Ada sebagian yang mengatakan Bahwa kedua orang tua Rasullullah SAW adalah Ahli fatrah yang artinya hidup didalam masa kekosongan, dan tidak akan disiksa didalam neraka, sebagaimana Firman Allah didalam Al-Qur'an
مَّنِ اهْتَدَىٰ فَإِنَّمَا يَهْتَدِي لِنَفْسِهِ ۖ وَمَن ضَلَّ فَإِنَّمَا يَضِلُّ عَلَيْهَا ۚ وَلَا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِزْرَ أُخْرَىٰ ۗ وَمَا كُنَّا مُعَذِّبِينَ حَتَّىٰ نَبْعَثَ رَسُولًا
Barangsiapa yang berbuat sesuai dengan hidayah (Allah), maka sesungguhnya dia berbuat itu untuk (keselamatan) dirinya sendiri; dan barangsiapa yang sesat maka sesungguhnya dia tersesat bagi (kerugian) dirinya sendiri. Dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain, dan Kami tidak akan mengazab sebelum Kami mengutus seorang rasul.
(Al-Isra 17:15)
Ada juga pendapat lain yang mengatakan bahwa kedua orang tua Rasul adalah kafir dan akan masuk neraka, yaitu pendapat yang banyak dijadikan hujjah oleh sebagian orang Muslim jaman sekarang adalah pendapatnya Syaikh Nashiruddin Al-Albani
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا عَفَّانُ حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ عَنْ ثَابِتٍ عَنْ أَنَسٍ
أَنَّ رَجُلًا قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيْنَ أَبِي قَالَ فِي النَّارِ فَلَمَّا قَفَّى دَعَاهُ فَقَالَ إِنَّ أَبِي وَأَبَاكَ فِي النَّارِ
Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abu Syaibah telah menceritakan kepada kami Affan telah menceritakan kepada kami Hammad bin Salamah
dari Tsabit dari Anas bahwa seorang laki-laki bertanya,"Wahai Rasulullah, di manakah bapakku?"
Beliau menjawab, "Dia di dalam neraka."
Ketika laki-laki tersebut berlalu pergi, maka beliau memanggilnya seraya berkata: "Sesungguhnya bapakku dan bapakmu di dalam neraka."
(HR. Muslim: 302)
Hadits Lainnya
حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ أَيُّوبَ وَمُحَمَّدُ بْنُ عَبَّادٍ وَاللَّفْظُ لِيَحْيَى قَالَا حَدَّثَنَا مَرْوَانُ بْنُ مُعَاوِيَةَ عَنْ يَزِيدَ يَعْنِي ابْنَ كَيْسَانَ عَنْ أَبِي حَازِمٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اسْتَأْذَنْتُ رَبِّي أَنْ أَسْتَغْفِرَ لِأُمِّي فَلَمْ يَأْذَنْ لِي وَاسْتَأْذَنْتُهُ أَنْ أَزُورَ قَبْرَهَا فَأَذِنَ لِي
Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Ayyub dan Muhammad bin Abbad -lafazhnya milik Yahya- keduanya berkata, telah menceritakan kepada kami Marwan bin Mu'awiyah dari Yazid yaitu Ibnu Kaisan dari Abu Hazim dari Abu Hurairah ia berkata;
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Aku mohon izin kepada Rabb-ku untuk memohonkan ampun bagi ibuku, tetapi tidak diperkenankan. Kemudian aku meminta izin untuk menziarahi kuburnya, maka diperkenankan."
(HR. Muslim: 1621)
Hadits tersebut diatas adalah Hadits shahih yang dikeluarkan oleh Imam Muslim, seorang Imam dan Perawi Hadits yang sudah diakui keshaihannya oleh Para Ulama dan Ahli Hadits lainnya.
Namun kita juga harus menela'ah secara mendalam agar bisa menyimpulkan secara benar dari keterangan hadits tersebut (yang banyak diperselisihkan), dengan mencari keterangan lain sebagai dukungan, baik dari hadits lainnya maupun dari Al-qur'an.
Kita mencintai dan mengikuti Rasulullah SAW, dan semua ajarannya kita terima dengan sepenuhnya dan kita amalkan dengan segenap kemampuan kita.
Kita takut akan ancaman Allah bagi orang menyakiti Rasul SAW.
Ibnu Munzir dan yang lainnya telah meriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa seseorang berkata kepada Su'aibah Binti Abu Lahab: “Engkau anak dari kayu bakar api neraka’, maka berdirilah Rasulullah Shollallaahu ‘alaihi wa sallam dalam keadaan marah, kemudian berkata:
مَا بَالَ أَقْوَامٍ يُؤْذُوننِي فِي نَسَبِي وَذَوِي رَحمِي؟ أَلَا وَمَنْ آذَى نَسَبِي وَذَوِي رَحمِي فَقَدْ آذَانِي، وَمَنْ آذَانِي فَقَد آذَى اللهَ
Ancaman Allah didalam Al-Qur'an:
إِنَّ الَّذِينَ يُؤْذُونَ اللَّـهَ وَرَسُولَهُ لَعَنَهُمُ اللَّـهُ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَأَعَدَّ لَهُمْ عَذَابًا مُّهِينًا
Sesungguhnya orang-orang yang menyakiti Allah dan Rasul-Nya. Allah akan melaknatinya di dunia dan di akhirat, dan menyediakan baginya siksa yang menghinakan.
(QS.Al-Ahzab, Ayat;57)
Mengatakan "Ayah dan Bunda Rasul adalah musyrik dan akan masuk Neraka", adalah perkataan yang sangat menyakitkan bagi orang Mukmin, apalagi bagi Rasulullah SAW sebagai anaknya yang diutus sebagai Rasul dan Rahmatan Lil 'Alamin.
Dalam Al-Qur'an
وَالَّذِينَ يُؤْذُونَ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ بِغَيْرِ مَا اكْتَسَبُوا فَقَدِ احْتَمَلُوا بُهْتَانًا وَإِثْمًا مُّبِينًا
Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang yang mukmin dan mukminat tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata.
(QS.Al-Ahzab, Ayat;57)
Jika Ayahanda dan Ibunda Rasul SAW adalah orang kafir, lalu bagaimana dengan pernyataan yang diungkapkan oleh Rasulullah dalam salah satu hadits:
Beliau bersabda;
فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّهَا النَّاسُ مَنْ أَنَا قَالُوا أَنْتَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ قَالَ فَمَا سَمِعْنَاهُ قَطُّ يَنْتَمِي قَبْلَهَا أَلَا إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ خَلَقَ خَلْقَهُ فَجَعَلَنِي مِنْ خَيْرِ خَلْقِهِ ثُمَّ فَرَّقَهُمْ فِرْقَتَيْنِ فَجَعَلَنِي مِنْ خَيْرِ الْفِرْقَتَيْنِ ثُمَّ جَعَلَهُمْ قَبَائِلَ فَجَعَلَنِي مِنْ خَيْرِهِمْ قَبِيلَةً ثُمَّ جَعَلَهُمْ بُيُوتًا فَجَعَلَنِي مِنْ خَيْرِهِمْ بَيْتًا وَأَنَا خَيْرُكُمْ بَيْتًا وَخَيْرُكُمْ نَفْسًا صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
"Sesungguhnya Allah 'azza wajalla telah menciptakan makhluk-Nya, lalu Dia menjadikan aku sebaik-baik makhluk-Nya. Kemudian Dia memisahkan mereka menjadi dua kelompok, dan Dia menjadikan aku sebaik-baik orang dari kedua kelompok itu. Setelah itu Allah menjadikan mereka beberapa kabilah, dan Dia menjadikan aku sebaik-baik kabilah dari kabilah-kabilah tersebut. Kemudian Allah menjadikan untuk mereka rumah-rumah, dan Dia menjadikan untukku sebaik-baik rumah di antara rumah-rumah mereka. Maka aku adalah orang yang rumah dan jiwanya paling baik di antara kalian, shallallahu 'alaihi wasallam."Read More...
Sedangkan Rasulullah SAW adalah manusia yang paling dimuliakan dan lebih utama dari Orang-orang Mukmin, (apalagi dari orang-orang kafir)
النَّبِيُّ أَوْلَىٰ بِالْمُؤْمِنِينَ مِنْ أَنفُسِهِمْ ۖ وَأَزْوَاجُهُ أُمَّهَاتُهُمْ ۗ وَأُولُو الْأَرْحَامِ بَعْضُهُمْ أَوْلَىٰ بِبَعْضٍ فِي كِتَابِ اللَّـهِ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُهَاجِرِينَ إِلَّا أَن تَفْعَلُوا إِلَىٰ أَوْلِيَائِكُم مَّعْرُوفًا ۚ كَانَ ذَٰلِكَ فِي الْكِتَابِ مَسْطُورًا
Nabi itu (hendaknya) lebih utama bagi orang-orang mukmin dari diri mereka sendiri dan isteri-isterinya adalah ibu-ibu mereka. Dan orang-orang yang mempunyai hubungan darah satu sama lain lebih berhak (waris-mewarisi) di dalam Kitab Allah daripada orang-orang mukmim dan orang-orang Muhajirin, kecuali kalau kamu berbuat baik kepada saudara-saudaramu (seagama). Adalah yang demikian itu telah tertulis di dalam Kitab (Allah).
[QS. Al-Ahzab 33:6]
Rasulullah semestinya lebih dicintai oleh kita yang mengaku Iman Islam
لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ وَوَلَدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Tidaklah beriman seorang dari kalian hingga aku lebih dicintainya daripada orang tuanya, anaknya dan dari manusia seluruhnya".
(HR. Bukhari: 14)
Bahkan Allah dan para Malaikatnya senantiasa bershalawat kepadanya.
إِنَّ اللَّـهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya. (QS.Al-Ahzab, Ayat;56)
Qadi Abu Bakar Ibn al-Arabi pernah ditanya soal topik serupa. Tokoh bermazhab Maliki ini pun menjawab, bila soal itu direspons dengan jawaban bahwa keduanya masuk neraka maka terlaknatlah orang yang menjawab demikian.
Menganggap keduanya ahli neraka adalah bentuk melukai perasaan Rasul. “Tak ada penganiayaan lebih besar ketimbang menyebut kedua orang tua Muhammad SAW penghuni neraka,” kata Ibn al-Arabi.
Reaksi keras juga ditunjukkan oleh Khalifah Umar bin Abdul Aziz. Ketika itu, ia menginstruksikan pegawainya agar mengutamakan para pegawai yang kedua orang tuanya Muslim dan berasal dari etnis Arab.
Dengan spontan, sang pegawai menjawab instruksi tersebut dan mengatakan, “Memang masalah? Bukankah kedua orang tua Rasulullah non-Muslim?”
Sang Khalifah marah besar. Ia pun langsung memberhentikan pegawainya tersebut agar menjadi pelajaran bagai semua dan tidak sembarangan bicara.
مَّنِ اهْتَدَىٰ فَإِنَّمَا يَهْتَدِي لِنَفْسِهِ ۖ وَمَن ضَلَّ فَإِنَّمَا يَضِلُّ عَلَيْهَا ۚ وَلَا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِزْرَ أُخْرَىٰ ۗ وَمَا كُنَّا مُعَذِّبِينَ حَتَّىٰ نَبْعَثَ رَسُولًا
Barangsiapa yang berbuat sesuai dengan hidayah (Allah), maka sesungguhnya dia berbuat itu untuk (keselamatan) dirinya sendiri; dan barangsiapa yang sesat maka sesungguhnya dia tersesat bagi (kerugian) dirinya sendiri. Dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain, dan Kami tidak akan mengazab sebelum Kami mengutus seorang rasul.
(Al-Isra 17:15)
Artikel mengenai Keimanan Ayah dan Bunda Nabi pada posting ini belum selesai dan masih dalam proses pencarian.
Insya Allah...
Tidak ada komentar
Posting Komentar