Apakah Pada Malam Nishfu Sya'ban Ajal ditulis?

0
Allah subhanahu wata’alaa berfirman:
إِنَّا أَنْـزَلْنَاهُ فِى لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ إِنَّا كُـنَّا مُنْذِرِيْنَ . فِيْهَا يُفْرَقُ كُلُّ أَمْـرٍ حَكِيْمٍ
 “Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan . Pada malam itu dibedakan (dijelaskan) segala urusan yang penuh hikmah,”QS Ad Dukhan:3-4.


Ikrimah dan para ahli tafsir lain berpendapat bahwa malam itu adalah malam Nishfu Sya’ban.
Terkait ini juga warid beberapa hadits dha’if yang sebagian lebih dha’if daripada yang lain. Di antaranya adalah;
1) Riwayat al Khathib (al Baghdadi) dalam at Tarikh dari jalur Amir bin Yasaf al Yamami dari Yahya bin  Abi Katsir dari Salamah dari Sayyidah Aisyah ra. Ia berkata:

[Rasulullah shallallahu alaihi wasallam selalu berpuasa dalam keseluruhan Sya’ban sehingga Beliau menyambungnya dengan Ramadhan. Dan Beliau tidak pernah berpuasa penuh dalam sebulan sempurna kecuali di bulan Sya’ban. Di bulan ini Beliau berpuasa dalam keseluruhannya. Aku bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah Sya’ban yang paling engkau sukai untuk berpuasa di dalamnya?” Beliau bersabda:

نَعَمْ يَا عَائِشَةُ , إِنَّهُ لَيْسَ نَفْسٌ تَمُوْتُ فِى سَنَةٍ إِلاَّ كُتِبَ أَجَلُهَا فِى شَعْبَانَ وَأُحِبُّ أَنْ يُكْتَبَ أَجَلِي وَأَنَا فِى عِبَادَةِ رَبِّي وَعَمَلٍ صَالِحٍ

 “Ia, wahai Aisyah.sesungguhnya tiada jiwa yang meninggal dunia dalam setahun kecuali ditulis ajalnya pada bulan Sya’ban, dan aku suka jika ajalku ditulis dalam keadaan aku beribadah kepada Tuhanku dan melakukan amal shaleh”(HR Abu Ya’la)
2) Riwayat Imam Baihaqi dalam Kitab Ad Da’awaat al Kabiir. Dari Aisyah ra: [Sesungguhnya Nabi shallallahu alaihi wasallam bangun shalat di malam Nishfu Sya’ban dan Beliau bersabda:

فِى هَذِهِ اللَّيْلَةِ يُكْتَبُ كُلُّ مَوْلُوْدٍ وَهَالِكٍ مِنْ بَنِي آدَمَ وَفِيْهَا تُرْفَعُ أَعْمَالُهُمْ وَتُنْـزَلُ أَرْزَاقُهُمْ
Pada malam ini seluruh anak Adam yang akan terlahir dan meninggal dunia ditulis. Di malam ini amal-amal mereka dilaporkan dan rizki-rizki mereka diturunkan” (Imam Baihaqi berkata: Dalam sebagian sanad ada orang yang tidak dikenal)

3) Riwayat Ibnu Abi Syaibah dari Atha’ bin Yasar. Ia berkata: [Rasulullah shallallahu alaihi wasallam tidak pernah banyak berpuasa di suatu bulan lebih banyak daripada berpuasa di bulan Sya’ban]. Itu karena di bulan ini ajal-ajal orang yang meninggal dala setahun ditulis. (Hadits ini Mursal  di samping juga di akhirnya Maqthu’)

Hadits-hadits ini menjadi sandaran orang yang mengatakan bahwa Malam Nishfu Sya’ban adalah malam di mana ajal, rizki dan yang lain ditulis seperti dalam riwayat Ikrimah di atas. Sepadan itu juga warid dari Atha’ bin Yasar. Ibnu Abi Dun’ya meriwayatkan bahwa Atha’ berkata: [Pada malam Nishfu Sya’ban ada shahifah (lembaran) yang diberikan kepada malaikat maut. Lalu dikatakan: “Cabutlah nyawa orang yang terdaftar dalam lembaran ini. Maka sungguh seorang hamba akan menanam, akan menikahi para isteri, dan akan mendirikan bangunan padahal namanya telah tercatat dalam daftar orang-orang yang meninggal dunia] akan tetapi hadits-hadits ini dha’if seperti telah kami tegaskan.
Sebagian ulama berkata:
Hal tersebut bertentangan dengan nash Alqur’an yakni firman Allah Ta’ala:
إِنَّا أَنْـزَلْنَاهُ فِى لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ إِنَّا كُـنَّا مُنْذِرِيْنَ . فِيْهَا يُفْرَقُ كُلُّ أَمْـرٍ حَكِيْمٍ

Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan . Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah,”QS Ad Dukhan:3-4.

Kemudian Allah berfirman: “Sesungguhnya kami menurunkannya pada Lailatul Qadr”QS al Qadr:1. ayat ini menuturkan bahwa malam yang penuh berkah /Mubarakah dalam surat Ad Dukhan 3-4 adalah Lailatul Qadr dan bukan malam Nishfu Sya’ban. Pendapat ini diikuti oleh mayoritas ulama (Jumhur) sebagaimana dikatakan oleh Hafizh Ibnu Rajab dan mereka tidak menoleh kepada hadits-hadits yang telah disebutkan karena statusnya dha’if dan bertentangan dengan Alqur’an. Hal demikian adalah metode Tarjih (mengunggulkan satu di antara dua yang bertentangan dengan pertimbangan). Sementara anda bisa melakukan metode al Jam’u (memadukan) dengan riwayat Abu Dhuha dari Ibnu Abbas ra. Ia berkata:

إِنَّ اللهَ يَقْضِي اْلأَقْضِـيَةَ فِى لَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ وَيُسْلِمُهَا إِلَى أَرْبَابِهَا فِى لَيْلَةِ الْقَدْرِ

Sesungguhkan Allah membuat keputusan-keputusan pada malam Nishfu Sya’ban dan menyerahkannya kepada para pemilik (petugas) keputusan-keputusan tersebut pada Lailatul Qodr

Kesimpulan dari ini adalah bahwa Allah memutuskan apa yang dikehendakiNya dalam al Lauh al Mahfuzh pada malam Nishf Sya’ban. Kemudian pada Lailatul Qadr Dia menyerahkan lembaran-lembaran keputusanNya kepada malaikat. Dia menyerahkan kepada malaikat maut catatan orang-orang yang meninggal dunia. Kepada malaikat rizki catatan rizki-rizki dan begitu pula seterusnya, setiap malaikat menerima catatan sesuai tugasnya.

Dalam firman Allah, “Di dalamnya dibedakan (Yufraqu) setiap urusan yang penuh hikmah“. Di sini Allah tidak berfirman, “Yaqdhi (memastikan)” atau “Yaktubu (menulis)” – wallahu a’lam –   sementara arti Yufraqu/al farqi, adalah membedakan antara dua hal. Jadi ayat ini memberikan isyarat bahwa keputusan-keputusan itu dibedakan pada malam Lailatul Qadr dengan membagikannya kepada malaikat yang mendapatkan tugas. Sementara penulisan dan keputusan telah dibuat pada malam Nishf Sya’ban sebagaimana dalam hadits-hadits yang telah disebutkan. Dengan ini pendapat yang bermacam-macam bisa dikumpulkan dan pusingpun bisa dihilangkan. Wal Hamdu Lillah Rabbil Aalamiin.
Betapa indah ungkapan orang dalam bait-bait berikut ini, semoga ia dinaungi rahmat dan keridho`anNya:
مَضَي رَجَبُ يَا صَاحِ عَنْكَ بِفَضْلِهِ

شَهِيْدًا عَلَى حَقٍّ لَهُ لَمْ تُوَفِّـهِ
Hai kawan! Rajab telah lewat darimu dengan anugerahnya
Sebagai saksi hak yang tidak kamu penuhi
وَهَا قَدْ مَضَي مِنْ شَهْرِ شَعْبَانَ نِصْفُهُ

وَأَنْتَ عَلَى مَا لاَ أَفُوْهُ بِوَصْفِهِ
Dan sekarang telah berlalu separuh Sya’ban
Sementara kamu masih berada pada sesuatu yang tidak bisa kusebutkan
فَبَادِرْ بِفِعْلِ الْخَيْرِ قَبْلَ انْقِضَائِهِ

وَحَاذِرْ هُجُوْمَ الْمَوْتِ فِيْهِ بِصَرْفِهِ
Maka bergegaslah melakukan kebaikan sebelum ia habis
Waspadailah kedatangan maut dengan pengalihannya di sini
فَكَمْ مِنْ فَتًي قَدْ بَاتَ فِى النِّصْفِ آمِنَا

وَقَدْ نُسِخَتْ فِيْهِ صَحِيْفَةُ حَتْـفِهِ
Betapa banyak anak muda yang aman di malam Nishf Sya’ban
Sementara lembaran kematian telah ditulis untuknya
وَقُمْ لَيْلَةَ النِّصْفِ الشَّرِيْفِ مُصَلِّيًا

فَأَشْرَفُ هَذَا الشَّهْرِ لَيْلَةُ نِصْفِهِ
Berdirilah shalat pada malam Nishf yang mulia
Karena malam Nishf adalah paling utama bulan ini
وَصُمْ يَوْمَهُ ِللهِ وَارْجُ ثَوَابَهُ

لِتَظْفَرَ يَوْمَ الْعَرْضِ مِنْهُ بِلُطْفِهِ
Berpuasalah pada harinya karena Allah dan harapkanlah pahalanya
Agar pada hari pelaporan amal kamu mendapat belas kasihNya
وصلى الله علي سيدنا محمد وعلى آله وصحبه والحمد لله رب العالمين
Penulis:
As Sayyid Muhammad bin As Sayyid Alawi al Maliki al Hasani.
Pelayan Ilmu di Tanah Haram

Di Copy dari: http://www.shofwatuna.org/2014/05/madza-fi-syaban-apakah-pada-malam-ini-ajal-ditulis-tamat/

Tidak ada komentar

Posting Komentar

© all rights reserved
made with by templateszoo