Tampilkan postingan dengan label Silsilah Rasulullah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Silsilah Rasulullah. Tampilkan semua postingan

Harits bin Abdul Muthalib

Harits bin Abdul Muthalib
Putra Syaibah bin Hasyim
 
Harits bin Abdul Muthalib adalah anak dari Syaibah bin Hâsyim dan juga paman dari Nabi Muhammad.
Anak: Abu Sufyan bin Harits, Arwa bint al-Harith, Naufal ibn Ḥārith, Abdul-Shams ibn Ḥārith, Rabī‘ah ibn Ḥārith
Orang tua: Sumrah bint Jandab, Syaibah bin Hasyim
Kakek / Nenek: Hasyim bin Abdu Manaf, Salma bint Amr
Kakek Buyut: Abdu Manaf bin Qushay, Atikah bint Murrah

Abdullah bin Abdul Muththalib Ayahanda Nabi SAW

Abdullah bin Abdul Muththalib (bahasa Arab: عبدالله بن عبد المطلب), atau Abdullah bin Syaibah (عبدالله بن شيبة), adalah ayah dari Nabi Muhammad, yang merupakan anak termuda dari sepuluh bersaudara.
Istrinya, atau ibu Nabi Muhammad, bernama Aminah binti Wahab.
Dari perkawinannya ini, ia hanya memiliki satu anak saja, yaitu Muhammad.
Abdullah meninggal dunia dalam perjalanan dagang ke Syam, yakni sewaktu Muhammad masih dalam kandungan sang ibu.
Ia meninggal saat usianya mencapai 25 tahun, tepatnya ia lahir pada tahun 545 dan meninggal pada tahun 570.
Silsilah lengkapnya adalah:

عبدالله بن عبد المطلب ابن هاشم بن عبد مناف بن قصي بن كلاب بن مرة بن كعب بن لؤي بن غالب ابن فهر بن مالك بن النضر بن كنانة بن خزيمة بن مدركة بن الياس بن مضر بن نزار بن معد بن عدنان
Dalam huruf latin, 'Abdullah bin 'Abdul Muththalib bin Hasyim (Amr) bin Abdu Manaf (Al-Mughirah) bin Qushay (Zaid) bin Kilab bin Murrah bin Ka`b bin Lu'ay bin Ghalib bin Fihr (Quraisy) bin Malik bin an-Nadr (Qais) bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah (Amir) bin Ilyas bin Mudar bin Nizar bin Ma`ad bin Adnan.[2]
Ayah Abdullah, yaitu Syaibah bin Hasyim, lebih dikenal dengan nama panggilannya (bahasa Arab: كنية, kunya) yaitu Abdul Muththalib.
Perjalanan hidup
Kelahiran Abdullah merupakan periode kelima dari periode perhitungan Arab di zaman Jahiliyyah, bahkan bisa dikatakan bahwa waktu kelahirannya bersamaan dengan waktu penggalian sumur Zamzam.[4] Ketika menikah dengan Aminah, usianya kira-kira baru mencapai 24 tahun, sedang sang ayah sudah tujuh puluh tahun yang mana ketika itu Abrahah menyerang kota Mekkah dan berusaha menghancurkan Ka'bah.[4]
Sebelum menikah, Abdul Muththalib membawanya ke kawasan Bani Zuhrah untuk menemui Wahab bin Manaf bin Zuhrah, ayah dari Aminah yang juga menjadi pemimpin kaumnya yang terpandang serta berpengaruh.[4] Setelah itu, barulah mereka menyampaikan lamaran.[4] Namun, sebagian ahli sejarah berbeda pendapat mengenai hal ini, mereka mengatakan bahwa Abdullah ketika itu tidak pergi ke rumah Wahab, melainkan ke rumah Ahyab (paman) karena kala itu ayah Aminah sudah meninggal dunia.[4]
© all rights reserved
made with by templateszoo