Para ulama telah menuliskan beberapa perbedaan kedua jenis khutbah yakni khutbah Jumat dan Khutbah dua Hari Raya di dalam banyak kitab fiqih. Antara lain yang kita kutip dari kitab Al-Fiqhul Islami wa Adillatuhu jilid 2 halaman 1403 karya Dr. Wahbah Az-Zuhaili.
Berikut petikannya:
1. Khutbah Jumat dilakukan sebelum shalat Jumat dilaksanakan,
sedangkan khutbah dua hari raya di lakukan setelah shalat. Dalilnya adalah
sebagai berikut:
Dari Ibnu Umar ra berkata, "Sesungguhnya nabi SAW, Abu Bakar,
Umar dan Utsman (ridhwanullahi ‘alaihim) melakukan shalat ‘Ied sebelum
berkhutbah. (HR Bukhari dan Muslim)
Bahkan jumhur ulama selain Al-Hanafiyah mengatakan bila khutbah
dilakukan terlebih dahulu dari shalatnya, maka hukumnya tidak sah. Dalam
kasus itu, disunnahkan untuk mengulangi khutbah setelah shalat.
2. Sunnah di dalam khutbah dua hari raya adalah memulai dengan takbir, sedangkan pada shalat jumat, khutbah dibuka dengan ucapan hamdalah.
Menurut jumhur ulama, pada khutbah yang pertama, disunnahkan untuk
mengucapkan takbir 9 kali berturut-turut dan pada khutbah yang kedua
sebanyak 7 kali berturut-turut.
Dalilnya adalah hadits berikut ini:
Dari Said bin Mansur bin Ubaidillah bin ‘Atabah berkata, "Imam
bertakbir 9 kali pada dua hari raya sebelum berkhutbah dan 7 kali pada
khutbah yang kedua.
Sedangkan shalat Jumat tidak didahului dengan takbir melainkan dengan mengucapkan hamdalah. Dan mengucapkan hamdalah termasuk rukun yang bila ditinggalkan, khutbah jumat menjadi tidak sah menurut Asy-Syafi’iyah dan Al-Hanabilah. Namun hamdalah hukumnya sunnah menurut Al-Hanafiyah serta mandub menurut Al-Malikiyah.
3. Di dalam khutbah dua hari raya, disunnahkan juga buat jamaah yang
hadir untuk ikut bertakbir saat khatib membuka khutbahnya dengan takbir,
meski dilakukan cukup secara perlahan (sirr).
Sedangkan di dalam khutbah jumat, haram hukumnya berbicara apapun
meksi untuk berzikir. Dan hal ini telah disepakati oleh jumhur ulama.
4. Di dalam khutbah dua hari raya, khatib tidak disunnahkan untuk
duduk begitu naik ke atas mimbar. Khatib langsung mulai khutbahnya tanpa
ada sunnah untuk duduk sebentar seperti pada khutbah jumat.
Sebagaimana kita ketahui bahwa di dalam khutbah jumat, begitu khatib
naik mimbar dan mengucapkan salam kepada jamaah, disunnahkan untuk duduk
sebentar dan muadzdzir mengumandangkan adzan.
Sedangkan khutbah dua hari raya, begitu naik mimbar, maka langsung
saja membacakan khutbah, tidak ada sunnah untuk duduk sebentar seperti
dalam khutbah Jumat.
5. Dalam menyampaikan khutbah dua hari raya, tidak ada syarat bagi
khatib untuk suci dari hadats seperti dalam khutbah Jumat, sehingga
dibolehkan menyampaikan khutbah meski tidak dalam keadaan suci.
Sehingga misalnya khatib sedang khutbah dua hari raya, lalu karena
satu dan lain hal, tiba-tiba wudhu’-nya batal, maka dia boleh meneruskan
khutbahnya.
Berbeda dengan khutbah Jumat, bila khatib batal wudhu’-nya karena
satu dan lain hal, maka dia harus berwudhu’ lagi. Karena syarat sah
khutbah Jumat adalah suci dari hadats kecil (dan besar tentunya).
Berwudhu’ atau suci dari hadats khutbah dua hari raya hukumnya sunnah, bukan wajib atau syarat sah.
6. Tidak disyaratkan bagi khatib dalam khutbah dua hari raya untuk
berdiri. Dia boleh melakukannya sambil duduk. Namun tetap disunnahkan
untuk berdiri, meski bukan rukun atau syarat.
Sedangkan dalam khutbah Jumat, khatib harus berdiri ketika menyampaikan khutbahnya, karena berdiri termasuk rukun khutbah.
7. Khutbah dua hari raya tidak disyaratkan terdiri dari dua khutbah.
Sedangkan khutbah jumat diharuskan terdiri dari dua khutbah. Namun
jumhur ulama tetap mengatakan bahwa meski tidak disyaratkan, namun
hukumnya tetap sunnah untuk menjadikan khutbah dua hari raya terdiri
dari 2 khutbah.
8. Juga tidak disyaratkan untuk duduk sejenak di antara dua khutbah.
Hukumnya bukan rukun atau kewajiban, namun hukumnya adalah sunnah untuk
duduk di antara dua khutbah seperti layaknya khutbah Jumat.
Sedangkan di dalam khutbah Jumat, duduk di antara dua khutbah diharuskan.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar
Posting Komentar