سَبِّحِ اسْمَ رَبِّكَ الْأَعْلَى (1) الَّذِي خَلَقَ فَسَوَّى (2) وَالَّذِي قَدَّرَ فَهَدَى (3) وَالَّذِي أَخْرَجَ الْمَرْعَى (4) فَجَعَلَهُ غُثَاءً أَحْوَى (5) سَنُقْرِئُكَ فَلَا تَنْسَى (6) إِلَّا مَا شَاءَ اللَّهُ إِنَّهُ يَعْلَمُ الْجَهْرَ وَمَا يَخْفَى (7) وَنُيَسِّرُكَ لِلْيُسْرَى (8) فَذَكِّرْ إِنْ نَفَعَتِ الذِّكْرَى (9) سَيَذَّكَّرُ مَنْ يَخْشَى (10) وَيَتَجَنَّبُهَا الْأَشْقَى (11) الَّذِي يَصْلَى النَّارَ الْكُبْرَى (12) ثُمَّ لَا يَمُوتُ فِيهَا وَلَا يَحْيَى (13)
Sucikanlah nama Tuhanmu Yang Mahatinggi, yang menciptakan, dan yang menyempurnakan (penciptaan-Nya), dan yang menentukan kadar (masing-masing) dan memberi petunjuk, dan yang menumbuhkan rumput-rumputan, lain dijadikan-Nya rumput-rumput itu kering kehitam-hitaman. Kami akan membacakan (Al-Qur'an) kepadamu (Muhammad), maka kamu tidak akan lupa, kecuali kalau Allah menghendaki. Sesungguhnya Dia mengetahui yang terang dan yang tersembunyi. Dan Kami akan memberi kamu taufik kepada jalan yang mudah, oleh sebab itu berikanlah peringatan karena peringatan itu bermanfaat, orang yang takut (kepada Allah) akan mendapat pelajaran, orang-orang yang celaka (kafir) akan menjauhinya. (Yaitu) orang yang akan memasuki api yang besar (neraka). Kemudian dia tidak mati di dalamnya dan tidak (pula) hidup.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا أَبُو عَبْدِ الرَّحْمَنِ، حَدَّثَنَا مُوسَى-يَعْنِي ابْنَ أَيُّوبَ الْغَافِقِيَّ-حَدَّثَنَا عَمِّي إِيَاسُ بْنُ عَامِرٍ، سَمِعْتُ عُقْبَةَ بْنَ عَامِرٍ الْجُهَنِيَّ لَمَّا نَزَلَتْ: {فَسَبِّحْ بِاسْمِ رَبِّكَ الْعَظِيمِ} [الْوَاقِعَةِ:74، 96] قَالَ لَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "اجْعَلُوهَا فِي رُكُوعِكُمْ". فَلَمَّا نَزَلَتْ: {سَبِّحِ اسْمَ رَبِّكَ الأعْلَى} قَالَ: "اجْعَلُوهَا فِي سُجُودِكُمْ"
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Abdur Rahman, telah menceritakan kepada kami Musa ibnu Ayyub Al-Gafiqi, telah menceritakan kepada kami pamanku Iyas ibnu Amir; ia pernah mendengar Uqbah ibnu Amir Al-Juhani mengatakan bahwa ketika ayat ini diturunkan, yaitu firman-Nya: Maka bertasbihlah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Mahabesar. (Al-Haqqah: 52; Al-Waqiah 74, 96) Maka Rasulullah Saw. bersabda kepada kami: Jadikanlah bacaan ayat ini dalam rukuk kalian! Dan ketika turun firman-Nya: Sucikanlah nama Tuhanmu Yang Mahatinggi. (Al-A'la: 1) Maka beliau Saw. bersabda kepada kami: Jadikanlah bacaan ayat ini dalam sujud kalian!
Imam Abu Daud dan Imam Ibnu Majah meriwayatkannya melalui hadis Ibnul Mubarak, dari Musa ibnu Ayyub dengan sanad yang sama.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا وَكِيع، حَدَّثَنَا إِسْرَائِيلُ، عَنْ أَبِي إِسْحَاقَ، عَنْ مُسْلِمٍ البَطين، عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ: أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى الله عليه وسلم كَانَ إِذَا قَرَأَ: {سَبِّحِ اسْمَ رَبِّكَ الأعْلَى} قَالَ: "سُبْحَانَ رَبِّي الْأَعْلَى".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Waki', telah menceritakan kepada kami Israil, dari Abu Ishaq, dari Muslim Al-Batin, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas, bahwa Rasulullah Saw. apabila membaca firman-Nya: Sucikanlah nama Tuhanmu Yang Mahatinggi. (Al-A'la: 1) Maka beliau Saw. mengucapkan: Mahasuci Tuhanku Yang Mahatinggi.
Demikianlah menurut riwayat Imam Ahmad, dan Imam Abu Daud meriwayatkannya dari Zuhair ibnu Harb, dari Waki' dengan sanad yang sama. Abu Daud mengatakan bahwa nama Waki' masih diperselisihkan, karena dalam riwayat lain disebutkan Abu Waki' dan Syu'bah, dari Abu Ishaq, dari Sa'id, dari Ibnu Abbas secara mauquf.
As-Sauri telah meriwayatkan dari As-Saddi, dari Abdu Khair yang mengatakan bahwa aku pernah mendengar Ali membaca firman-Nya: Sucikanlah nama Tuhanmu Yang Mahatinggi. (Al-A'la: 1) Lalu ia mengucapkan, "Mahasuci Tuhanku Yang Mahatinggi."
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Humaid, telah menceritakan kepada kami Hakam, dari Anbasah, dari Abu Ishaq Al-Hamdani, bahwa Ibnu Abbas apabila membaca firman-Nya: Sucikanlah nama Tuhanmu Yang Mahatinggi. (Al-A'la: 1) Maka ia mengucapkan, "Mahasuci Tuhanku Yang Mahatinggi." Dan apabila membaca firman-Nya: Aku bersumpah dengan hari kiamat. (Al-Qiyamah: 1) dan bacaannya sampai pada ayat terakhirnya, yaitu firman Allah Swt: Bukankah (Allah yang berbuat) demikian berkuasa (pula) menghidupkan orang mati? (Al-Qiyamah: 40) Maka ia mengucapkan, "Mahasuci Engkau, dan tidaklah demikian (sebenarnya Engkau berkuasa untuk itu)."
Qatadah mengatakan sehubungan dengan firman-Nya: Sucikanlah nama Tuhanmu Yang Mahatinggi. (Al-A'la: 1) Diceritakan kepada kami bahwa Nabi Saw. apabila membaca ayat ini, maka beliau mengucapkan, "Mahasuci Tuhanku Yang Mahatinggi."
Firman Allah Swt.:
{الَّذِي خَلَقَ فَسَوَّى}
yang menciptakan dan menyempurnakan(ciptaan-Nya). (Al-A'la: 2)
Yakni Dia telah menciptakan makhluk dan menyempurnakan setiap makhluk-Nya dalam bentuk yang paling baik.
Firman Allah Swt.:
{وَالَّذِي قَدَّرَ فَهَدَى}
dan yang menentukan kadar (masing-masing) dan memberi petunjuk. (Al-A'la: 3)
Mujahid mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah yang memberi petunjuk kepada manusia untuk celaka dan untuk bahagia, dan memberi petunjuk kepada hewan ternak untuk memakan makanannya di padang-padang tempat penggembalaannya. Ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam kisah Musa a.s. yang berkata kepada Fir'aun:
رَبُّنَا الَّذِي أَعْطى كُلَّ شَيْءٍ خَلْقَهُ ثُمَّ هَدى
Tuhan kami ialah (Tuhan) yang telah memberikan kepada tiap-tiap sesuatu bentuk kejadiannya, kemudian memberinya petunjuk. (Thaha: 50)
Allah Swt. telah menentukan kadar bagi makhluk-Nya dan memberi mereka petunjuk kepada takdirnya. Sebagaimana pula yang disebutkan di dalam kitab Sahih Muslim dari Abdullah ibnu Amr, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
"إِنَّ اللَّهَ قَدَّر مَقَادِيرَ الْخَلَائِقِ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ بِخَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ، وَكَانَ عَرْشُهُ عَلَى الْمَاءِ"
Sesungguhnya Allah telah menentukan kadar-kadar bagi semua makhluk-Nya sebelum Dia menciptakan langit dan bumi dalam jangka waktu lima puluh ribu tahun, dan adalah 'Arasy-Nya masih berada di atas air.
Firman Allah Swt.:
{وَالَّذِي أَخْرَجَ الْمَرْعَى}
dan yang menumbuhkan rumput-rumputan. (Al-A'la: 4)
Yakni semua jenis tumbuh-tumbuhan dan tanam-tanaman.
{فَجَعَلَهُ غُثَاءً أَحْوَى}
lalu dijadikan-Nya rumput-rumput itu kering kehitam-hitaman. (Al-A'la: 5)
Menurut Ibnu Abbas, artinya kering dan berubah warnanya; dan hal yang semisal telah diriwayatkan dari Mujahid, Qatadah, dan Ibnu Zaid.
Ibnu Jarir mengatakan bahwa sebagian orang yang ahli dalam bahasa Arab (ulama Nahwu) mengatakan bahwa dalam kalimat ini terkandung taqdim dan takhir dan bahwa makna yang dimaksudnya ialah bahwa Tuhan Yang telah menumbuhkan rumput-rumputan, kemudian tampak hijau segar, lalu berubah menjadi layu berwarna kehitam-hitaman, sesudah itu menjadi kering kerontang. Kemudian Ibnu Jarir memberi komentar, bahwa sekalipun pendapat ini termasuk salah satu dari takwil makna ayat, tetapi tidak benar mengingat pendapat ini bertentangan dengan pendapat-pendapat ulama ahli takwil.
Firman Allah Swt.:
{سَنُقْرِئُكَ فَلا تَنْسَى}
Kami akan membacakan (Al-Qur'an) kepadamu (Muhammad), maka kamu tidak akan lupa. (Al-A'la: 6)
Hal ini merupakan berita dari Allah Swt. dan janji-Nya kepada Nabi Muhammad Saw. bahwa Dia akan membacakannya kepadanya dengan bacaan yang selamanya dia tidak akan melupakannya.
{إِلا مَا شَاءَ اللَّهُ}
kecuali kalau Allah menghendaki. (Al-A'la: 7)
Demikianlah menurut pendapat yang dipilih oleh Ibnu Jarir. Qatadah mengatakan bahwa adalah Rasulullah Saw. tidak pernah melupakan sesuatu kecuali apa yang dikehendaki oleh Allah.
Menurut pendapat lain, yang dimaksud dengan firman:Nya: maka kamu tidak akan lupa. (Al-A'la: 6) Ini mengandung makna talab; dan mereka menjadikan makna istisna berdasarkan pengertian ini ialah apa yang dijadikan subjek oleh nasakh. Dengan kata lain, dapat disebutkan bahwa kamu tidak akan melupakan apa yang telah Kubacakan kepadamu kecuali apa yang dikehendaki oleh Allah untuk dilupakan, maka janganlah kamu membiarkannya.
Firman Allah Swt.:
{إِنَّهُ يَعْلَمُ الْجَهْرَ وَمَا يَخْفَى}
Sesungguhnya Dia mengetahui yang terang dan yang tersembunyi. (Al-A'la: 7)
Allah mengetahui apa yang dilakukan oleh hamba-hamba-Nya secara terang-terangan dan juga apa yang mereka sembunyikan dari ucapan dan perbuatan mereka. Tiada sesuatu pun yang tersembunyi bagi-Nya.
Firman Allah Swt:
{وَنُيَسِّرُكَ لِلْيُسْرَى}
Dan Kami akan memberi kamu taufik kepada jalan yang mudah. (Al-A'la: 8)
Artinya, Kami akan memudahkan kamu untuk mengerjakan perbuatan dan ucapan yang baik, dan Kami akan mensyariatkan kepadamu suatu hukum yang mudah, penuh toleransi, lurus, lagi adil, tidak ada kebengkokan padanya dan tidak ada beban dan tidak pula kesulitan.
Firman Allah Swt.:
{فَذَكِّرْ إِنْ نَفَعَتِ الذِّكْرَى}
oleh sebab itu berikanlah peringatan karena peringatan itu bermanfaat. (Al-A'la: 9)
Yakni berikanlah peringatan bilamana peringatan itu bermanfaat. Maka dari sini disimpulkan etika dalam menyebarkan ilmu, yaitu hendaknya tidak diberikan bukan kepada ahlinya (tidak berminat kepadanya), sebagaimana yang dikatakan oleh Amirul Mu’minin Ali r.a., "Tidak sekali-kali engkau menceritakan suatu hadis kepada suatu kaum yang akal mereka masih belum dapat mencernanya, melainkan hal itu akan menjadi fitnah bagi kalangan sebagian dari mereka." Ali r.a. telah berkata pula, "Berbicaralah kepada orang-orang lain sesuai dengan jangkauan pengetahuan mereka, maukah kamu bila Allah dan Rasul-Nya didustakan."
Firman Allah Swt.:
{سَيَذَّكَّرُ مَنْ يَخْشَى}
orang yang takut (kepada Allah) akan mendapat pelajaran. (Al-A'la: 10)
Yaitu yang mau menerima sebagai pelajaran dari apa yang engkau sampaikan, hai Muhammad, adalah orang yang hatinya takut kepada Allah dan meyakini bahwa dia pasti akan menghadap dan berdua dengan-Nya.
{وَيَتَجَنَّبُهَا الأشْقَى الَّذِي يَصْلَى النَّارَ الْكُبْرَى ثُمَّ لَا يَمُوتُ فِيهَا وَلا يَحْيَا}
orang-orang yang celaka (kafir) akan menjauhinya. (Yaitu) orang yang akan memasuki api yang besar (neraka). Kemudian dia tidak mati di dalamnya dan tidak (pula) hidup. (Al-A'la: 11-13)
Yakni tidak dapat mati sehingga ia terhenti dari siksaannya, dan tidak pula hidup dengan kehidupan yang memberi manfaat baginya. Bahkan kehidupannya itu merupakan penderitaan dan mudarat baginya, karena dengan kehidupannya yang kekal ia selalu menderita pedihnya siksaan dan berbagai macam pembalasan yang ditimpakan kepadanya secara abadi dan kekal.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي عَدِيٍّ، عَنْ سُلَيْمَانَ-يَعْنِي التَّيْمِيُّ-عَنْ أَبِي نَضْرَةَ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أَمَّا أَهْلُ النَّارِ الَّذِينَ هُمْ أَهْلُهَا لَا يَمُوتُونَ وَلَا يَحْيَوْنَ، وَأَمَّا أُنَاسٌ يُرِيدُ اللَّهُ بِهِمُ الرَّحْمَةَ فَيُمِيتُهُمْ فِي النَّارِ فَيَدْخُلُ عَلَيْهِمُ الشُّفَعَاءُ فَيَأْخُذُ الرَّجُلُ أَنْصَارَهُ فَيُنْبِتَهُمْ-أَوْ قَالَ: يَنْبُتُونَ-فِي نَهَرِ الْحَيَاءِ-أَوْ قَالَ: الْحَيَاةِ-أَوْ قَالَ: الْحَيَوَانِ-أَوْ قَالَ: نَهَرِ الْجَنَّةِ فَيَنْبُتُونَ-نَبَاتَ الحبَّة فِي حَمِيلِ السَّيْلِ". قَالَ: وَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أَمَا تَرَوْنَ الشَّجَرَةَ تَكُونُ خَضْرَاءَ، ثُمَّ تَكُونُ صَفْرَاءَ أَوْ قَالَ: تَكُونُ صَفْرَاءَ ثُمَّ تَكُونُ خَضْرَاءَ؟ ". قَالَ: فَقَالَ بَعْضُهُمْ: كَأَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ بِالْبَادِيَةِ
Imam Ahmad mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu 'Adiy dari Sulaiman yakni At-Tamimi dari Abu Nadrah dari Abu Sa'id yang telah mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Adapun ahli neraka yang menjadi penghuni tetapnya, maka mereka tidak mati dan tidak (pula) hidup. Dan orang-orang yang dikehendaki oleh Allah mendapatkan rahmat (Nya) maka Allah mematikan mereka di dalam neraka, dan orang-orang yang telah diberi izin untuk memberi syafaat masuk menemui mereka, kemudian seseorang dari para pemberi syafaat itu mengambil segolongan besar manusia lalu dia menumbuhkan mereka dengan memasukkan mereka ke dalam sungai kehidupan, atau ke dalam sungai yang ada di dalam surga, hingga mereka tumbuh (hidup) kembali sebagaimana biji-bijian yang dibawa oleh banjir tumbuh (di tepian sungai). Dan perawi melanjutkan bahwa Rasulullah Saw. bersabda pula: Pernahkah kalian melihat proses tumbuhnya pohon, pada awal mulanya hijau, kemudian menguning, kemudian hijau kembali? Perawi melanjutkan, bahwa sebagian di antara mereka mengatakan bahwa Nabi Saw. menceritakan demikian seakan-akan beliau Saw. pernah berada di daerah pedalaman.
قَالَ أَحْمَدُ أَيْضًا: حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ، حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ يَزِيدَ، عَنْ أَبِي نَضْرَةَ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أَمَّا أَهْلُ النَّارِ الَّذِينَ هُمْ أَهْلُهَا، فَإِنَّهُمْ لَا يَمُوتُونَ فِيهَا وَلَا يَحْيَوْنَ، وَلَكِنْ أُنَاسٌ-أَوْ كَمَا قَالَ-تُصِيبُهُمُ النَّارُ بِذُنُوبِهِمْ-أَوْ قَالَ: بِخَطَايَاهُمْ-فَيُمِيتُهُمْ إِمَاتَةً، حَتَّى إِذَا صَارُوا فَحْمًا أُذِنَ فِي الشَّفَاعَةِ، فَجِيءَ بِهِمْ ضَبَائِرَ ضَبَائِرَ، فَنَبَتُوا عَلَى أَنْهَارِ الْجَنَّةِ، فَيُقَالُ: يَا أَهْلَ الْجَنَّةِ، اقْبِضُوا عَلَيْهِمْ. فَيَنْبُتُونَ نَبَاتَ الْحَبَّةِ تَكُونُ فِي حَمِيلِ السَّيْلِ". قَالَ: فَقَالَ رَجُلٌ مِنَ الْقَوْمِ حِينَئِذٍ: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ بِالْبَادِيَةِ.
Imam Ahmad mengatakan pula bahwa telah menceritakan kepada kami Sa'id ibnu Yazid dari Abu Nadrah dari Abu Sa'id Al-Khudri r.a. yang telah mengatakan, bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda: Adapun ahli neraka yang menjadi penghuni tetapnya maka sesungguhnya mereka tidak mati di dalamnya dan tidak pula hidup. Berbeda halnya dengan orang-orang yang dikenai oleh api neraka karena dosa-dosa atau karena kesalahan-kesalahan mereka; maka Allah mematikan mereka dengan sebenarnya, hingga manakala mereka telah berubah menjadi arang, diberilah izin untuk mendapatkan syafaat. Kemudian didatangkanlah mereka serombongan demi serombongan, lain dimasukkanlah mereka ke dalam sungai-sungai yang ada di dalam surga. Kemudian dikatakan, "Hai ahli surga, sambutlah mereka!", maka mereka tumbuh (hidup) kembali sebagaimana biji-bijian yang dibawa oleh arus banjir tumbuh. Perawi melanjutkan bahwa seorang lelaki dari kalangan kaum yang hadir saat itu mengatakan, bahwa seakan-akan Rasulullah Saw. pernah tinggal di daerah pedalaman.
Imam Muslim meriwayatkan hadis ini melalui hadis Bisyr ibnul Mufaddal dan Syu'bah, yang keduanya dari Abu Salamah alias Sa'id ibnu Yazid dengan teks yang semisal.
رَوَاهُ أَحْمَدُ أَيْضًا عَنْ يَزِيدَ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ إِيَاسٍ الْجُرَيْرِيُّ، عَنْ أَبِي نَضْرَةَ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "إِنَّ أَهْلَ النَّارِ الَّذِينَ لَا يُرِيدُ اللَّهُ إِخْرَاجَهُمْ لَا يَمُوتُونَ فِيهَا وَلَا يَحْيَوْنَ، وَإِنَّ أَهْلَ النَّارِ الَّذِينَ يُرِيدُ اللَّهُ إِخْرَاجَهُمْ يُمِيتُهُمْ فِيهَا إِمَاتَةً، حَتَّى يَصِيرُوا فَحْمًا، ثُمَّ يَخْرُجُونَ ضَبَائِرَ فَيُلْقَوْنَ عَلَى أَنْهَارِ الْجَنَّةِ، أَوْ: يُرَشُّ عَلَيْهِمْ مِنْ أَنْهَارِ الْجَنَّةِ فَيَنْبُتُونَ كَمَا تَنْبُتُ الحبَّة فِي حَمِيلِ السَّيْلِ"
Imam Ahmad telah meriwayatkan pula melalui Yazid dari Sa'id ibnu Iyas Al-Jariri dari AbuNadrah dari Abu Sa'id dari Nabi Saw. yang telah bersabda: Sesungguhnya ahli neraka yang tidak akan dikeluarkan oleh Allah, mereka tidak mati di dalamnya dan tidak pula hidup. Dan sesungguhnya ahli neraka yang dikehendaki oleh Allah untuk dikeluarkan, maka Allah mematikan mereka dengan sebenarnya hingga tubuh mereka hangus menjadi arang. Kemudian dikeluarkanlah mereka (dari neraka) rombongan demi rombongan, lalu dilemparkan ke dalam sungai surga dan mereka disirami dengan air dari sungai surga, maka mereka tumbuh (hidup) kembali bagaikan biji-bijian yang dibawa arus banjir tumbuh.
Dan sesungguhnya Allah Swt. telah memberitakan perihal ahli neraka melalui firman-Nya:
وَنادَوْا يَا مالِكُ لِيَقْضِ عَلَيْنا رَبُّكَ قالَ إِنَّكُمْ ماكِثُونَ
Mereka berseru, "Hai Malik, biarlah Tuhanmu membunuh kami saja." Dia menjawab, "Kamu akan tetap tinggal (di neraka ini).” Az-Zukhruf: 77)
Dan firman Allah Swt.:
لَا يُقْضى عَلَيْهِمْ فَيَمُوتُوا وَلا يُخَفَّفُ عَنْهُمْ مِنْ عَذابِها
Mereka tidak dibinasakan sehingga mereka mati dan tidak (pula) diringankan dari mereka azabnya. (Fathir: 36)
Dan masih ada lagi ayat-ayat lain yang semakna dengan ini.