Keponakan Perempuan: Hafsah binti Umar
Keponakan Laki-Laki: Abdullah bin Umar
Kisah Fatimah bint Al-Khaththab
Setiap kali kita mendengar kisah pengislaman Saidina Umar bin Khaththab
Ketika dikisahkan nama Khabbab bin Al-Arat – sahabat yang terkenal sebagai pengajar atau murabbi, namanya juga lah yang bakal menjadi sebahagian topik penceritaan.
Tatkala sirah mengenai surah Taha dilipurkan, waktu itu lah kita akan mengenang kisah Fatimah Al-Khattab. Seolah-olah ada suatu hubungan antara surah Taha yang dibacakan, dengan kisah keberanian Fatimah Al-Khattab – maka seindah itu lah kita mengenang hikayat pengislaman Umar bin Khaththab
Fatimah Al-Khattab adalah wanita yang berjiwa bersih, selamat dari sebarang jahiliyyah semasa. Dengan izin Allah s.w.t, Fatimah yang ketika itu telah memeluk Islam, telah disatukan dengan Sa’id bin Zaid – seorang sahabat yang hebat, juga bersih jiwanya. Maka perkahwinan mereka ketika itu, berhasil mewujudkan sebuah lagi rumah dakwah yang menjadi batu asas kepada pembinaan Islam dalam kalangan masyarakat Quraish.
Oleh sebab saat itu adalah saat yang agak genting bagi pengikut agama Nabi Muhammad SAW
Khabbab ibn Al-Arat, yang diriwayatkan telah menjadi pengajar kepada Fatimah dan Sa’id
Diceritakan pada suatu hari Umar keluar sambil menyandang pedangnya, lalu Bani Zahrah bertanya” Wahai Umar, hendak kemana engkau?,” maka Umar menjawab, “ Aku hendak membunuh Muhammad.” Selanjutnya orang tadi bertanya:” Bagaimana dengan perdamaian yang telah dibuat antara Bani Hasyim dengan Bani Zuhrah, sementara engkau hendak membunuh Muhammad”.
Lalu orang tadi berkata,” Tidak kau tahu bahwa adikmu dan saudara iparmu telah meninggalkan agamamu”.
Kemudian Umar Ibn Al-Khattab pergi menuju rumah adiknya dilihatnya adik
Maka Umar melompat dan menginjaknya dengan keras, lalu adiknya (Fathimah binti Khaththab) datang mendorong Umar, tetapi Umar menamparnya dengan keras sehingga muka adiknya mengeluarkan darah.
Kemudian Umar bin Khaththab
Lalu Umar berdiri dan mandi (bersuci) kemudian membaca lembaran (al-Quran) tersebut yaitu surat Thaha sampai ayat,” Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku dirikanlah Shalat untuk mengingatku.” (Qs.Thaha:14).
Setelah itu Umar berkata,” Bawalah aku menemui Muhammad.”. Mendengar perkataan Umar tersebut langsung Khabbab keluar dari sembunyianya seraya berkata:”Wahai Umar, aku merasa bahagia, aku harap do’a yang dipanjatkan Nabi pada malam kamis menjadi kenyataan, Ia (Nabi) berdo’a “Ya Allah, muliakanlah agama Islam ini dengan orang yang paling Engkau cintai diantara kedua orang ini, yaitu Umar bin al-Khaththab atau Abu Jahal ‘Amr bin Hisyam.”.
Tidak ada komentar
Posting Komentar