بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
KHUTBAH KAHIJI
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِيْ أَحْرَمَ رَجَبَ بِإِسْرَاءِ الرَّسُوْلِ مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ اِلَى الْمَسْجِدِ اْلأقْصَى وَالَّذِيْ يَأْمُرُنَا بِالتَّقْوَى مْدَّةَ أُمُوْرِنَا ، نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ فِيْ كُلِّ أَهْوَالِنَا
أشْهَدْ أنْ لاَ إلَهَ إلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى أشْرَفِ عِبَادِهِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ اَلِهِ وَصَحْبِهِ وَعِتْرَتِهِ
أمَّا بَعْدُ
فَيَا أيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ بِتَقْوَى اللهِ وَالسَّمْعَ وَالطَّاعَةِ
قَالَ اللهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى
إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِندَ اللَّـهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّـهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ۚ ذَٰلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ ۚ فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنفُسَكُمْ ۚ وَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِينَ كَافَّةً كَمَا يُقَاتِلُونَكُمْ كَافَّةً ۚ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّـهَ مَعَ الْمُتَّقِين
وَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
ألاَ إنَّ الزَمَانَ قَدْ اسْتَدَارَ كَهَيْئَتِهِ يَوْم خَلَقَ اللهُ السَّمَوَاتَ وَالْأرْضَ السَّنَةَ اثْنَا عَشَرَ شَهْراً مِنْهَا أرْبَعَةُ حَرَمٌ ثَلَاثَةٌ مُتَوَالِيَاتٌ ذُو القَعْدَةِ وَذُو الْحِجَّةِ وَالْمُحَرَّمُ وَرَجَبُ مُضَرُّ بَيْنَ جُمَادِى وَشَعْبَانَ. مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
Segala puji milik Allah rabbal'alamin, yang memuliakan bulan Rajab dengan memperjalankan Rasul-Nya dari Masjid Al-Haram ke Masjid Al-Aqsha dan memerintahkan kepada kita agar selamanya menjaga ketaqwaan
shalawat serta salam Semoga senantiasa dilimpahkan curahkan kepada junjungan kita Habibana wanabiyana wasyafi'ina wa Maulana Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam.
juga kepada keluarganya kepada para sahabatnya serta kepada seluruh pengikutnya hingga akhir zaman.
Pada kesempatan jumat kali ini saya selaku khotib tidak bosan-bosan menyampaikan wasiat Taqwa khususnya untuk diri pribadi dan umumnya kepada semua yang hadir pada kesempatan jumat ini, marilah sama-sama kita tingkatkan ketaqwaan kepada Allah Subhanahu wa ta'ala dengan cara mentaati semua yang diperintahkan Allah serta menjauhi semua larangan-Nya agar kita semua mendapatkan keberuntungan
Amin ya robbal alamin...
Para hadirin sidang Jumat rahimakumullah
Jumat ini kita berada di bulan Rajab, salah satu bulan dari 4 bulan yang di muliakan oleh Allah dalam setahun.
Sebagaimana firman Allah di dalam Al-Qur'an:
Ayat ini juga di perjelas oleh Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam di dalam salah satu hadits yang berbunyi:
”Sesungguhnya zaman berputar sebagaimana bentuknya semula di waktu Allah menciptakan langit dan bumi. Dalam setahun terdapat dua belas bulan yang di antaranya terdapat empat bulan yang dihormati, tiga bulan diantaranya berturut-turut Dzulqaidah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab Mudhar, yang terdapat diantara bulan Jumadil Tsani Tsaniah dan Sya’ban.”
(HR. Bukhari sareng Muslim)
Itulah dalil dimuliakannya bulan rajab sebagaimana di sebutkan di dalam AL-Qur'an dan Hadits
Salah satu kemuliaan dan keutamaan bulan Rajab adalah karena pada bulan ini Allah telah mengisro'kan dan memi'rajkan Rasul-Nya Muhammad Shallallahu alaihi wasallam, yakni memperjalannkannya pada suatu malam dari Masjid Al-Haram ke Masjid Al-Aqsha, kemudian mengangkatnya ke langit ketujuh, hingga ke Sidratul Muntaha dan bertemu langsung dengan Allah SWT dan pada saat itu turunlah perintah Shalat yang di sampaikan secara langsung oleh Allah tanpa melalui perantaraan Malaikat Jibril.
Ini adalah suatu Mukjizat besar yang diberikan Allah kepada Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam.
Peristiwa itu terjadi di tahun ke 10 Kenabian menurut sebagian besar riwayat.
إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِندَ اللَّـهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّـهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ۚ ذَٰلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ
Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus (QS. At-Tawbah: 36)Ayat ini juga di perjelas oleh Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam di dalam salah satu hadits yang berbunyi:
ألاَ إنَّ الزَمَانَ قَدْ اسْتَدَارَ كَهَيْئَتِهِ يَوْم خَلَقَ اللهُ السَّمَوَاتَ وَالْأرْضَ السَّنَةَ اثْنَا عَشَرَ شَهْراً مِنْهَا أرْبَعَةُ حَرَمٌ ثَلَاثَةٌ مُتَوَالِيَاتٌ ذُو القَعْدَةِ وَذُو الْحِجَّةِ وَالْمُحَرَّمُ وَرَجَبُ مُضَرُّ بَيْنَ جُمَادِى وَشَعْبَانَ. مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
”Sesungguhnya zaman berputar sebagaimana bentuknya semula di waktu Allah menciptakan langit dan bumi. Dalam setahun terdapat dua belas bulan yang di antaranya terdapat empat bulan yang dihormati, tiga bulan diantaranya berturut-turut Dzulqaidah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab Mudhar, yang terdapat diantara bulan Jumadil Tsani Tsaniah dan Sya’ban.”
(HR. Bukhari sareng Muslim)
Itulah dalil dimuliakannya bulan rajab sebagaimana di sebutkan di dalam AL-Qur'an dan Hadits
Salah satu kemuliaan dan keutamaan bulan Rajab adalah karena pada bulan ini Allah telah mengisro'kan dan memi'rajkan Rasul-Nya Muhammad Shallallahu alaihi wasallam, yakni memperjalannkannya pada suatu malam dari Masjid Al-Haram ke Masjid Al-Aqsha, kemudian mengangkatnya ke langit ketujuh, hingga ke Sidratul Muntaha dan bertemu langsung dengan Allah SWT dan pada saat itu turunlah perintah Shalat yang di sampaikan secara langsung oleh Allah tanpa melalui perantaraan Malaikat Jibril.
Ini adalah suatu Mukjizat besar yang diberikan Allah kepada Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam.
Peristiwa itu terjadi di tahun ke 10 Kenabian menurut sebagian besar riwayat.
Dan pada tahun itu pula di kenal dengan sebutan 'Amul Husni yaitu tahun duka, tahun kesedihan Tahun itu adalah tahun terberat dalam perjuangan Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam, Beliau ditimpa berbagai guncangan musibah yang bertubi-tubi
Mulai dari pemboikotan yang di lancarkan oleh kaum kafir Quraisy terhadap kaum Muslimin dan semua pengikut Nabi shallallahu alaihi wasallam terutama dari bani Hasyim dan bani Muthallib yaitu keluarga ayah dan bunda Nabi shallallahu alaihi wasallam di perkampungan Abu Thalib.
Pemboikotan yang berlangsung selama 3 tahun, hingga para pengikut Nabi kehabisan bahan makanan dan air, ternak menjadi kurus dan mati, anak-anak dan kaum ibu merintih kelaparan setiap hari. Mereka hanya memakan dedaunan dan kulit binatang.
Sungguh tahun-tahun yang penuh keprihatinan dan penderitaan,
Pemboikotan di lakukan karena kaum kafir Quraisy khawatir terhadap semakin banyaknya penduduk Mekkah yang berpindah keyakinan kepada Islam, hingga pada suatu hari Allah menurunkan pertolongannya melalui perantaraan rayap yang merusak Piagam pemboikotan yang digantung di tembok Ka’bah,
Itulah ujian berat yang di rasakan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam pada tahun itu.
Tak selang berapa lama kemudian, Allahpun kembali menguji kesabaran hati Rasul-Nya dengan mengambil nyawa istrinya yang begitu dicintainya yakni sayyidah khadijah ra.
Khadijah adalah seorang istri yang memiliki akhlak yang sangat mulia, seorang istri yang shalehah dan penuh cinta, seorang istri yang penuh hormat terhadap suami, senantiasa taat dan patuh pada suami, seorang istri yang senantiasa membantu perjuangan suami.
Kemuliaan akhlak Khadijah tak dapat ditandingi wanita lain di dunia ini, sehingga ia termasuk salah satu dari empat wanita yang paling mulia sepanjang masa.
Sebagaimana di sebutkan di dalam salah satu Hadits yang bersumber dari Anas, Rasul Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,
"Cukuplah bagimu (yang termasuk) dari wanita(terbaik) di dunia (yaitu) Maryam binti Imran, dan Khadijah binti Khuwailid, dan Fathimah binti Muhammad, dan Asiyah Istri Fir`aun”(Hr. Tirmidzi)
Itulah 4 wanita termulia di dunia sepanjang masa yang di sebutkan Nabi Shalallahu alaihi wasallam
Atas kemuliaan akhlak Sayyidah Khadijah, hingga Allah menjamin surga baginya serta mengirimkan salam melalui lisan Rasulullah, sebagaimana disebutkan di dalam salah satu Hadits:
Dari Abu Hurairah ra., ia berkata:
Jibril datang kepada Nabi saw. dan berkata: Wahai Rasulullah, ini Khadijah sedang mendatangimu dengan membawa bejana berisi lauk pauk atau makanan atau minuman. Apabila ia datang kepadamu, sampaikanlah salam kepadanya dari Tuhannya Yang Maha Mulia lagi Maha Agung dan juga dariku dan kabarkanlah berita gembira kepadanya mengenai sebuah rumah di surga yang terbuat dari mutiara di dalamnya tidak ada keributan dan kesusahan.
(Shahih Muslim No.4460)
Memiliki istri semulia Khadijah adalah salah satu anugerah yang paling agung dalam kehidupan Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam, beliau mendampingi Nabi selama seperempat abad tanpa ada mengeluh sedikitpun.
Menenangkan keresahan dan kegelisahan Nabi di saat tertindas, membela perjuangan Nabi di tengah-tengah intimidasi kaum Quraisy, sabar mendampingi Nabi di kala jihad yang berat, Beliau korbankan harta dan jiwanya untuk membantu Nabi dalam berdakwah.
Maka Ketika Khadijah wafat Rasulullah pun merasa sangat sedih dan terpukul dengan kepergiannya. Tak ada wanita pengganti yang lebih baik daripada Khadijah
Hingga Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Allah tidak memberiku pengganti yang lebih baik daripada Khadijah. Ia telah beriman kepadaku saat orang lain kufur, ia memercayaiku ketika yang lain mendustakanku. Ia memberikan hartanya padaku ketika orang lain pada pelit. Dan Allah juga menganugerahiku anak-anak melalui rahimnya, sementara istri-istriku yang lain tidak memberiku anak,"
Hadits riwayat Bukhari, Ahmad, dan Thabrani.
Wafatnya sang istri yaitu Sayyidah Khadijah menggoreskan luka yang sangat mendalam ke dalam kehidupan Nabi, terlebih lagi beberapa bulan sebelumnya, Nabi baru saja di tinggal wafat oleh seorang paman yang di cintainya yaitu Abu Thalib.
Abu Thalib adalah seorang paman yang begitu menyayangi Nabi melebihi sayangnya terhadap anaknya sendiri, Abu Thaliblah yang menanggung kehidupan Nabi sejak kecil, semenjak kakeknya meninggal yaitu Abdul Muthalib, ketika Nabi berusia 8 tahun. dan sejak saat itu Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam di asuh oleh sang paman hingga dewasa.
Abu Thalib adalah salah seorang tokoh yang di segani dan di takuti oleh kaum Quraisy, Abu Thaliblah yang selalu membela Nabi dan membentengi Nabi dari gangguan kafir-kafir Quraisy, sehingga mereka tidak berani mengganggu Nabi.
Sebagaimana di katakan oleh Ummul Mukminin sayyidah Aisyah radhiallahu ‘anha;
(HR. Hakim dalam Mustadrak 4243).
Maka ketika Abu Thalib wafat, orang-orang kafir Quraisy tidak menaruh iba sedikitpun untuk menghormati wafatnya pembesar bani Hasyim ini. Bahkan mereka bergembira dan menampakkan suka cita.
Adapun sepeninggal Khadijah dan Abu Thalib, maka Rasulullah dan para pengikutnya benar-benar dalam keadaan lemah, tekanan demi tekanan dari orang-orang kafir semakin menjadi-jadi.
Orang-orang kafir Quraisy semakin berani mengintimidasi kaum Muslimin, terutama rencana membunuh Nabi. Mereka melempari Nabi dengan debu, kotoran hewan, dan menabur duri di sepanjang jalan yang dilalui Nabi.
Kemuliaan akhlak Khadijah tak dapat ditandingi wanita lain di dunia ini, sehingga ia termasuk salah satu dari empat wanita yang paling mulia sepanjang masa.
Sebagaimana di sebutkan di dalam salah satu Hadits yang bersumber dari Anas, Rasul Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,
قَالَ حَسْبُكَ مِنْ نِسَاءِ الْعَالَمِينَ مَرْيَمُ ابْنَةُ عِمْرَانَ وَخَدِيجَةُ بِنْتُ خُوَيْلِدٍ وَفَاطِمَةُ بِنْتُ مُحَمَّدٍ وَآسِيَةُ امْرَأَةُ فِرْعَوْنَ
تفرد به الترمذي وصححه
"Cukuplah bagimu (yang termasuk) dari wanita(terbaik) di dunia (yaitu) Maryam binti Imran, dan Khadijah binti Khuwailid, dan Fathimah binti Muhammad, dan Asiyah Istri Fir`aun”(Hr. Tirmidzi)
Itulah 4 wanita termulia di dunia sepanjang masa yang di sebutkan Nabi Shalallahu alaihi wasallam
Atas kemuliaan akhlak Sayyidah Khadijah, hingga Allah menjamin surga baginya serta mengirimkan salam melalui lisan Rasulullah, sebagaimana disebutkan di dalam salah satu Hadits:
عَنْ أَبَا هُرَيْرَةَ قَالَ أَتَى جِبْرِيلُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ هَذِهِ خَدِيجَةُ قَدْ أَتَتْكَ مَعَهَا إِنَاءٌ فِيهِ إِدَامٌ أَوْ طَعَامٌ أَوْ شَرَابٌ فَإِذَا هِيَ أَتَتْكَ فَاقْرَأْ عَلَيْهَا السَّلَامَ مِنْ رَبِّهَا عَزَّ وَجَلَّ وَمِنِّي وَبَشِّرْهَا بِبَيْتٍ فِي الْجَنَّةِ مِنْ قَصَبٍ لَا صَخَبَ فِيهِ وَلَا نَصَبَ
Dari Abu Hurairah ra., ia berkata:
Jibril datang kepada Nabi saw. dan berkata: Wahai Rasulullah, ini Khadijah sedang mendatangimu dengan membawa bejana berisi lauk pauk atau makanan atau minuman. Apabila ia datang kepadamu, sampaikanlah salam kepadanya dari Tuhannya Yang Maha Mulia lagi Maha Agung dan juga dariku dan kabarkanlah berita gembira kepadanya mengenai sebuah rumah di surga yang terbuat dari mutiara di dalamnya tidak ada keributan dan kesusahan.
(Shahih Muslim No.4460)
Memiliki istri semulia Khadijah adalah salah satu anugerah yang paling agung dalam kehidupan Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam, beliau mendampingi Nabi selama seperempat abad tanpa ada mengeluh sedikitpun.
Menenangkan keresahan dan kegelisahan Nabi di saat tertindas, membela perjuangan Nabi di tengah-tengah intimidasi kaum Quraisy, sabar mendampingi Nabi di kala jihad yang berat, Beliau korbankan harta dan jiwanya untuk membantu Nabi dalam berdakwah.
Maka Ketika Khadijah wafat Rasulullah pun merasa sangat sedih dan terpukul dengan kepergiannya. Tak ada wanita pengganti yang lebih baik daripada Khadijah
Hingga Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Allah tidak memberiku pengganti yang lebih baik daripada Khadijah. Ia telah beriman kepadaku saat orang lain kufur, ia memercayaiku ketika yang lain mendustakanku. Ia memberikan hartanya padaku ketika orang lain pada pelit. Dan Allah juga menganugerahiku anak-anak melalui rahimnya, sementara istri-istriku yang lain tidak memberiku anak,"
Hadits riwayat Bukhari, Ahmad, dan Thabrani.
Wafatnya sang istri yaitu Sayyidah Khadijah menggoreskan luka yang sangat mendalam ke dalam kehidupan Nabi, terlebih lagi beberapa bulan sebelumnya, Nabi baru saja di tinggal wafat oleh seorang paman yang di cintainya yaitu Abu Thalib.
Abu Thalib adalah seorang paman yang begitu menyayangi Nabi melebihi sayangnya terhadap anaknya sendiri, Abu Thaliblah yang menanggung kehidupan Nabi sejak kecil, semenjak kakeknya meninggal yaitu Abdul Muthalib, ketika Nabi berusia 8 tahun. dan sejak saat itu Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam di asuh oleh sang paman hingga dewasa.
Abu Thalib adalah salah seorang tokoh yang di segani dan di takuti oleh kaum Quraisy, Abu Thaliblah yang selalu membela Nabi dan membentengi Nabi dari gangguan kafir-kafir Quraisy, sehingga mereka tidak berani mengganggu Nabi.
Sebagaimana di katakan oleh Ummul Mukminin sayyidah Aisyah radhiallahu ‘anha;
مَا زَالَتْ قُرَيْشٌ كَاعَّةً حَتَّى تُوُفِّيَ أَبُو طَالِبٍ
“Orang-orang Quraisy senantiasa takut dan lemah hingga wafatnya Abu Thalib.”(HR. Hakim dalam Mustadrak 4243).
Maka ketika Abu Thalib wafat, orang-orang kafir Quraisy tidak menaruh iba sedikitpun untuk menghormati wafatnya pembesar bani Hasyim ini. Bahkan mereka bergembira dan menampakkan suka cita.
Adapun sepeninggal Khadijah dan Abu Thalib, maka Rasulullah dan para pengikutnya benar-benar dalam keadaan lemah, tekanan demi tekanan dari orang-orang kafir semakin menjadi-jadi.
Orang-orang kafir Quraisy semakin berani mengintimidasi kaum Muslimin, terutama rencana membunuh Nabi. Mereka melempari Nabi dengan debu, kotoran hewan, dan menabur duri di sepanjang jalan yang dilalui Nabi.
Mereka juga tak segan-segan mengusir kaum Muslimin dari kota Makkah, karena tidak ada lagi Abu Thalib dan Khadijah yang selama ini mereka segani.
Dalam keadaan menyedihkan seperti itu, Rasulullah berupaya untuk mencari tempat untuk berhijrah, maka di pilihlah satu daerah yang bernama Thaif sebagai tujuan, Thaif adalah sebuah kota yang letaknya sekitar 80km dari kota Mekkah,
Dengan di temani anak angkatnya yaitu Zaid bin Haritsah, Nabi SAW mencoba meminta bantuan kepada Bani Tsaqif yaitu kepala suku di wilayah Thaif.
Namun apa yang terjadi?, mereka menolak mentah-mentah kedatangan Nabi bahkan mereka mengusir Nabi tanpa ada rasa iba sedikitpun, ajakan Nabi yang begitu lembut dan santun dibalas dengan celaan dan hinaan, Rasulullah mulia dihinakan disana, dan tak cukup sampai disitu, mereka bahkan memerintahkan penduduk Thaif beserta seluruh anak-anaknya untuk mengarak Nabi beserta sahabatnya agar keluar dari wilayah thaif sambil melemparinya dengan bebatuan.
Perlindungan Zaid bin Haritsah bahkan tak mampu membendung lemparan batu tersebut hingga terkena di kaki baginda, lumuran darahpun mengalir memenuhi kulit putih di betisnya.
Sampai akhirnya beliau tiba di pinggiran kota Thaif, Rasulullah menyandarkan tubuhnya di sisi pagar sebuah kebun.
Dengan rasa lelah menahan perih, beliau merasakan sedih yang amat dalam, maka baginda pun memanjatkan doa
KepadaMulah aku tetap merayu sehingga Engkau ridha. Tiada daya (untuk melakukan kebaikan) dan tiada upaya (untuk meninggalkan kejahatan) kecuali dengan petunjukMu."
Itulah Doa Rasulullah yang begitu menyayat hati
Rasulullahpun berbaring dengan menengadahkan wajahnya ke langit, dan ketika itu datanglah malaikat Jibril dan berkata:
“Allah telah menyaksikan apa yang mereka lakukan kepadamu, dan bagaimana perlakuan mereka kepadamu. Dan Allah telah mengutus malaikat penjaga gunung untuk membantumu,”
Kemudian Malaikat Jibril memanggil malaikat penjaga gunung. Ketika malaikat penjaga gunung datang, Ia berkata kepada Rasulullah SAW,
"Wahai Muhammad, sesungguhnya Allah benar-benar mendengarkan perkataan kaummu kepadamu. Aku adalah malaikat penjaga gunung, dan Tuhanku telah mengutus aku kepadamu untuk melaksanakan apa yang engkau perintahkan, Jika engkau meminta aku untuk menghimpitkan kedua gunung inipun untuk menghancurkan mereka pasti aku lakukan.
Rasululloh kemudian menjawab
Akan tetapi aku berharap agar Alloh mengeluarkan dari sulbi-sulbi mereka, orang-orang yang akan menyembah Alloh yang satu, dan tidak menyekutukannya dengan sesuatu apapun.
[Al-Bukhari dan Muslim]
Itulah sebagian kecil dari rangkaian peristiwa menyedihkan yang dialami Rasulullah di tahun kesepuluh kenabian,.
Dan ketika memasuki bulan harom di bulan Rajab, Allah menganugerahinya sebuah peristiwa agung, suatu mukjizat yang tidak pernah di berikan kepada Nabi-nabi sebelumnya yakni dengan mengisro'kan dan memi'rajkannya pada suatu malam di bulan Rajab ini.
Wallahu A'lam...
Khutbah Kedua:
Sampai akhirnya beliau tiba di pinggiran kota Thaif, Rasulullah menyandarkan tubuhnya di sisi pagar sebuah kebun.
Dengan rasa lelah menahan perih, beliau merasakan sedih yang amat dalam, maka baginda pun memanjatkan doa
اللّهُمّ إلَيْك أَشْكُو ضَعْفَ قُوّتِي ، وَقِلّةَ حِيلَتِي ، وَهَوَانِي عَلَى النّاسِ، يَا أَرْحَمَ الرّاحِمِينَ
Ya Allah, kepadaMu ku mengadu kelemahanku, kekurangan daya upayaku dan kehinaanku pada pandangan manusia. Wahai Dzat Paling Penyayang,
أَنْتَ رَبّ الْمُسْتَضْعَفِينَ وَأَنْتَ رَبّي
Engkaulah Tuhan yang dilemahkan orang-orang, dan Engkaulah Tuhanku.
إلَى مَنْ تَكِلُنِي ؟
Kepada siapakah Engkau menyerahkan diriku ini?
إلَى بَعِيدٍ يَتَجَهّمُنِي ؟ أَمْ إلَى عَدُوّ مَلّكْتَهُ أَمْرِي ؟
إنْ لَمْ يَكُنْ بِك عَلَيّ غَضَبٌ فَلَا أُبَالِي
Kepada orang asing yang akan menyerangku ataukah kepada musuh yang menguasai aku?
إنْ لَمْ يَكُنْ بِك عَلَيّ غَضَبٌ فَلَا أُبَالِي
Sekiranya Engkau tidak murka kepadaku, maka aku tidak peduli.
وَلَكِنّ عَافِيَتَك هِيَ أَوْسَعُ لِي
Namun afiat-Mu sudah cukup buatku.
أَعُوذُ بِنُورِ وَجْهِك الّذِي أَشْرَقَتْ لَهُ الظّلُمَاتُ وَصَلُحَ عَلَيْهِ أَمْرُ الدّنْيَا وَالْآخِرَةِ مِنْ أَنْ تُنْزِلَ بِي غَضَبَك أَوْ يَحِلّ عَلَيّ سُخْطُكَ
Aku berlindung dengan cahaya wajah-Mu yang menerangi segala kegelapan dan teratur segala urusan dunia dan akhirat di atasnya daripada Engkau menurunkan kemarahan-Mu kepadaku atau Engkau murka kepadaku,
لَك الْعُتْبَى حَتّى تَرْضَى ، وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوّةَ إلّا بِك KepadaMulah aku tetap merayu sehingga Engkau ridha. Tiada daya (untuk melakukan kebaikan) dan tiada upaya (untuk meninggalkan kejahatan) kecuali dengan petunjukMu."
Itulah Doa Rasulullah yang begitu menyayat hati
Rasulullahpun berbaring dengan menengadahkan wajahnya ke langit, dan ketika itu datanglah malaikat Jibril dan berkata:
“Allah telah menyaksikan apa yang mereka lakukan kepadamu, dan bagaimana perlakuan mereka kepadamu. Dan Allah telah mengutus malaikat penjaga gunung untuk membantumu,”
Kemudian Malaikat Jibril memanggil malaikat penjaga gunung. Ketika malaikat penjaga gunung datang, Ia berkata kepada Rasulullah SAW,
يَا مُحَمَّدُ إِنَّ اللَّهَ قَدْ سَمِعَ قَوْلَ قَوْمِكَ لَكَ وَأَنَا مَلَكُ الْجِبَالِ ، وَقَدْ بَعَثَنِي رَبُّكَ إِلَيْكَ لِتَأْمُرَنِي بِأَمْرِكَ فَمَا شِئْتَ ، إِنْ شِئْتَ أَنْ أُطْبِقَ عَلَيْهِمُ الْأَخْشَبَيْنِ
"Wahai Muhammad, sesungguhnya Allah benar-benar mendengarkan perkataan kaummu kepadamu. Aku adalah malaikat penjaga gunung, dan Tuhanku telah mengutus aku kepadamu untuk melaksanakan apa yang engkau perintahkan, Jika engkau meminta aku untuk menghimpitkan kedua gunung inipun untuk menghancurkan mereka pasti aku lakukan.
Rasululloh kemudian menjawab
بَلْ أَرْجُو أَنْ يُخْرِجَ اللَّهُ مِنْ أَصْلَابِهِمْ مَنْ يَعْبُدُ اللَّهَ وَحْدَهُ لَا يُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا
Akan tetapi aku berharap agar Alloh mengeluarkan dari sulbi-sulbi mereka, orang-orang yang akan menyembah Alloh yang satu, dan tidak menyekutukannya dengan sesuatu apapun.
[Al-Bukhari dan Muslim]
Itulah sebagian kecil dari rangkaian peristiwa menyedihkan yang dialami Rasulullah di tahun kesepuluh kenabian,.
Dan ketika memasuki bulan harom di bulan Rajab, Allah menganugerahinya sebuah peristiwa agung, suatu mukjizat yang tidak pernah di berikan kepada Nabi-nabi sebelumnya yakni dengan mengisro'kan dan memi'rajkannya pada suatu malam di bulan Rajab ini.
Wallahu A'lam...
بارَكَ الله لِيْ وَلَكُمْ بِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هذا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah Kedua:
اَلْحَمْدُ لله الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَـقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُوْنَ
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إله إِلاَّ الله وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَآأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
اللَّهُمَّ صَلِّ وسَلِّمْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ وسَلّمْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ
وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، فِي العَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنْ خُلَفَائِهِ الرَّاشِدِيْنَ، وَعَنْ أَزْوَاجِهِ أُمَّهَاتِ المُؤْمِنِيْنَ، وَعَنْ سَائِرِ الصَّحَابَةِ أَجْمَعِيْنَ وَعَنْ المُؤْمِنِيْنَ وَالمُؤْمِنَاتِ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، وَعَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
اللهم اغْـفِـرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْـفِـرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ
اللهم إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى
اللهم إِنَّا نَعُوْذُ بِكَ مِنْ زَوَالِ نِعْمَتِكَ وَتَحَوُّلِ عَافِيَتِكَ وَفُجَاءَةِ نِقْمَتِكَ وَجَمِيْعِ سَخَطِكَ وَآخِرُ دَعْوَانَا
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
عِبَادَ اللهِ :إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي القُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ
Tidak ada komentar
Posting Komentar