قال النبي ص م: إِنَّمَا بُعِثْتُ لاُتَمِّمَ مَكَارِمَ الاَخْلَاقِ
“Sesungguhnya aku diutus, (tiada lain, kecuali) supaya menyempurnakan akhlak yang mulia”.
Sejauh ini kita mengetahui kalau Rasulullah SAW memiliki Akhlaq yang sempurna dan Mulia, tapi tidak memikirkan lebih jauh seperti apa kemuliaan dan kesempurnaan Akhlaq Beliau.
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Adapun tanda-tanda kenabian yang sifatnya kauniyah, jumlahnya amat banyak. Di antaranya adalah akhlak yang ada pada diri Rasulullah dan amal ibadah beliau yang luar biasa. Sungguh, kebenaran beliau n sebagai utusan Allah Subhanahu wa Ta’ala terlihat pada keluhuran akhlak beliau yang dikenal kejujuran, kebaikan, keadilan, dan kesabarannya. Seseorang yang mempelajari sirah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam akan menjumpai bahwa beliau adalah sosok yang senantiasa menepati janji, tidak pernah sekali pun berdusta, berbuat zalim, atau berkata kotor dan berbuat nista. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam juga diketahui sebagai sosok yang tidak memerintahkan satu kebaikan pun kecuali menjadi orang yang pertama kali menjalankannya.
Beliau tidaklah melarang satu kejelekan pun kecuali menjadi orang yang pertama kali meninggalkannya. Begitu pula, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah pribadi yang diberi kemenangan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk mengalahkan musuh-musuh yang menentang ajaran yang dibawanya, namun tidak ada keangkuhan pada diri beliau. Ketinggian akhlak dan ibadah beliau menjadi tanda kenabian yang dengan jelas menunjukkan bahwa beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah utusan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Jamaah Jumat rahimakumullah,
Masih banyak lagi tanda-tanda kenabian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam. Di antaranya apa yang disaksikan oleh orang-orang Quraisy setelah mereka meminta kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tanda-tanda yang menunjukkan kebenarannya, yaitu terbelahnya bulan menjadi dua hingga mereka melihat Gua Hira ada di antara keduanya. Begitu pula, termasuk tanda-tanda kenabian adalah peristiwa Isra’ dan Mi’raj. Isra’ adalah perjalanan dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa, dan berkumpulnya para nabi di tempat tersebut lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam shalat mengimami mereka.
Mi’raj adalah naiknya beliau ke langit dan bertemu serta saling mengucapkan dan menjawab salam dengan beberapa nabi pada setiap langit, hingga mencapai tempat yang bernama Sidratil Muntaha. Di sanalah beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam diajak bicara oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala meskipun tanpa melihat- Nya, untuk mendapatkan kewajiban shalat lima waktu. Sebelumnya, diwajibkan lima puluh kali dan kemudian mendapatkan keringanan setelah beliau berbolak-balik dari Nabi Musa menuju Allah Subhanahu wa Ta’alauntuk mendapatkan keringanan tersebut. Bahkan, pada peristiwa yang terjadi dalam satu atau sebagian malam tersebut juga diperlihatkan surga dan neraka kepada Nabishallallahu ‘alaihi wa sallam. Semua ini adalah tanda-tanda kebesaran Allah Subhanahu wa Ta’ala yang menunjukkan kebenaran Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. AllahSubhanahu wa Ta’ala berfirman,
لَقَدْ رَأَىٰ مِنْ آيَاتِ رَبِّهِ الْكُبْرَىٰ
“Sesungguhnya dia (Muhammad) telah melihat sebagian tanda-tanda (kekuasaan) Rabbnya yang paling besar.”(QS. an-Najm: 18).
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Oleh karena itu, marilah kita terima dengan penuh lapang dada agama Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah disampaikan melalui utusan-Nya yang paling mulia, yaitu Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Marilah kita kedepankan wahyu yang turun kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam daripada akal kita. Marilah kita tundukkan hawa nafsu kita untuk mengikuti ajaran Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mudah-mudahan Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan taufik-Nya kepada kita semua.
Tidak ada komentar
Posting Komentar