصدقت عنها؟, قال نعم (صحيح مسلم, رقم ١٦٧٢). 


Artinya: Dari ‘Aisyah ra, seorang laki-laki bertanya kepada Nabi saw, “Ibu saya meninggal dunia secara mendadak dan tidak sempat berwasiat. Saya menduga seandainya ia dapat berwasiat, tentu ia akan bersedekah. Apakah ia akan mendapat pahala jika saya bersedekah atas namanya?” Nabi Muhammad saw menjawab, “Iya” (Shahih Muslim, 1672)

Dalil tahlilan

 Dwiyogotomo DALIL TAHLILAN KEMATIAN 

≈=======================


kitab Al-bidayah Wan-Nihayah, karya Imam Ibnu Katsir, pada jilid 4 Halaman 128.


Di kitab tersebut dijelaskan, bahwa ketika seorang sahabat yg bernama Sa'adz bin Mu'adz meninggal dan selesai dikuburkan, Rasulullah tidak langsung bergegas pulang, melainkan beliau berdzikir di sisi makam dengan membaca tasbih dan takbir, yang diikuti oleh para sahabat yg lain yg hadir pada saat itu.


Setelah pembacaan dzikir selesai, rasulullah ditanya "untuk apa anda membaca kalimat2 dzikir tadi ya rasul ?", 

Nabi pun menjawab "sungguh hamba yg saleh ini, yaitu sa'adz bin mu'adz, telah terhimpit oleh kuburannya, hingga kemudian Allah lapangkan berkat pembacaan dzikir tadi".


Terkait dengan hal itu, Imam Ahmad meriwayatkan hadits sahih yg bersumber dari Aisyah, bahwasanya Nabi bersabda "sesungguhnya tiap kuburan itu pasti mengalami penyempitan, dan tidak seorang pun bisa lolos darinya, sebab jika ada orang yg bisa lolos, maka Sa'adz bin Mu'adz pantas untuk lolos darinya".


Imam Ibnu katsir lalu menjelaskan, bahwa hadits tadi mempunyai sanad yg sahih, dan memenuhi syarat kesahihan hadits yg telah ditetapkan oleh Imam Bukhori dan imam Muslim.


Referensi :

al-bidayah wan-nihayah, imam ibnu katsir, jilid 4 hal. 128


Rosulullah Bersabda  :


ﻗﺎﻝ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﺍﻟﺪﻋﺎﺀ ﻭﺍﻟﺼﺪﻗﺔ ﻫﺪﻳﺔ ﺇﻟﻰﺍﻟﻤﻮتى


ﻭﻗﺎﻝ ﻋﻤﺮ : ﺍﻟﺼﺪﻗﺔ ﺑﻌﺪ ﺍﻟﺪﻓن ﺛﻮﺍﺑﻬﺎ ﺇﻟﻰ ﺛﻼﺛﺔ ﺃﻳﺎﻡ ﻭﺍﻟﺼﺪﻗﺔ ﻓﻰ ﺛﻼﺛﺔ ﺃﻳﺎﻡ ﻳﺒﻘﻰ ﺛﻮﺍﺑﻬﺎ ﺇﻟﻰ ﺳﺒﻌﺔ ﺃﻳﺎﻡ ﻭﺍﻟﺼﺪﻗﺔ ﻳﻮﻡ ﺍﻟﺴﺎﺑﻊ ﻳﺒﻘﻰ ﺛﻮﺍﺑﻬﺎ ﺇﻟﻰ ﺧﻤﺲ ﻭﻋﺸﺮﻳﻦ ﻳﻮﻣﺎ ﻭﻣﻦ ﺍﻟﺨﻤﺲ ﻭﻋﺸﺮﻳﻦ ﺇﻟﻰ ﺃﺭﺑﻌﻴﻦ ﻳﻮﻣﺎ ﻭﻣﻦ ﺍﻷﺭﺑﻌﻴﻦ ﺇﻟﻰ ﻣﺎﺋﺔ ﻭﻣﻦ ﺍﻟﻤﺎﺋﺔ ﺇﻟﻰ ﺳﻨﺔ ﻭﻣﻦ ﺍﻟﺴﻨﺔ ﺇﻟﻰ ﺃﻟﻒ عام (الحاوي للفتاوي ,ج:۲,ص: ١٩٨


“Doa dan shodaqoh (Tahlilan) itu adalah hadiah kepada mayyit.”

Berkata Umar: “shodaqoh setelah kematian maka pahalanya sampai tiga hari dan shodaqoh dalam tiga hari akan tetap kekal pahalanya sampai tujuh hari, dan shodaqoh di hari ke tujuh akan kekal pahalanya sampai 25 hari dan dari pahala 25 sampai 40 harinya lalu sedekah dihari ke 40 akan kekal hingga 100 hari dan dari 100 hari akan sampai kepada satu tahun dan dari satu tahun sampailah kekalnya pahala itu hingga 1000 hari.”


Rujukan : (Al-Hawi lil Fatawi Juz 2 Hal 198)


Berkumpul kiriman doa adalah bentuk shodaqoh buat mayyit.


ﻓﻠﻤﺎ ﺍﺣﺘﻀﺮﻋﻤﺮ ﺃﻣﺮ ﺻﻬﻴﺒﺎ ﺃﻥ ﻳﺼﻠﻲ ﺑﺎﻟﻨﺎﺱ ﺛﻼﺛﺔ ﺃﻳﺎﻡ ، ﻭﺃﻣﺮ ﺃﻥ ﻳﺠﻌﻞ ﻟﻠﻨﺎﺱ ﻃﻌﺎما، ﻓﻴﻄﻌﻤﻮﺍ ﺣﺘﻰ ﻳﺴﺘﺨﻠﻔﻮﺍ ﺇﻧﺴﺎﻧﺎ ، ﻓﻠﻤﺎ ﺭﺟﻌﻮﺍ ﻣﻦ ﺍﻟﺠﻨﺎﺯﺓ ﺟﺊ ﺑﺎﻟﻄﻌﺎﻡ ﻭﻭﺿﻌﺖ ﺍﻟﻤﻮﺍﺋﺪ ! ﻓﺄﻣﺴﻚ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﻋﻨﻬﺎ ﻟﻠﺤﺰﻥ ﺍﻟﺬﻱ ﻫﻢ ﻓﻴﻪ ، ﻓﻘﺎﻝ ﺍﻟﻌﺒﺎﺱ ﺑﻦ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﻤﻄﻠﺐ : ﺃﻳﻬﺎ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﺇﻥ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻗﺪ ﻣﺎﺕ ﻓﺄﻛﻠﻨﺎ ﺑﻌﺪﻩ ﻭﺷﺮﺑﻨﺎ ﻭﻣﺎﺕ ﺃﺑﻮ ﺑﻜﺮ ﻓﺄﻛﻠﻨﺎ ﺑﻌﺪﻩ ﻭﺷﺮﺑﻨﺎ ﻭﺇﻧﻪ ﻻﺑﺪ ﻣﻦ ﺍﻻﺟﻞ ﻓﻜﻠﻮﺍ ﻣﻦ ﻫﺬﺍ ﺍﻟﻄﻌﺎﻡ ، ﺛﻢ ﻣﺪ ﺍﻟﻌﺒﺎﺱ ﻳﺪﻩ ﻓﺄﻛﻞ ﻭﻣﺪ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﺃﻳﺪﻳﻬﻢ ﻓﺄﻛﻠﻮﺍ


Ketika Umar sebelum wafatnya, ia memerintahkan pada Shuhaib untuk memimpin shalat, dan memberi makan para tamu selama 3 hari (Tahlilan) hingga mereka memilih seseorang, maka ketika hidangan–hidangan ditaruhkan, orang – orang tak mau makan karena sedihnya, maka berkatalah Abbas bin Abdulmuttalib:


Wahai hadirin.. sungguh telah wafat Rasulullah saw dan kita makan dan minum setelahnya, lalu wafat Abubakar dan kita makan dan minum sesudahnya, dan ajal itu adalah hal yang pasti, maka makanlah makanan ini..!”, lalu beliau menghulurkan tangannya dan makan, maka orang–orang pun menghulurkan tangannya masing–masing dan makan.


Rujukan: [Al Fawaidussyahiir Li Abi Bakar Assyafii juz 1 hal 288, Kanzul ummaal fii sunanil aqwaal wal af’al Juz 13 hal 309, Thabaqat Al Kubra Li Ibn Sa’d Juz 4 hal 29, Tarikh Dimasyq juz 26 hal 373, Al Makrifah wattaarikh Juz 1 hal 110]

DOA PENGUSIR JIN IFRIT

Doa yang diojarkan Malaikat Jibril kepada Rasululiah SAW saat melakukan perjalanan isra dan mi raj untuk mengusir jin Ifrit yong mengganggunya :


أَعُوْذُ بِوَجْهِ اللّهِ الْكَرِيْمِ وَبِكَلِمَاتِ اللّهِ التَّمَّاتِ الْتِيْ لَا يُجَاوِزُهُنَّ بَرٌّ وَلَا فَاجِرٌ مِنْ شَرِّ مَا يَنْزِلُ مِنَ السَّمَاءِ وَمِنْ شَرِّ مَا يَعْرُجُ فِيْهَا وَمِنْ شَرِّ مَا ذَرَآ فِي الأَرْضِ وَمِنْ شَرِّ مَا يَخْرُجُ مِنْهَا وَمِنْ فِيَنِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَمِنْ طَوَارِقِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ إِلَّ طَارِقًا يَطْرُقُ بِخَيْرٍ يَا رَحْمِنُ


Artinya: Aku berlindung dengan wajah Allah Yang Maha Mulia dan dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna yang tidak ada orang yang baik dan tidak pula orang yong durhaka dapat melampauinya, dari kejahatan apa saja yang turun dari langit dan dari kejahatan apa saja yang naik ke langit; dari kejahatan apa saja yang masuk ke dalam bumi dan dari kejahatan apa saja yang keluar dari bumi; dari fitnah-fitnah di waktu malam hari dan di waktu siang hari; dari bencana-bencana dari malam hari dan siang hari, kecuali bencana-bencana yang datang dengan kebaikan, wahai dzat yang maha Penyayang 


USTADZAH AISYAH FARID BSA

Doa Nisfu Sya'ban

 اللّٰهُمَّ يَا ذَا الْمَنِّ وَلَا يُمَنُّ عَلَيْكَ يَا ذَا الْجَلَالِ وَالإِكْرَامِ يَا ذَا الطَوْلِ وَالإِنْعَامِ لَا إِلٰهَ إِلَّا أَنْتَ ظَهْرَ اللَّاجِيْنَ وَجَارَ المُسْتَجِيْرِيْنَ وَمَأْمَنَ الخَائِفِيْنَ اللّٰهُمَّ إِنْ كُنْتَ كَتَبْتَنَا عِنْدَكَ فِيْ أُمِّ الكِتَابِ أَشْقِيَاءَ أَوْ مَحْرُوْمِيْنَ أَوْ مُقَتَّرِيْنَ عَلَيْنَا فِي الرِزْقِ، فَامْحُ اللّٰهُمَّ فِي أُمِّ الكِتَابِ شَقَاوَتَنَا وَحِرْمَانَنَا وَاقْتِتَارَ رِزْقِنَا، وَاكْتُبْنَا عِنْدَكَ سُعَدَاءَ مَرْزُوْقِيْنَ مُوَفَّقِيْنَ لِلْخَيْرَاتِ فَإِنَّكَ قُلْتَ وَقَوْلُكَ الْحَقُّ فِيْ كِتَابِكَ المُنْزَلِ عَلَى لِسَانِ نَبِيِّكَ المُرْسَلِ: “يَمْحُو اللهُ مَا يَشَاءُ وَيُثْبِتُ وَعِنْدَهُ أُمُّ الكِتَابِ” وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمـَّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ العَــالَمِيْنَ 


Artinya: 

Wahai Tuhanku yang maha pemberi, Engkau tidak diberi. Wahai Tuhan pemilik kebesaran dan kemuliaan. Wahai Tuhan pemilik kekayaan dan pemberi nikmat. Tiada Tuhan selain Engkau, kekuatan orang-orang yang meminta pertolongan, lindungan orang-orang yang mencari perlindungan, dan tempat aman orang-orang yang takut. Tuhanku, jika Engkau mencatat kami di sisi-Mu pada Lauh Mahfuzh sebagai orang celaka, sial, atau orang yang sempit rezeki, maka hapuskanlah di Lauh Mahfuzh kecelakaan, kesialan, dan kesempitan rezeki kami. Catatlah aku di sisi-Mu sebagai orang yang mujur, murah rezeki, dan taufiq untuk berbuat kebaikan karena Engkau telah berkata-sementara perkataan-Mu adalah benar-di kitabmu yang diturunkan melalui ucapan Rasul utusan-Mu, ‘Allah menghapus dan menetapkan apa yang Ia kehendaki di sisi-Nya Lauh Mahfuzh.’ Allah bershalawat dan bersalam atas Sayyidina Muhammad, keluarga, dan sahabatnya. Segala puji bagi Allah, Tuhan sekalian alam

Rahasia Kebaikan dan Keberkahan bagi yang Bertakwa dan Dermawan

 إِنَّ الْحَمْدَ للهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ

أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.

اَللَّهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى سيدنا مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن

أَمَّا بَعْدُ عِبَادَ اللهِ : أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ ؛ فَإِنَّ تَقْوَى اللهِ جَلَّ وَعَلَا هِيَ سَبِيْلُ الفَلَاحِ وَالْفَوْزُ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ

وَأَسْأَلُ اللهَ جَلَّ وَعَلَا أَنْ يَجْعَلَنَا وَإِيَّاكُمْ مِنَ المُتَّقِيْنَ

قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي كِتَابِهِ الكَرِيْمَ

أعوذ بالله من الشيطان الرجيم

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اتَّقُواْ اللّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ


Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Shalawat serta salam kita panjatkan untuk Nabi Muhammad SAW, keluarganya, para sahabatnya, dan umatnya hingga akhir zaman.


Hadirin Jama’ah Jum’at yang Dirahmati Allah,

Pada kesempatan di hari yang mulia ini, Marilah kita simak dan kita renungkan salah satu surat yang Allah turunkan di dalam Al-Qur'an, yaitu surat ke 92, Surat Al-Layl. Yang mana jika kita menyimak dan merenungkan arti dari surat ini, kita akan menyadari dimanakah tingkat keimanan kita di sisi Allah

وَالَّيْلِ اِذَا يَغْشٰىۙ

"Demi malam apabila menutupi (cahaya siang),"

(QS. Al-Lail 92: Ayat 1)

وَالنَّهَارِ اِذَا تَجَلّٰىۙ

"demi siang apabila terang benderang,"

(QS. Al-Lail 92: Ayat 2)

وَمَا خَلَقَ الذَّكَرَ وَالْاُنْثٰىٓ ۙ

"dan demi penciptaan laki-laki dan perempuan,"

(QS. Al-Lail 92: Ayat 3)

Surat ini diawali dengan beberapa sumpah, yang menandakan bahwa perkara yang akan dibahas selanjutnya sangatlah penting untuk kita perhatikan.

Sama halnya ketika kita bersumpah untuk suatu kebenaran perkara, kita menggunakan nama Allah dalam sumpah kita. Contohnya:

Wallahi, demi Allah aku tidak melakukan itu...

Wallahi, demi Allah aku akan melakukan itu...

Maka kata Wallahi adalah merupakan sumpah tertinggi bagi sesama umat Islam, tidak bisa Wallahu atau wallaha.

Namun ketika Allah bersumpah, Allah menggunakan tanda-tanda kebesaran-Nya. Contohnya: demi waktu, demi fajar, demi penciptaam langit dan bumi, dan lain sebagainya.

Dan dalam surat ini Allah menggunakan malam dan siang sebagai sumpah.

karena mengatur malam dan siang adalah suatu hal yang tidak bisa dilakukan oleh seorang makhlukpun di alam semesta, maka malam dan siang adalah merupakan suatu tanda kebesaran Allah.

Begitu pula halnya Allah menggunakan penciptaan laki-laki dan perempuan sebagai sumpah, karena penciptaan laki-laki dan perempuan adalah hak preoregatif Allah, tidak ada seorangpun manusia yang bisa menentukan bayi di dalam rahim seorang perempuan menjadi laki-laki atau perempuan, maka penciptaan laki-laki dan perempuan adalah suatu tanda kebesaran Allah.

Mari kita simak ayat selanjutnya:

اِنَّ  سَعْيَكُمْ  لَشَتّٰى

"sungguh, usahamu memang beraneka macam."

(QS. Al-Lail 92: Ayat 4)

فَاَ مَّا  مَنْ  اَعْطٰى  وَا تَّقٰى

"Maka barang siapa memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa,"

(QS. Al-Lail 92: Ayat 5)

وَصَدَّقَ  بِا لْحُسْنٰى

"dan membenarkan (adanya pahala) yang terbaik"

(QS. Al-Lail 92: Ayat 6)

فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْيُسْرَىٰ

maka Kami akan menyiapkan baginya jalan yang mudah.

(QS. Al-Lail 92: Ayat 7)

وَأَمَّا مَن بَخِلَ وَاسْتَغْنَىٰ

Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup

(QS. Al-Lail 92: Ayat 8)

وَكَذَّبَ بِالْحُسْنَىٰ

serta mendustakan pahala terbaik

(QS. Al-Lail 92: Ayat 9)

‏فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْعُسْرَى

maka Kami akan menyiapkan baginya (jalan) yang sukar

(QS. Al-Lail 92: Ayat 10)

Dalam ayat-ayat ini, Allah SWT menjelaskan bahwa setiap manusia memiliki jalan hidup yang berbeda dalam.

Ada sebagian mereka yang rajin bersedekah, memberikan hartanya di jalan Allah dengan niat ikhlas, bertakwa, dan yakin akan adanya pahala terbaik dari Allah. Sikap ini menunjukkan ketundukan mereka kepada perintah Allah dan rasa syukur atas nikmat-Nya. Maka Sebagai balasannya, Allah menjanjikan kemudahan dalam kehidupan mereka, baik di dunia maupun di akhirat.

Sebaliknya, orang yang kikir atau enggan berbagi dan merasa tidak butuh bantuan Allah, atau bahkan mendustakan adanya pahala di akhirat, akan mendapatkan jalan yang sulit. Ini adalah peringatan dari Allah bahwa ketamakan dan kesombongan dapat menutup pintu kebaikan dan keberkahan dalam hidup manusia.

Rasulullah SAW memperkuat hal ini dalam sebuah hadits:

مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ, وَمَا زَادَ اللَّهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ إِلَّا عِزًّ,ا وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلَّهِ إِلَّا رَفَعَهُ اللَّهُ

Tidak akan berkurang harta dengan bersedekah. dan Allah tidak akan menambah kepada seseorang yang suka memaafkan kecuali kemuliaan. Dan tidaklah seseorang merendahkan dirinya (tawadlu') karena Allah, kecuali Allah akan meninggikan derajatnya.” (HR. Muslim).

Hadis ini menguatkan bahwa sedekah, kedermawanan, dan kerendahan hati adalah jalan menuju kemudahan dari Allah. Mereka yang bersikap demikian akan Allah angkat derajatnya di dunia dan di akhirat.

Hadirin yang Berbahagia,

Lalu Allah berfirman dalam ayat selanjutnya:

وَمَا يُغْنِي عَنْهُ مَالُهُ إِذَا تَرَدَّىٰ

Dan hartanya tidak bermanfaat baginya apabila ia telah binasa

(QS. Al-Lail 92: Ayat 11)

‏إِنَّ عَلَيْنَا لَلْهُدَىٰ

Sesungguhnya kewajiban Kamilah memberi petunjuk

(QS. Al-Lail 92: Ayat 12)

وَإِنَّ لَنَا لَلْآخِرَةَ وَالْأُولَىٰ

dan sesungguhnya kepunyaan Kamilah akhirat dan dunia

(QS. Al-Lail 92: Ayat 13)

Ayat ini mengingatkan kita bahwa kekayaan dan harta benda tidak akan bermanfaat jika tidak digunakan di jalan yang benar. 

Manusia membutuhkan petunjuk Allah agar bisa selamat di dunia dan akhirat, karena dunia dan akhirat adalah milik Allah.

Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW bersabda:

Barang siapa yang beramal baik untuk akhiratnya, Allah akan cukupkan urusan dunianya.” (HR. Thabrani).

Hadis ini mengajarkan kita bahwa siapa saja yang memperhatikan akhiratnya, dunia pun akan mengikuti. Allah akan mencukupi segala keperluannya di dunia, dengan syarat ia tidak lupa berbuat baik dan mencari ridha Allah.

Hal ini dikuatkan juga di dalam sebuah ayat bahwasanya Allah SWT berfirman:

مَنْ عَمِلَ صَٰلِحًا مِّن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُۥ حَيَوٰةً طَيِّبَةً ۖ

Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik, 

(QS An-Nahl: ayat 97)

Jama’ah yang Dirahmati Allah,

Akhir dari surat Al-Layl selanjutnya ini juga berbicara tentang perbedaan nasib manusia di akhirat bagi mereka yang beramal dan yang tidak beramal. Allah berfirman:

فَأَنذَرْتُكُمْ نَارًا تَلَظَّىٰ

Maka, kami memperingatkan kamu dengan neraka yang menyala-nyala

(QS An-Nahl: ayat 14)

لَا يَصْلَاهَا إِلَّا الْأَشْقَى

Tidak ada yang masuk ke dalamnya kecuali orang yang paling celaka

(QS An-Nahl: ayat 15)

الَّذِي كَذَّبَ وَتَوَلَّىٰ

yang mendustakan (kebenaran) dan berpaling (dari iman)

(QS An-Nahl: ayat 16)

وَسَيُجَنَّبُهَا الْأَتْقَى

Dan kelak akan dijauhkan orang yang paling takwa dari neraka itu

(QS An-Nahl: ayat 17)

الَّذِي يُؤْتِي مَالَهُ يَتَزَكَّىٰ

yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah) untuk membersihkannya

(QS An-Nahl: ayat 18)

‏ وَمَا لِأَحَدٍ عِندَهُ مِن نِّعْمَةٍ تُجْزَىٰ

padahal tidak ada seseorangpun memberikan suatu nikmat kepadanya yang harus dibalasnya, 

(QS An-Nahl: ayat 19)

‏ إِلَّا ابْتِغَاءَ وَجْهِ رَبِّهِ الْأَعْلَىٰ

tetapi (dia memberikan itu semata-mata) karena mencari keridhaan Tuhannya yang Maha Tinggi

(QS An-Nahl: ayat 20)

وَلَسَوْفَ يَرْضَىٰ ‎

Dan kelak dia benar-benar mendapat kepuasan

(QS An-Nahl: ayat 21)

Jama’ah yang Dirahmati Allah

Maka, marilah kita berlomba-lomba berbuat baik, ikhlas hanya karena Allah SWT. Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW bersabda:

Sesungguhnya amal itu tergantung niatnya. Dan setiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Hadis ini menekankan pentingnya niat ikhlas dalam beramal. Amal yang dilandasi keikhlasan akan membawa manusia menuju keridhaan Allah.

Hadirin Jama’ah Jumat yang Dimuliakan Allah,

Sebagai penutup, Marilah kita tingkatkan ketakwaan kepada Allah, dengan memperbanyak amal saleh, memperbaiki niat, dan senantiasa bersedekah. Jadikanlah hidup ini sebagai jalan untuk mencari keridhaan Allah SWT, karena akhir dari kehidupan ini adalah akhirat. Semoga Allah memudahkan langkah kita di dunia dan memberikan kebahagiaan di akhirat.

Aamiin ya Rabbal ’Aalamiin.

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْأَنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَةِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلْ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَاتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ


KHUTBAH KEDUA


 الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ

أَشْهَدُ أنْ لا إلَهَ إلا اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ، وأشهدُ أنَّ مُحَمَّدًا عبْدُه ورَسُولُه

 يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

 يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلا سَدِيدًا * يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

 اللَّهُمَّ صَلِّ وسَلِّمْ عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سيدنا مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ وسَلّمْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، وَبَارِكْ عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سيدنا مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، فِي العَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنْ خُلَفَائِهِ الرَّاشِدِيْنَ، وَعَنْ أَزْوَاجِهِ أُمَّهَاتِ المُؤْمِنِيْنَ، وَعَنْ سَائِرِ الصَّحَابَةِ أَجْمَعِيْنَ، وَعَنْ المُؤْمِنِيْنَ وَالمُؤْمِنَاتِ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، وَعَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدُّعَاءِ. اللَّهُمَّ اجْعَلْ جَمْعَنَا هَذَا جَمْعًا مَرْحُوْمًا، وَاجْعَلْ تَفَرُّقَنَا مِنْ بَعْدِهِ تَفَرُّقًا مَعْصُوْمًا، وَلا تَدَعْ فِيْنَا وَلا مَعَنَا شَقِيًّا وَلا مَحْرُوْمًا

اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالعَفَافَ وَالغِنَى. اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ أَنْ تَرْزُقَ كُلاًّ مِنَّا لِسَانًا صَادِقًا ذَاكِرًا، وَقَلْبًا خَاشِعًا مُنِيْبًا، وَعَمَلاً صَالِحًا زَاكِيًا، وَعِلْمًا نَافِعًا رَافِعًا، وَإِيْمَانًا رَاسِخًا ثَابِتًا، وَيَقِيْنًا صَادِقًا خَالِصًا، وَرِزْقًا حَلاَلاًَ طَيِّبًا وَاسِعًا، يَا ذَا الْجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ

 رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِاْلإِيمَانِ وَلاَ تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلاَّ لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَؤُوفٌ رَحِيمٌ

رَبَّنَا آتِنَا في الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

 عِبَادَ اللهِ :إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي القُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ 

Khutbah Idul Adha 2024

اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ

اَللهُ أَكْبَرْ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً، لَاإِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ، صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الْأَحْزَابَ وَحْدَهُ، لاَإِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ اْلحَمْدُ

الْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ أَمَرَنَا بِذَبْحِ الْأُضْحِيَّةِ. وَبَلَغَنَا إِلَى هٰذَا الْيَوْمِ مِنْ عَشْرِ ذِي الْحِجَّةِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ ذُوْ رَحْمَةٍ وَاسِعَةٍ. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ تُرْجَى مِنْهُ الشَّفَاعَةُ. أَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ النَّبِيِّ الرَّحْمَةِ، وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ ذَوِي الْعُقُوْلِ السَّلِيْمَةِ، صَلَاةً وَسَلَامًا مُتَلَازِمَيْنِ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ 

أَمَّا بَعْدُ، عِبَادَ الرَّحْمٰنِ، فَإنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ المَنَّانِ، الْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الْقُرْآنِ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمْ : فِيْهِ اٰيٰتٌۢ بَيِّنٰتٌ مَّقَامُ اِبْرٰهِيْمَ ەۚ وَمَنْ دَخَلَهٗ كَانَ اٰمِنًاۗ وَلِلّٰهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ اِلَيْهِ سَبِيْلًاۗ وَمَنْ كَفَرَ فَاِنَّ اللّٰهَ غَنِيٌّ عَنِ الْعٰلَمِيْنَ. وَقَالَ اَيْضًا: إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ 
الْكَوْثَرَ. فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ. إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ. صَدَقَ اللهُ العَظِيمُ

اللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، لاَإِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ اْلحَمْدُ

 Para hadirin sidang Idul Adha rahimakumullah.

Alhamdulillah pada pagi hari yang agung ini, kita sama-sama telah mengumandangkan takbir, tahlil dan tahmid secara terus menerus sejak tadi malam hingga pagi ini, untuk mengagungkan Asma Allah

Dan pada pagi hari ini kita berkumpul di Masjid yang mulia ini untuk melaksanakan perintah Allah, yaitu melaksanakan Shalat Idul Adha.

Mengawali khutbah Idul Adha ini, saya selaku khatib berwasiat, khususnya kepada diri saya sendiri, dan umumnya kepada semua yang hadir pada kesempatan Idul Adha ini, marilah kita tingkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah swt, dengan keimanan serta ketakwaan yang sesungguhnya. Keimanan akan firman-firman Allah yang disampaikan melalui lisan Nabi-Nya, kemudian kita menjalankan apa yang diperintahkan oleh Allah, serta menjauhi semua larangan-Nya

Terlebih lagi pada momentum bulan dzulhijjah, yang mana terdapat tiga peristiwa istimewa yang Allah syariatkan di bulan ini.

Sebagai mana kita ketahui bahwasanya bulan Dzulhijjah adalah salah satu bulan yang di hurmati dari empat bulan dalam setahun, sebagaimana Allah berfirman di dalam Al-Qur'an:

إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ

Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah adalah dua belas bulan dalam ketetapan Allah, ketika Ia menciptakan langit dan bumi; diantaranya ada empat (4) bulan Haram (yang mulia)

Rasulullah menegaskan mengenai empat bulan haram tersebut, sebagaimana beliau bersabda:

ثَلَاثَةٌ مُتَوَالِيَاتٌ ذُو القَعْدَةِ وَذُو الْحِجَّةِ وَالْمُحَرَّمُ وَرَجَبُ مُضَرُّ بَيْنَ جُمَادِى وَشَعْبَانَ

tiga bulan diantaranya berturut-turut Dzulqaidah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab Mudhar, yang terdapat diantara bulan Jumadi dan Sya’ban.”

(HR. Bukhari dan Muslim)

{ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ}

Itulah (ketetapan) agama yang lurus.

{فَلا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ}

maka janganlah kalian menganiaya diri kalian sendiri dalam bulan yang empat itu. (At-Taubah: 36)

Apakah yang dimaksud dengan menganiaya diri?

Para Ulama menafsirkan mengenai Firman Allah yang mengatakan tentang menganiaya diri sendiri, Yakni dalam bulan-bulan Haram itu janganlah kita melakukan dosa ataupun berbagai kemaksiatan, karena barangsiapa yang berbuat kemaksiatan pada bulan-bulan Haram, sanksinya jauh lebih berat daripada kemaksiatan yang dilakukan di hari-hari yang lain, dan dosanya akan dilipat gandakan daripada berbuat dosa di bulan-bulan yang lain. 

Sama halnya seperti orang yang berbuat dosa di dalam tanah Haram Kota Suci Mekah, maka dilipat gandakan pula dosanya, Sebagaimana firman Allah Swt:

{وَمَنْ يُرِدْ فِيهِ بِإِلْحَادٍ بِظُلْمٍ نُذِقْهُ مِنْ عَذَابٍ أَلِيمٍ}

dan siapa saja yang bermaksud melakukan kejahatan secara zalim di dalamnya, niscaya Kami akan rasakan kepadanya siksa yang pedih. (Al-Hajj: 25)

Selain perbuatan dosa yang dilipat gandakan dosanya, maka begitu pula amal baik, barangsiapa yang beramal baik pada bulan-bulan haram maka akan dilipat gandakan pula pahalanya

العَمَلُ الصَّالِحُ أَعْظَمُ أَجْرًا فِي الْأَشْهُرِ الْحُرُمِ

Amal salih lebih agung (besar) pahalanya di dalam bulan-bulan haram (Zulqa’dah, Zulhijjah, Muharram, dan Rajab).(Imam al-Baghawi, Ma’alimut Tanzil fi Tafsiril Qur’an).


اللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، لاَإِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ اْلحَمْدُ

Para hadirin Jamaah shalat Idul Adha yang di rahmati Allah

Bulan Dzulhijjah adalah merupakan satu bulan yang diagungkan oleh Allah hingga hari kiamat, maka kita wajib untuk mengagungkan apa yang di agungkan oleh Allah.

 فَعَظِّمُوْا مَا عَظَّمَ اللهُ، فَإِنَّمَا تُعَظَّمُ الْأُمُوْرُ بِمَا عَظَّمَهَا اللهُ بِهِ

Maka agungkanlah sesuatu yang diagungkan oleh Allah. Maka sungguh keagungan sesuatu bila diagungkan oleh Allah kepadanya. (Tafsir Imam Ibnu Katsir)

Dan karena keagungan bulan inilah, Allah mensyariatkan kepada umat Islam untuk melaksanakan dua Ibadah yang khusus hanya bisa dilakukan di bulan Dzulhijjah.

Syariat Pertama adalah ibadah haji, yang mana ibadah haji ini adalah suatu ibadah yang hanya boleh dilakukan di bulan dzulhijjah setiap tahun dan tidak bisa dilakukan di bulan-bulan lainnya, dan selain hanya boleh dilakukan di bulan Dzulhijjah, ibadah haji ini pula sudah ditetapkan tempat pelaksanaannya, yang mana ibadah ini hanya bisa dilakukan di Baitullah dan tidak bisa dilakukan dimanapun di dunia ini selain di baitullah.

وَلِلّٰهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ اِلَيْهِ سَبِيْلًا

Dan (di antara) kewajiban manusia terhadap Allah adalah melaksanakan ibadah haji ke Baitullah, yaitu bagi orang-orang yang mampu mengadakan perjalanan ke sana. (QS. Ali 'Imran: Ayat 97)

وَمَنْ كَفَرَ فَاِنَّ اللّٰهَ غَنِيٌّ عَنِ الْعٰلَمِيْنَ

Barangsiapa mengingkari (kewajiban) haji, maka ketahuilah bahwa Allah Mahakaya (tidak memerlukan sesuatu) dari seluruh alam. (QS. Ali 'Imran: Ayat 97)

Dan bahkan lebih utama lagi bahwasanya ibadah haji adalah suatu ibadah yang menyempurnakan keislaman seseorang, bagi siapa yang sudah melakukan ibadah haji maka sempurnalah keislamannya.

Syariat Kedua adalah penyembelihan hewan kurban, Sebagaimana firman Allah:

اِنَّآ اَعْطَيْنٰكَ الْكَوْثَر

Sungguh, Kami telah memberimu (Muhammad) nikmat yang banyak.”

فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْۗ

Maka laksanakanlah shalat karena Tuhanmu, dan berkurbanlah .”.

Syariat penyembelihan hewan kurban hanya dilakukan pada bulan Dzulhijjah bertepatan pada raya idul Adha, dan tidak disebut kurban jika dilakukan di hari-hari yang lain selain hari raya Idul Adha. Dan diterima kurban seseorang jika dilakukan setelah shalat Idul Adha hingga tiga hari setelahnya.

اللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، لاَإِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ اْلحَمْدُ

Para hadirin Jamaah shalat Idul Adha yang di rahmati Allah

Pelaksanaan ibadah haji dan Penyembelihan hewan kurban adalah merupakan sebuah ujian keimanan bagi kita sebagai umat Islam, sampai sejauh manakah ketaatan kita kepada Allah dalam melaksanakan perintah-Nya, dan sebesar apakah kita mampu mengeluarkan harta kita dalam berkurban untuk Allah yang sudah memberikan kita rejeki dan berbagai kenikmatan selama hidup. 

لَن تَنَالُوا الْبِرَّ حَتَّىٰ تُنفِقُوا مِمَّا تُحِبُّونَ

Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai.[Al Imran: 92]

Melaksanakan ibadah haji berarti kita harus mengeluarkan sebagian harta kita yang kita cintai dalam jumlah yang cukup besar untuk melakukan perjalanan ke Baitulllah, dan ibadah haji ini bukanlah wisata religi melainkan ibadah fisik, yang mana kita harus siap mental dan fisik kita untuk melakukan berbagai rukun dalam ibadah haji.

Begitu pula ibadah kurban, kita harus menyisihkan sebagian harta yang kita cintai untuk dibelikan hewan kurban dan kemudian dibagikan kepada orang lain, jika bukan dilandasi dengan keimanan tentu saja dua ibadah ini adalah ibadah yang berat. 

Mari kita simak sebuah hadits:

عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَا عَمِلَ آدَمِيٌّ مِنْ عَمَلٍ يَوْمَ النَّحْرِ أَحَبَّ إِلَى اللَّهِ مِنْ إِهْرَاقِ الدَّمِ

Dari 'Aisyah menuturkan bahwa Rasulullah SAW  bersabda, “Tidak ada suatu amalan yang dikerjakan oleh anak Adam pada hari raya Idul Adha yang lebih dicintai oleh Allah daripada menumpahkan darah (menyembelih hewan).

إِنَّهَا لَتَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِقُرُونِهَا وَأَشْعَارِهَا وَأَظْلَافِهَا

Karena hewan itu akan datang pada hari kiamat dengan tanduk-tanduknya, bulu-bulunya, dan kuku-kuku kakinya. 

وَأَنَّ الدَّمَ لَيَقَعُ مِنْ اللَّهِ بِمَكَانٍ قَبْلَ أَنْ يَقَعَ مِنْ الْأَرْضِ

Darah hewan itu akan sampai di sisi Allah sebelum menetes ke tanah.

فَطِيبُوا بِهَا نَفْسًا

Karenanya, lapangkanlah jiwamu untuk melakukannya.

(Hadits Hasan, riwayat al-Tirmidzi: 1413 dan Ibn Majah: 3117)

Di dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah ra, Rasulullah SAW bersabda:

مَنْ كَانَ لَهُ سَعَةٌ وَلَمْ يُضَحِّ فَلَا يَقْرَبَنَّ مُصَلَّانَا

"Barangsiapa memiliki keluasaan rizki namun tidak berkorban, maka janganlah ia mendekati tempat shalat kami." 

(HR Ibnu Majah: 3114)

وَمَا تُنفِقُوا مِن شَيْءٍ فَإِنَّ اللَّهَ بِهِ عَلِيمٌ

Dan apa saja yang kamu nafkahkan maka sesungguhnya Allah mengetahuinya. [Al Imran: 92]


اللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، لاَإِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ اْلحَمْدُ

Para hadirin Jamaah shalat Idul Adha yang di rahmati Allah

Dalam berkurban, marilah kita meneladani kisah Nabi Ibrahim AS serta kesabarannya, yang mana beliau diperintah oleh Allah untuk menyembelih putranya yaitu Nabi Ismail melalui sebuah mimpi, Beliau mengalami mimpi yang sama ketika tidur selama tiga hari berturut-turut, mulai tanggal 7, 8 dan 9 dzulhijjah, dan pada hari kesepuluh dzulhijjah kemudian beliau mengutarakan mimpinya tersebut kepada putranya

Sebagaimana kisah ini Allah abadikan di dalam Al-Qur'an

يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَىٰ فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانظُرْ مَاذَا تَرَىٰ

"Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!". (102)

قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ ۖ سَتَجِدُنِي إِن شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ

Ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar". (102)

فَلَمَّا أَسْلَمَا وَتَلَّهُ لِلْجَبِينِ

Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya). (103)

Dalam sebuah kisah diceritakan bahwa Nabi Ibrahim sempat menempelkan pisaunya di leher Nabi Ismail dan menggesekkannya beberapa kali, akan tetapi pisau tersebut tidak mempan, dan atas kehendak Allah ternyata pisau itu terbalik yang tajamnya diatas dan yang digesekkan adalah bagian yang tumpul, kemudian Nabi Ibrahim membalikkan pisau tersebut dan hendak menggesekkannya untuk kedua kali, Namun kemudian Allah memanggilnya

‏ وَنَادَيْنَاهُ أَن يَا إِبْرَاهِيمُ‏

Dan Kami panggillah dia: "Hai Ibrahim, (104)

قَدْ صَدَّقْتَ الرُّؤْيَا ۚ إِنَّا كَذَٰلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ

sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. (105)

إِنَّ هَٰذَا لَهُوَ الْبَلَاءُ الْمُبِين

Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. (106)

 وَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ

Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. (107)

وَتَرَكْ‏نَا عَلَيْهِ فِي الْآخِرِينَ

Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian, (108)

(QS  Ash-Shaffat: 101-108)

Itulah kisah nyata ketaatan dan kesabaran Nabi Ibrahim ketika diperintahkan oleh Allah untuk menyembelih putranya yang di abadikan di dalam Al-Qur'an, jangankan harta, bahkan putra yang sangat dicintapun rela beliau korbankan sebagai bukti bahwa Allah lebih utama dari apapun yang beliau miliki. 

Andai saja Allah tidak menggantinya dengan seekor domba tentu saja syariat ini akan terus berlangsung hingga hari kiamat, setiap bapa harus menyembelih anaknya setiap tahun.

Bersyukur kita tidak diperintahkan untuk menyembelih anak-anak kita, namun kita hanya diperintahkan untuk menyembelih hewan kurban, dan ini lebih ringan daripada menyembalih anak-anak kita yang kita cintai.

Namun kendatipun demikian, menyisihkan sebagian harta untuk berkurban itu bukanlah hal yang ringan, bukan karena tidak punya akan tetapi karena takut miskin atau takut kekurangan, Itulah sifat manusia, kita lebih suka menerima daripada memberi.

Padahal dengan kita berkurban bukan berarti Allah butuh kepada persembahan yang kita kurbankan, akan tetapi sebagai bukti ketakwaan kita kepada Allah. 

‏ لَن يَنَالَ اللَّهَ لُحُومُهَا وَلَا دِمَاؤُهَا وَلَٰكِن يَنَالُهُ التَّقْوَىٰ مِنكُمْ

Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. 

(QS Al-Hajj ayat 37) 

Sebagai penutup, satu hadits yang harus kita imani

مَا أَحْسَنَ عَبْدٌ الصَّدَقَةَ إِلَّا أَحْسَنَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ الْخِلَافَةَ عَلَى تِرْكَتِهِ   

Tidaklah seorang hamba memperbaiki sedekahnya kecuali Allah memperbaiki pengganti atas harta tinggalannya.” (HR Ibnu al-Mubarak).


بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْأَنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَةِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلْ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَاتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Khutbah Kedua Idul Adha

الله اكبر ۷× الله اكبر كبيرا والحمد لله كثيرا، وسبحان الله بكرة وأصيلا، لااله الاّالله والله اكبر، الله اكبر ولله الحمد . أَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ خَلَقَ الْإِنْسَانَ وَصَوَّرَهُ مِنَ الْعَدَمِ، وَقَدَّرَ رِزْقَهُ وَاَجَلَهُ وَعَلَيْهِ بِكَأْسِ الْمَنُوْنِ قَدْ حَكَمْ، اَشْهَدُ اَنْ لَااِلَهَ اِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ شَهَادةً تُنْجِيْ قَائِلَهَا مِنَ الْاَلَمْ، وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ شَرَفَ اللهُ بِهِ الْمُرْسَلِيْنَ وَبِهِ خَتَمْ
اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى الهِ وَاَصْحَابِهِ، صَلَاةً وَسَلَامًا دَائِمَيْنِ مُتَلَازِمَيْنِ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ
{امابعد}
اَيُّهَاالنَّاسُ اتَّقُوْااللهَ وَاعْلَمُوْا أَنَّ هَذَاالْيَوْمَ يَوْمُ النَّحْرِ فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ حُرِمَ عَلَيْنَا فِيْهِ الصِّيَامُ وَأُحِلَ لَنَا فِيْهِ الطَّعَامُ، أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمْ،؛ يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا ارْكَعُوا وَاسْجُدُوا وَاعْبُدُوا رَبَّكُمْ وَافْعَلُوا الْخَيْرَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ : (الحج : ۷۷
إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِ يَاَيُّهَاالَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
اللَّهُمَّ صَلِّوَسَلِّم وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ الهِ وَاَصْحَابِهِ اَجْمَعِيْنَ آمين يَا مُجِيْبَ السَـائِلِيْنَ
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدَيْنَا وَلِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمُسْلِمَاتِ وَالمُؤْمِنِيْنَ وَالمُؤْمِنَاتِ اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا مَا قَدَّمْنَا وَمَا أَخّرْنَا وَمَا أَسْرَرْنَا وَمَا أَعْلَنَّا وَمَا أَنْتَ أَعْلَمُ بِهِ مِنَّا أَنْتَ المُقَدِّمُ وَأَنْتَ المُؤَخِّرُ وَأَنْتَ عَلَى كُلِّ شَيٍءٍ قَدِيْرٍ
اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلَامَ وَالمُسْلِمِيْنَ، وَأَذِلَّ الشِرْكَ وَالمُشْرِكِيْنَ، وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنَ، اَللَّهُمَّ انْصُرْ مَنْ نَصَرَ دِيْنَكَ وَكِتَابِكَ وَسُنَّةَ نَبِيِّكَ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، اَللَّهُمَّ وَانْصُرْ عِبَادَكَ المُؤْمِنِيْنَ يَا ذَا الجَلَالِ وَالإِكْرَامِ
اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِيْنَنَا اَلَّذِيْ هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا، وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَا اَلَّتِي فِيْهَا مَعَاشُنَا، وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا اَلَّتِي فِيْهَا مَعَادُنَا، وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِي كُلِّ خَيْرٍ وَالمَوْتَ رَاحَةً لَنَا فِي كُلِّ شَرٍّ
رَبَّنَا آتِنَا فِيْ الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. والحمد لله رب العالمين

Adab Berziarah ke Maqam Rasulullah: Meneladani Ajaran dan Menghormati Warisan Spiritual

Berziarah ke Maqam Rasulullah SAW bukanlah sekadar kunjungan biasa, melainkan suatu bentuk ibadah dan penghormatan kepada Nabi Muhammad SAW. 

Mengawali Perjalanan dengan Niat yang Suci

Sebelum kita menginjakkan kaki di Maqam Rasulullah, penting bagi kita untuk membersihkan hati dan niat. 

Sebagaimana hadits mengingatkan, Telah menceritakan kepada kami Abu ’Ubaidah, Al-Qaadliy, dan Ibnu Makhlad, mereka semua berkata : Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al-Waliid Al-Busriy : telah menceritakan kepada kami Wakii’ : Telah menceritakan kepada kami Khaalid bin Abi Khaalid dan Abu ’Aun, dari Asy-Sya’biy dan Al-Aswad bin Maimuun, dari Haaruun bin Abi Qaza’ah, dari seorang laki-laki keluarga Haathib, dari Haathib, ia berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ’alaihi wa sallam :

مَنْ زَارَنِي بَعدَ مَوْتِي، فَكَأَنَّمَا زَارَنِي فِيْ حَيَاتِيْ، وَمَنْ مَاتَ بِأَحَدِ الْحَرَمَيْنِ بُعِثَ مِنَ الْآمِنِيْنَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ.

Barangsiapa yang menziarahiku setelah kematianku, maka seakan-akan ia menziarahiku sewaktu aku masih hidup. Dan barangsiapa yang mati di salah satu di antara dua tanah haram (Makkah dan Madinah), niscaya ia akan dibangkitkan sebagai orang-orang yang mendapat keamanan di hari kiamat”.

Niat kita seharusnya murni, penuh cinta, dan dengan tujuan mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Tidak Meninggikan Suara di Hadapan Rasulullah

Seiring dengan niat yang tulus, kita diajak untuk merenungi ayat Al-Qur'an yang menasihati kita agar tidak meninggikan suara di hadapan Nabi. 

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَرْفَعُوْٓا اَصْوَاتَكُمْ فَوْقَ صَوْتِ النَّبِيِّ وَلَا تَجْهَرُوْا لَهٗ بِالْقَوْلِ كَجَهْرِ بَعْضِكُمْ لِبَعْضٍ اَنْ تَحْبَطَ اَعْمَالُكُمْ وَاَنْتُمْ لَا تَشْعُرُوْنَ 


Wahai orang-orang yang beriman, janganlah meninggikan suaramu melebihi suara Nabi dan janganlah berkata kepadanya dengan suara keras sebagaimana kerasnya (suara) sebagian kamu terhadap yang lain. Hal itu dikhawatirkan akan membuat (pahala) segala amalmu terhapus, sedangkan kamu tidak menyadarinya.

(QS Al-Hujurat: Ayat 2)

Ayat ini adalah perintah langsung dari Allah yang mengajarkan adab kepada kita, bagaimana cara berbicara ketika berada di hadapan maqam Rasulullah, sampaikan lembut dan penuh hormat di hadapan makam Rasulullah.

Meneladani Akhlak dan Kepribadian Rasulullah

Selama berziarah, mari kita refleksikan ajaran dan kehidupan Nabi Muhammad SAW. Bagaimana beliau bersikap, berbicara, dan berinteraksi dengan orang lain. Tindakan ini bukan hanya sekadar mengenang, tetapi juga menjadi inspirasi untuk meningkatkan kualitas hidup dan berinteraksi dengan sesama.

Tips Berziarah yang Bermakna

Berdoa dengan Ikhlas: Sampaikan doa-doa dengan hati yang ikhlas dan penuh harap kepada Allah SWT.

Membaca Surat Yasin dan Al-Fatihah: Bacalah Surat Yasin dan Al-Fatihah sebagai doa untuk mendatangkan keberkahan.

Berzikir dan Berintrospeksi: Luangkan waktu untuk berzikir dan merenung, meresapi makna hidup dan kehadiran kita di dunia.

Beramal Shalih: Lakukan amal shalih sebagai bentuk syukur atas kesempatan untuk berziarah ke tempat suci ini.

Mengakhiri dengan Doa dan Harapan

Sebelum meninggalkan Maqam Rasulullah, jangan lupa untuk memanjatkan doa untuk diri sendiri, keluarga, umat, dan seluruh umat manusia. Semoga perjalanan ini memberikan keberkahan dan menjadi bekal spiritual bagi kita dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

Penutup

Adab berziarah ke Maqam Rasulullah bukan hanya tentang menempuh perjalanan fisik, tetapi lebih dari itu, merupakan perjalanan spiritual yang memperkaya jiwa dan mengokohkan iman. Semoga video ini menginspirasi kita semua untuk menjalankan ziarah dengan adab yang sesuai dengan ajaran Islam, serta menjadikan setiap langkah kita sebagai bentuk penghormatan kepada Rasulullah SAW.

Tanah Arab Kembali Hijau, Dipenuhi Tumbuhan dan Sungai-Sungai

Dan di antara tanda-tanda Kiamat adalah tanah Arab kembali hijau penuh dengan tumbuhan dan sungai. Dijelaskan dalam hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى تَعُودَ أَرْضُ الْعَرَبِ مُرُوجًا وَأَنْهَارًا.

“Tidak akan tiba hari Kiamat hingga tanah Arab kembali hijau penuh dengan tumbuhan dan sungai-sungai.”

Di dalam hadits ini terdapat dalil bahwa tanah Arab sebelumnya adalah hijau penuh dengan tumbuhan dan sungai-sungai dan akan kembali seperti semula.

Yang nampak jelas dari hadits tersebut bahwa negeri-negeri Arab yang sudah ribuan tahun dalam kondisi gersang dan tandus, akan dilimpahi dengan air yang banyak, sehingga menjadi sungai-sungai, tumbuh di atasnya berbagai macam tumbuhan sehingga menjadi padang rumput, kebun-kebun, dan hutan-hutan.

Dan sekarang semua yang dikabarkan Nabi SAW sudah terjadi.

Bukti yang nyata dari kebenaran hadits ini adalah munculnya di zaman ini sumber-sumber air yang mengalir bagaikan sungai, dan tumbuh di atasnya berbagai macam tanaman, dan akan terbukti segala hal yang dikabarkan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. 

Ketahui 8 Tempat Miqat Saat Umroh, Syarat dan Rukun serta Larangan-Larangannya

Selamat datang, para calon tamu-tamu Allah yang berbahagia! Apakah Anda sedang merencanakan untuk menjalani ibadah umroh? Jika iya, Anda berada di tempat yang tepat! Di artikel ini, kita akan menjelajahi dunia umroh. dengan lebih mengenal panduan seputar umroh, mengenal 9 tempat-tempat miqat, serta syarat dan rukun umroh yang wajib diketahui, juga larangan-larangan yang harus dihindari.

Sebagaimana Ibadah Sholat, ibadah umroh juga memiliki syarat dan rukun yang harus di penuhi, serta larangan-larangan yang harus dihindari.

Syarat adalah sesuatu yang harus dipenuhi ketika kita melakukan ibadah. Apabila syarat tersebut tidak terpenuhi, maka ibadah kita tidak sah. Sedangkan rukun adalah tata cara yang harus dilakukan dalam sebuah ibadah

 Syarat  Umroh :

1. Muslim (umroh hanya boleh dilakukan oleh umat islam).
2. Berakal (dalam keadaan sadar atau tidak gila).
3. Baligh (sudah dewasa).
4. Mampu (mampu dalam arti mampu biaya dan mampu dalam kedaan fisik atau kesehatan, terdapat kendaraan yang siap mengantar umroh dan juga keamanan dalam arti keselamatan jiwa).

Rukun Umroh:
Rukun Umroh ada 5 yaitu;
  1. Ihram di Miqat dan berniat. Miqat (bahasa Arab: ميقات) adalah batas bagi dimulainya ibadah haji atau Umroh (batas-batas yang telah ditetapkan). Apabila melintasi miqat, seseorang yang ingin mengerjakan haji perlu mengenakan kain ihram dan berniat (Niat berumroh setelah sebelumnya menggunakan pakaian ihram).
    Bacaan niat Umrah :
    لَبَّيْكَ اللَّهُمَّ عُمْرَةً
    Aku sambut panggilan-Mu ya Allah untuk berumrah.
    Atau :
    نَوَيْتُ الْعُمْرَةَ وَأَحْرَمْتُ بِهَا للهِ تَعَالىَ
    Aku niat umrah dengan berihram karena Allah ta'ala.
  2. Tawaf (Mengitari Ka'bah sebanyak 7 putaran). Anda bisa mengunjungi Do'a Tawaf putaran 1 sampai tujuh
  3. Sai (Berlarian kecil antara Shafa – Marwah sebanyak tujuh kali putaran ).
  4. Tahallul (mencukur rambut kepala atau memotong sebagian).
  5. Tertib. 
Bila seorang jama'ah meninggalkan salah satu rukun umrah, maka ibadah umrahnya tidak sah dan wajib membayar dam..

Wajib umrah yaitu ihram untuk melaksanakan umrah dari miqat (tempat dimulainya pelaksanaan niat ihram) dan tidak melakukan beberapa perbuatan yang dilarang selama berihram.


Wajib Umrah diantaranya adalah Ihram dari miqat
Tempat-tempat Miqat antara lain;

1. Zul Hulaifah atau lebih sering disebut Bir Ali sekitar 10km dari kota Madinah,

Dhul Hulaifah merupakan tempat ambil miqat yang berlokasi di barat daya Makkah, sekitar 10 km dari kota Madinah.

Tempat ini dikenal sebagai Abyar Ali dan memiliki sejarah penting karena Rasulullah SAW dan para sahabatnya berihram dari sini dalam perjalanan umrah dan haji.

2. Ji'ranah:

Ji'ranah terletak sekitar 19 km di sebelah utara Makkah.

Sejarah Ji'ranah terkait dengan peristiwa haji Wada (haji perpisahan) di mana Rasulullah SAW dan para sahabatnya berihram dari Ji'ranah.

3. Yalamlam

Yalamlam berada di arah tenggara Mekkah, dengan jarak sekitar 92 kilometer. Ini adalah lokasi miqat bagi jemaah yang berasalh dari Yaman dan mereka yang melalui rute yang sama, seperti jemaah dari India, Pakistan, China, dan Jepang. 

Jemaah haji Indonesia yang mengambil miqat saat perjalanan di pesawat biasanya dilakukan ketika pesawat mendekati Yalamlam/Qarnul Manazil. Kru pesawat akan mengumumkan jika pesawat sudah akan melintas di atas Yalamlam/Qarnul Manazil. 

Jika mengambil miqat di pesawat, maka jemaah dianjurkan segera berpakaian ihram dan melakukan niat haji/umrah di dalam hati dan melafalkannya dengan lisan.

4. Masjid Aisha (Tan'im):

Masjid Aisha terletak sekitar 5 km di sebelah tenggara Masjidil Haram.

Tempat ini juga dikenal sebagai Tan'im dan dihubungkan dengan peristiwa Umrah Qudha setelah Perjanjian Hudaibiyah, di mana Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya berihram dari sini.

5. Hudaibiyah.

Hudaibiyah terletak di luar batas Haram (kawasan suci) di Makkah. Secara tepat, Hudaibiyah berada di sebelah barat daya Makkah, yang berarti bahwa Hudaibiyah terletak di arah barat daya dari Masjidil Haram. Jarak antara Hudaibiyah dan Masjidil Haram adalah sekitar 18 kilometer.

6. Juhfah

Juhfah berlokasi sekitar 183 kilometer di arah barat laut Mekkah. Lokasi miqat ini biasanya digunakan jemaah dari Syria, Yordania, Mesir dan Lebanon.

7. Qarnul Manazil (as-Sail)

Lokasi Qarnul Manazil (as-Sail) di dekat kawasan pegunungan Taif, sekitar 94 kilometer di timur Makkah. Biasanya, titik miqat ini menjadi lokasi miqat bagi jemaah dari Dubai.

8. Zatu Irqin

Lokasi miqat ini berjarak sekitar 94 kilometer di arah timur laut Mekkah. Biasanya, digunakan sebagai lokasi miqat jemaah dari Iran dan Irak atau yang melalui rute yang sama.
9. Bandara King Abdul Aziz, Jeddah. Bandara King Abdul Aziz dijadikan lokasi miqat setelah Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengeluarkan fatwa pada 28 Maret 1980 tentang keabsahan Bandara Jeddah sebagai tempat miqat. Fatwa ini dikukuhkan kembali pada 19 September 1981
 

1. Sebelum berangakat menaiki kendaraan dari hotel, mandi terlebih dahulu kemudian mengenakan wangi-wangian.
2. Bagi pria memakai kain ihram yang sudah ditentukan, dua helai kain yang tidak dijahit mengurung, satu helai kain untuk pengganti celana, yang sehelai lagi untuk selendang (tidak boleh mengenakan pakaian lain yang ada jahitannya seperti peci, topi termasuk juga celana dalam). Bagi perempuan pakaian ihramnya biasa saja.
3. Setelah tiba di tempat miqat, lakukan shalat sunnah dua rakaat yaitu shalat sunnah Ihram, setelah selesai kemudian membaca niat umroh yang ikhlas dan tulus tanpa ada paksaan
4. Adapun lafadz niatnya adalah sebagaimana disebutkan diatas:
Bacaan niat Umrah :
لَبَّيْكَ اللَّهُمَّ عُمْرَةً
Aku sambut panggilan-Mu ya Allah untuk berumrah.
Atau :
نَوَيْتُ الْعُمْرَةَ وَأَحْرَمْتُ بِهَا للهِ تَعَالىَ
Aku niat umrah dengan berihram karena Allah ta'ala.

5. Setelah selesai niat maka berlakulah semua larangan yang tidak boleh dilakukan selama Umroh antara lain:

Larangan saat melaksanakan ihram :
  1. Tidak diperbolehkan memotong dan mencabut sebagian atau keselruhan rambut, tidak boleh memotong kuku, tidak boleh menggaruk kulit sampai terkelupas dan mengeluarkan darah.
  2. Tidak diperbolehkan mengenakan parfum dan wewangian, termasuk parfum yang terdapat pada sabun mandi.
  3. Tidak diperbolehkan membikin gaduh, seperti bertengkar.
  4. Tidak diperbolehkan bermesraan meskipun dalam ikatan yang resmi.
  5. Tidak diperbolehkan bersetubuh antar pasangan resmi.
  6. Tidak diperbolehkan berkata-kata kotor.
  7. Tidak diperbolehkan melakukan pernikahan.
  8. Tidak diperbolehkan berburu binatang atau membantu berburu binatang liar.
  9. Tidak diperbolehkan membunuh binatang liar atau pun binatang pelliharaan (kecuali mengancam jiwa), memotong atau mencabut tumbuh-tumbuhan yang masih hidup dan segala hal yang mengganggu kehidupan mahluk.
  10. Tidak diperbolehkan memakai make-up.
  11. Pria tidak diperbolehkan  : memakai penutup kepala (topi, sorban,dsb), memakai pakaian yang terdapat jahitannya dan tidak boleh memakai alas kaki yang menutup mata kaki.
  12. Wanita tidak diperbolehkan : menutup wajah dan tidak boleh menutup telapak tangan mengenakan apa pun.
Kemudian selama perjalanan menuju Makkah hendaklah membaca talbiyah.

لَـبَّـيْكَ اللَّهُمَّ لَـبَّـيْكَ، لَـبَّـيْكَ لاَ شَرْيَكَ لَكَ لَـبَّـيْكَ، إِنَّ الْحَمْدَ وَالنِّعْمَةَ لَكَ وَالْمُلْكَ لاَ شَرِيْكَ لَكَ

Aku memenuhi panggilan-Mu Ya Allah (sungguh) Aku memenuhi panggilan-Mu, (sungguh) Aku memenuhi panggilan-Mu tiada sekutu bagimu, sesungguhnya seluruh pujian kesempurnaan, dan seluruh nikmat serta kekuasaan hanya milik-Mu yang tiada sekutu bagi-Mu. 

Sahabat Nabi

Sahabat Nabi

Perawi Hadits

Perawi Hadits

Biografi Imam

Biografi Imam

Biografi Perawi Hadits

Biografi Perawi Hadits

Putra-Putri Rasulullah SAW

Putra-Putri Rasulullah SAW

Ummul Mukminin

Ummul Mukminin

Sejarah Islam

Sejarah Islam

Berita Islami

Berita Islami
© all rights reserved
made with by templateszoo